Sarat Nilai Lokal, Ini Tiga Tradisi Iduladha di Sulawesi Selatan

Mulai dari ritual adat hingga hajatan milik kerajaan

Makassar, IDN Times - Sebagai daerah yang dikenal masih berpegang teguh pada adat istiadat, Sulawesi Selatan pun memiliki sejumlah tradisi bernafas nilai Islam. Tak cuma saat Idulfitri, ritual unik juga dilakukan pada Iduladha.

Lantaran sama-sama menjadi hari raya, kebiasaan di dua lebaran itupun terbilang identik. Kendati demikian, yang menjadi inti tetaplah sebagai cara memanjatkan rasa syukur ke Yang Maha Kuasa.

Berikut ini IDN Times menyajikan tiga dari sekian banyak kebiasaan unik masyarakat Sulsel di hari Lebaran Kurban.

Baca Juga: 15 Ucapan Idul Fitri yang Bisa Kamu Bagikan Saat Lebaran Nanti

1. Maleppe,' makna memaafkan milik masyarakat Bugis-Makassar

Sarat Nilai Lokal, Ini Tiga Tradisi Iduladha di Sulawesi SelatanANTARA FOTO/Suparman

Maleppe' secara terminologi mengandung artian "melepas". Apa yang dilepas? Dalam konteks ini, tentu saja dosa-dosa dalam diri sendiri serta melepaskan (atau lebih tepatnya mengikhlaskan) dosa orang lain melalui cara memberi maaf. Prosesi memaafkan setelah salat Id adalah bagian utama dari Maleppe'.

Selain itu, sebagian orang Bugis menginterpretasi kata "melepas" dengan cara lain.  Menghanyutkan seluruh dosa, sial, atau sifat-sifat buruk dilaklukkan dengan melarung pakaian lama ke sungai atau ke laut sebelum diganti dengan yang baru. Tradisi ini memiliki pertalian erat dengan budaya pra-Islam.

Nah, tradisi Maleppe' pun berkaitan dengan Lebaran, baik itu Idulfitri atau Iduladha. Belakangan, Maleppe' jadi cara sebagain kalangan menyebut Lebaran dalam istilah tradisional.

Seusai salat Id, orang-orang kemudian berkunjung atau bertukar temu dengan tetangga terdekat, kerabat, kolega, teman hingga handai taulan. Kegiatan ini acapkali disebut Assiara yang berarti silaturahmi.

2. Mabbaca-baca, rasa syukur lewat doa yang dipanjatkan

Sarat Nilai Lokal, Ini Tiga Tradisi Iduladha di Sulawesi SelatanInstagram.com/indahpurnamasari564

Bagi khalayak etnis Bugis-Makassar yang masih teguh memegang nilai kepercayaan lama, Mabbaca-baca jadi salah satu tradisi unik Lebaran di Sulsel. Menurut riwayat turun-temurun, tradisi ini adalah ungkapan rasa syukur seseorang atas rezeki melimpah. Untuk merayakannya, para tetangga diundang menikmati sajian khas Lebaran --cemilan hingga makanan berat-- bersama-sama.
 
Dalam tradisi yang ditunaikan salat Id ini, dilakukan pembacaan doa (Dibaca-bacai) sebelum warga menyantap hidangan. Mereka yang memimpin pembacaan doa adalah imam desa (Daeng Imam), pemuka adat setempat atau Puang Anre Guru yang posisinya setara dengan pemuka agama.

Sebelum doa dipanjatkan, sang pemilik rumah tempat hajatan berlangsung wajib mempersiapkan beberapa jenis makanan plus membakar dupa. Tak cuma saat atau jelang Lebaran --Idulfitri atau Iduladha-- tradisi Mabbaca-baca juga dilakukan sebagai bentuk syukur pada Sang Pencipta atas hasil panen memuaskan.

3. Accera Kalompoang, tradisi unik Kerajaan Gowa

Sarat Nilai Lokal, Ini Tiga Tradisi Iduladha di Sulawesi SelatanANTARA FOTO/Abriawan Abhe

Jika dua tradisi sebelumnya hidup secara luas di masyarakat Bugis-Makassar, Accera Kalompoang sangat istimewa lantaran menjadi acara tahunan dan sudah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Beda oleh Kemendikbud pada 10 Oktober 2018 silam.

Termasuk sakral, tradisi yang dilaksanakan di Rumah Adat Balla Lompoa bertepatan hari Iduladha ini ialah pencucian benda-benda pusaka milik Kerajaan Gowa.

Dipimpin oleh Guru Besar --disebut Anrong Guru Taeng--, benda-benda kerajaan dicuci dengan air suci yang sudah didoakan. Salah ritual penting di Accera Kalompoang adalah penimbangan Salokoa, mahkota emas murni dengan berat 1.768 gram.

Ada kepercayaan tumbuh sehubungan berat mahkota. Jika timbangannya bertambah, masyarakat percaya ini adalah pertanda kemakmuran selama setahun berikutnya. Dan jika beratnya berkurang, berarti masa paceklik.

Sempat vakum selama dua tahun akibat selisih pendapat antara Pemkab Gowa dan Keluarga Kerajaan Gowa, prosesi adat Accera Kalompoang kembali dilaksanakan pada Minggu (11/8) mendatang.

Nah, itulah beberapa tradisi peninggalan nenek moyang kita. Ketahui dan mari lestarikan!

Topik:

  • Ita Lismawati F Malau

Berita Terkini Lainnya