5 Spot Wisata Sejarah di Kota Palopo, dari Istana hingga Gereja
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Kota Palopo memang berjarak 370 kilometer dari Kota Makassar. Tapi mereka memiliki kisah sejarahnya sendiri yang membentang sejak abad ke-15. Alhasil, wisatawan yang menyambangi Kota Idaman bisa menemui mozaik histori di beberapa lokasi.
Dalam artikel ini, IDN Times menyajikan lima spot wisata sejarah yang menyimpan warisan sejarah Palopo secara mendalam. Mulai dari masa jaya Kedatuan Luwu, era kolonial Hindia-Belanda, hingga jejak para pejuang di tahun-tahun Revolusi Kemerdekaan. Yuk simak!
1. Istana Langkanae
Alamat : Jl. Landau No.18, Kel. Batupasi, Kec. Wara Utara
Awalnya istana dibangun oleh Kerajaan Palopo pada tahun 1920-an di atas tanah bekas Saoraja (rumah panggung tempat tinggal keturunan raja atau bangsawan). Awalnya terbuat dari kayu yang berisi 88 tiang. Sayangnya, istana tersebut mengalami perubahan bentuk setelah dibakar oleh pemerintah Hindia-Belanda dalam sebuah operasi militer.
Meski demikian, Istana Langkanae terlihat menarik sebab mengusung gaya arsitektur khas Eropa. Di dekat istana juga dibangun miniatur Saoraja dan Monumen Perjuangan Rakyat Luwu, berupa patung tangan memegang badik yang menunjuk ke arah langit.
Di masa lalu, istana tersebut menjadi pusat pemerintahan Kerajaan Luwu. Tapi kini lebih dikenal sebagai Museum Istana Datu Luwu Opu To Manrasa, yang kini menjadi tempat napak tilas perjuangan para pahlawan sekaligus melestarikan kebudayaan Kerajaan Luwu.
2. Kompleks Makam Lokkoe
Alamat : Jl. Dr. Ratulangi, Kel. Luminda, Kec. Wara Utara
Kompleks makam datu (raja) Luwu seluas kurang lebih 670 meter persegi ini konon dibangun pada tahun 1605. Proses pembangunannya juga dimulai tak lama setelah pembangunan Masjid Jami' Tua setahun sebelumnya.
Di area Kompleks Makam Lokkoe terdapat tiga makam berusia sangat tua. Pertama yakni makam Lokko yang memiliki bentuk melengkung mirip piramida. Kemudian ada makam Jerrae yang berbentuk segi empat menyerupai benteng. Dan terakhir yakni makam Cippe yang berbentuk batu yang sangat besar.
Kompleks makan ini menjadi tempat peristirahatan terakhir sekitar 37 Datu Luwu. Sebut saja La Tenripeppang (memerintah 1778-1810), Andi Jelling yang memerintah saat Andi Djemma diasingkan Belanda, dan Hj. Andi Bau Tenripadang (1987-1994) pemilik gelar Opu Datu.
3. Masjid Jami' Tua
Alamat : Jl. Andi Djemma No. 88, Kel. Batupasi, Kec. Wara Utara
Masjid Jami Tua merupakan salah satu peninggalan Islam era Kerajaan Luwu yang masih tegak berdiri. Pembangunan masjid ini dilakukan oleh Pattipasaung, Datu' Luwu ke-16 yang bergelar Sultan Abdullah (1615-1637), dan putra dari Raja Luwu pertama yang beragama Islam, yaitu La Patiware Daeng Parabu, pada tahun 1615.
Masjid ini memiliki luas sekitar 15 meter persegi ini tetap mempertahankan bangunan aslinya. Termasuk dinding batu padas (andesit) dengan formasi bersusun dan atap khas rumah joglo yang bertumpuk tiga.
Lokasinya cuma berjarak seratus meter dari Istana Langkanae. Ketika Pattipasaung memindahkan ibu kota dari Malengke ke Ware' (kini Palopo) pada awal masa pemerintahannya, kompleks pusat pemerintahan yang baru kemudian. Masjid Jami Tua dan Istana Langkanae masuk dalam area tersebut.
4. Gereja PNIEL Palopo
Alamat : Jl. Opu To Sappaile No. 2, Kel. Boting, Kec. Wara
Gereja PNIEL dibangun pada masa pemerintahan kolonial Hindia-Belanda pada tahun 1920 oleh misionaris dari organisasi Zending. Organisasi tersebut bergerak dalam penyebaran ajaran Kristen Protestan. Cikal bakalnya tak lepas dari status Palopo sebagai persinggahan misionaris yang ingin bertolak ke Tana Toraja.
Gereja PNIEL awalnya memiliki atap sirap, tetapi karena sudah usang dan rusak, atapnya diganti. Kendati demikian , keaslian bangunan gereja ini masih tetap terjaga dengan pondasi batu kali dan dinding sebagian besar terbuat dari batu kali. Bangunan ini memiliki tiga ruang utama, yaitu konsistori di bagian barat (tempat persiapan pelayanan gereja), ruang umat dengan mimbar, bangku jemaat, dan lampu kristal di tengahnya, serta balkon yang juga berfungsi sebagai menara dengan lonceng di sebelah timur.
Gereja PNIEL telah diakui sebagai bangunan cagar budaya melalui Peraturan Wali Kota Palopo Nomor 6 Tahun 2014 tentang Pelestarian dan Pengelolaan Cagar Budaya.
Baca Juga: 5 Tempat Wisata Kuliner di Palopo yang Mesti Kamu Kunjungi
5. Gua Kallo Dewata
Alamat : Kel. Battang, Kec. Wara Barat
Lokasinya berada sekitar 12 kilometer dari arah Palopo-Toraja, kira-kira 9 kilometer dari pusat Kota Palopo. Gua ini memiliki lubang dengan kedalaman sekitar 30 meter. Meskipun memiliki sedikit stalaktit dan stalakmit, gua ini menawarkan pesona wisata yang menarik untuk dijelajahi.
Pada masa perlawanan melawan NICA-Belanda pada 1945-1950, gua ini menjadi basis pertahanan para pejuang dan gerilyawan. Ini membuat Gua Kallo Dewata yang dihuni kelelawar tersebut memiliki nilai historis.
Lebih jauh, Gua Kallo Dewata dipercaya sebagai tempat peristirahatan para dewa. Di dalamnya, terdapat tiga ruangan bersegi empat. Selain itu, di gua tersebut juga dapat ditemukan sebuah keris yang terbuat dari batu, serta berbagai perabot kuni seperti guci dan benda-benda lainnya.
Nah, itu tadi beberapa spot wisata sejarah di Kota Palopo yang harus kamu kunjungi. Yuk pelesiran sambil mengenang perjuangan para pahlawan!
Baca Juga: PLN Dorong Pengembangan Desa Wisata Kassi di Sulawesi Selatan