Kurang Mengilap, Inilah Para Striker yang 'Numpang Lewat' di Skuat PSM

Makassar, IDN Times - Salah satu hasil evaluasi PSM pasca musim terbaru rampung adalah dilepasnya Sandro. Kendati catatkan 4 gol dan sepasang asis dalam 11 penampilan, angka-angka tersebut tetap saja tak mampu "merayu" manajemen agar mau sodorkan perpanjangan kontrak.
Di putaran pertama lalu, suporter masih belum lupa dengan Bruce Djite. Alumnus A-League Australia ini bisa disebut mandul. Nol alias nihil dari 9 kali berlaga di Liga 1. Tradisi buruk gonta-ganti striker selama tiga tahun terakhir belum temui titik terang.
Nah, untuk menyegarkan ingatan, mari sedikit menengok memori lawas perihal para penyerang yang hanya numpang lewat di Mattoanging.
1. Cristian Carrasco

Mengingat minimnya dokumentasi kompetisi Ligina, daftar pendek ini langsung dibuka dari masa Liga Super tepatnya musim 2009/10. Sebelum kompetisi dihelat, PSM merekrut Cristian Carrasco dari salah satu klub Chili.
Striker yang dikenal lantaran selebrasi Spider-Man sudah tak asing dengan sepak bola Indonesia. Persebaya, Persipura, Persma Manado hingga Persim Maros pernah menggunakan jasanya. Reputasi sebagai penyerang haus gol sudah melekat erat.
Sayang, masa baktinya di Kota Daeng hanya berjalan setengah musim. Carrasco langsung didepak sebab ekspektasi berbanding terbalik dengan realita. Dari 18 penampilan, hanya 8 angka mampu dilesakkan.
2. Daryoush Ayyoubi

Musim 2009/10 jadi masa paling genting bagi PSM. Selain bolak-balik keluar-masuk zona rawan, sejumlah legiun asing tak memberi kontribusi signifikan. Salah satunya Daryoush Ayyoubi asal Iran, yang juga menjadi tandem Cristian Carrasco.
Hanya 12 kali tampil, jumlah golnya pun identik dengan sang duet di sektor depan yakni 8. Perpisahan jelang putaran kedua terjadi dengan alasan kurang elok. Pihak manajemen memecat Ayyoubi sebab kerap mangkir latihan. Lebih jauh, kualitasnya dianggap tak lebih baik dibanding pemain lokal.
3. Park Jung-hwan

Dilabeli pemain dengan bandrol termahal pada putaran kedua Liga Super musim 2009/10. Park Jung-hwan yang waktu itu masih berseragam Persiba Balikpapan dikontrak sebagai jalan keluar atas krisis lini depan PSM.
Dari 15 kesempatan menjadi starter, penyerang asal Korea Selatan ini hanya mampu lesakkan 6 gol. Memang terhitung minim, namun kontribusinya sanggup hidupkan kembali permainan yang menukik drastis sepanjang paruh pertama kompetisi.
Sempat digadang-gadang bakal bertahan lebih lama, pria asal Seoul tersebut malah merapat ke Sriwijaya FC. Hanya merantau satu setengah tahun di Indonesia, namun reputasi "penggawa setengah musim" langsung disandang.
4. Mario Costas

Mario Costas bergabung dari Persija pada awal musim 2014. Striker asal Agentina ini direkrut sebagai pendamping Michael Baird. Namun, nasib buruk malah menimpa eks penggawa PSMS Medan.
Cedera memaksa Costas lebih banyak habiskan waktu di ruang perawatan dibanding lapangan. Hanya empat kali dirinya tampil penuh. Usia uzur (34 tahun) turut menggerus instingnya. Rudy Keltjes, juru taktik waktu itu, lebih memilih M Rahmat untuk mengisi lini depan.
Pasca dipecat pada Mei 2014, pria asal kota Santiago del Estero ini memilih gantung sepatu alih-alih kembali ke Macan Kemayoran.
5. Lamine Diarrassouba

Penyerang asal Pantai Gading ini direkrut Luciano Leandro sebagai amunisi Juku Eja dalam arungi Indonesian Soccer Championship, kompetisi pengisi masa vakum pasca sanksi FIFA, tahun 2016 lalu.
Lagi-lagi, suporter harus gigit jari dengan performa Lamine. Hanya tampil dalam 5 pertandingan dan mencetak sebiji gol bukan sesuatu yang diinginkan . Bersama dengan dipecatnya Luciano, pria yang sempat mencicipi Liga Prancis ini juga dipersilakan angkat kaki dari Makassar.
6. Luiz Ricardo Lino dos Santos

Awal rezim Robert Rene Alberts di kursi kepelatihan diiringi perombakan besar-besaran. Seluruh pemain asing yang dianggap kurang maksimal dicoret. Hanya dalam satu musim, para pendukung melihat dua rombongan silih berganti merumput.
Salah satunya adalah Luiz Ricardo Lino dos Santos, ujung tombak asal Brasil. Publik langsung menaruh harapan saat sepasang gol ke gawang Persela Lamongan dicetak dalam partai debut. Tubuh jangkung (1,9 m) jadi senjata dalam setiap duel bola udara.
Lima pekan putaran dua berjalan, cedera berat memaksa eks penggawa Penang FA absen hingga ISC rampung. Padahal waktu itu, Luiz sedang moncer-moncernya (3 gol dari 5 laga). Singkat cerita, manajemen enggan perpanjang kontrak.
7. Reinaldo Elias da Costa

Pada jendela transfer awal musim 2017, PSM mendatangkan Reinaldo Elias da Costa, striker berdarah Brasil namun berpaspor Australia. Tak butuh waktu lama, gelontoran angka sukses dipersembahkan.
Dengan raihan 9 gol plus sebiji asis dari 13 penampilan, Reinaldo diperkirakan akan berseragam merah marun hingga pekan terakhir. Akan tetapi, cerita klasik kembali terulang. Pria dengan tinggi 1,83 meter ini dicoret pada pertengahan musim.
Koleksi angka boleh banyak, namun mayoritas datang dari titik penalti. Dan meneer Robert butuh lebih dari sekadar algojo kotak 12 pas.
8. Pavel Purishkin

Pos lowong yang ditinggalkan Reinaldo kemudian diisi Pavel Purishkin, penyerang asal Uzbekistan. Statistiknya (4 gol dari 13 pertandingan) memang terlihat biasa saja. Namun jika menilik lebih rinci, seluruh koleksinya di tanah Makassar punya makna krusial.
Selama bermain, sosok 30 tahun tersebut justru lakoni peran sebagai winger ketimbang ujung tombak. Tugas membongkar sektor belakang tim lawan dioper ke pundak Wiljan Pluim dan Ferdinand Sinaga.
Tidak ada penggedor pakem untuk PSM selama tiga musim terakhir. Nah, apakah pencarian meneer Robert akan sosok striker ideal berakhir di Liga 1 2018?