4 Desa Wisata di Sulsel yang Masuk 50 Besar ADWI, Yuk Berkunjung!

Desa wisata yang wajib masuk list liburanmu di Sulsel

Makassar, IDN Times - Empat desa wisata di Sulawesi Selatan masuk daftar 50 besar pada Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2022 yang digelar Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Empat desa wisata tersebut, masing-masing Desa Wisata Barania di Kabupaten Sinjai, Desa Wisata Matano Iniaku di Kabupaten Luwu Timur, Desa Wisata Campaga di Kabupaten Bantaeng, dan Desa Wisata Kambo di Kota Palopo.

ADWI 2022 diikuti 3.419 desa wisata yang tersebar di 34 provinsi di Indonesia. Daftar 50 besar diputuskan lewat serangkaian kurasi tim juri.

Seperti apa empat desa wisata di Sulsel yang masuk daftar 50 besar? Yuk simak uraian singkatnya, dikutip dari laman Jaringan Desa Wisata (Jadesta) Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif berikut ini!

Baca Juga: Empat Desa Wisata Sulsel Masuk Daftar 50 Besar Nasional

1. Desa Barania, Sinjai

4 Desa Wisata di Sulsel yang Masuk 50 Besar ADWI, Yuk Berkunjung!Air Terjun Barania (instagram.com/sibajumerah_)

Desa Barania terletak sekitar delapan kilometer dari pusat pemerintahan Kecamatan Sinjai Barat, Kabupaten Sinjai. Dari Makassar, jaraknya sekitar 198 kilometer.

Barania menawarkan paket live in atau hidup dan tinggal bersama warga setempat. Mereka yang memilih piknik dengan cara ini akan merasakan pengalaman hidup dalam suasana pedesaan sebagai salah satu tren piknik masa kini.

Namanya pengalaman hidup berarti wisatawan akan menikmati kebiasaan hidup warga, kenikmatan kuliner desa, budaya desa belajar seni budaya hingga menikmati panorama dan wisata alam yang terdiri dari kampoeng galung, air terjun barania, taman agrowisata pattiroang dan camping di katinroang bissua camp .

Tamu (wisatawan) tinggal di rumah warga. Kalau yang punya rumah hidup membuat gula aren, tamu juga ikut bikin gula aren. Kalau mencari rumput, ikut cari rumput. Kalau Bertani, ikut bertani. Sebagian rumah warga pun menjadi homestay yang bisa ditempati tamu selama berada di Barania.

2. Desa Matano Iniaku, Luwu Timur

4 Desa Wisata di Sulsel yang Masuk 50 Besar ADWI, Yuk Berkunjung!Instagram.com/visitsulselofficial

Desa Matano adalah desa yang terletak di Kecamatan Nuha, dengan waktu tempuh  +60 menit perjalanan darat dari ibukota Kabupaten Luwu Timur, ditambah 60 menit perjalanan air menyeberangi Danau Matano dengan menggunakan perahu. Penduduknya sebanyak 1.517 jiwa, mayoritas berprofesi sebagai petani, dan dalam keseharian masih menggunakan bahasa Matano.

Desa yang terdiri atas empat dusun ini (Matano, Landangi, Kayu Tanduk, dan Bone Pute), sangat potensial untuk dikembangkan dan dapat menunjang Kabupaten Luwu Timur dari sektor pariwisata. Karena memiliki bentang alam yang khas, keunikan budaya, peninggalan arkeologi sebagai bukti sejarah bahwa Matano bukan hanya mengembangkan tradisi akan tetapi juga telah menciptakan  peradaban pandai besi sejak lampau.

Dan yang tidak kalah luar biasanya adalah karena desa ini berada di tepian Danau Matano, danau tektonik purba terdalam di Asia Tenggara (+ 600m) dan terdalam ke 8 di dunia.

Di bawah nahkoda Jumahir sebagai kepala desa, Kampung Pandai Besi yang memiliki banyak objek wisata menarik ini,  kini tengah mempersiapkan dirinya sebagai geowisata di Indonesia, khususnya wisata minat khusus.

3. Desa Campaga, Bantaeng

Kampung wisata Campaga adalah salah satu kampung yang terletak di Kelurahan Campaga, Kecamatan Tompobulu, Kabupaten Bantaeng. Kampung wisata ini terletak sekitar 15 km dari area perkotaan, dan bisa di tempuh menggunakan kendaraan transportasi darat sekitar 20 menit dari pusat kota.

Kampung ini memiliki daya tarik dan banyak dikunjungi oleh orang-orang luar. Kampung wisata ini memiliki beberapa destinasi alam yang banyak menarik pengunjung seperti kawasan Hutan lindung, Air terjun, Wisata buatan kolam renang dan beberapa destinasi lainnya.

4. Desa Kambo, Palopo

4 Desa Wisata di Sulsel yang Masuk 50 Besar ADWI, Yuk Berkunjung!Desa wisata Kambo di Kota Palopo, Sulsel. (Dok. Jadesta Kemenparekraf)

Kambo adalah titik paling indah untuk memandang Kota Palopo. Di tempat ini, Kota Palopo mendapat dua perspektif sekaligus. Jika memandang secara “outward”, kita akan menemukan Palopo sebagai sebuah lanskap kota dengan kawasan terbangun yang intens, dinamis dan bercirikan urban. Namun, jika memandang secara “inward”, kita akan menemukan Palopo sebagai sebuah lanskap kampung di atas bukit yang masih permai, adem, dan bercirikan rural.

Inilah yang menjadikan Kambo berbeda. Kambo dianugerahi banyak spot yang indah. Sebagai kampung, ia adalah habitat atau tempat hidup bagi 1.080 jiwa warga Kambo. Sebagai wilayah yang berbatasan langsung dengan hutan lindung, buah-buahan dan produk hutan non kayu lainnya menjadi andalan. Sebagai destinasi wisata, angka kunjungan wisata ke Kambo semakin membaik.

Di Kambo, hari-hari warga masih disibukkan dengan aktifitas pertanian, menanam cengkeh, memanen lengkuas, merawat kebun durian, dan menyusur hutan mencari lebah. Meski begitu, dibandingkan dengan budaya bertaninya, Kambo lebih dikenal masyarakat sebagai tempat untuk wisata kuliner di ketinggian dengan latar depan Kota Palopo; tempat camping paling nyaman dan dekat dari pusat kota; serta wahana outbound dan wisata keluarga paling menarik di dataran tinggi Palopo.

Baca Juga: Lovely December Kembali Masuk Kalender Pariwisata Sulsel

Topik:

  • Aan Pranata

Berita Terkini Lainnya