Kisah Wiljan Pluim, Pahit-Manis Karier Sepak Bola di Eropa dan Asia

Sempat luntang-lantung di Vietnam sebelum pindah ke PSM

Makassar, IDN Times - Musim ini layak disebut sebagai puncak karier Wiljan Pluim, kapten PSM Makassar. Tak cuma ikut mengantar Juku Eja ke podium juara BRI Liga 1 2022-23, tapi juga menyabet gelar individu sebagai Pemain Terbaik. Sebelumnya, ia turut merasakan trofi lain yakni Piala Indonesia 2018-19.

Dengan durasi kontrak hingga pertengahan tahun 2024, Pluim mengaku sudah kerasan di Makassar. Pada April 2022 lalu, mantan Direktur Utama PSM yakni Munafri Arifuddin menyebut playmaker berusia 34 tahun tersebut akan tetap terus berseragam merah marun hingga pensiun.

Baru-baru ini, ia kembali mempertegas komitmennya gantung sepatu di PSM. "Saya punya kesepakatan dengan istri. Kalau kontrak dengan PSM sudah habis, saya harus langsung pulang ke Belanda kalau tak ada yang berminat dengan saya," ungkapnya dalam sesi jumpa pers selepas laga kontra Madura United, 31 Maret silam.

1. Mengawali karier di Vitesse Arnhem sebelum pindah ke Roda JC Kerkrade

Kisah Wiljan Pluim, Pahit-Manis Karier Sepak Bola di Eropa dan AsiaWiljan Pluim saat masih memperkuat Roda JC Kerkrade pada Juli 2013. (Facebook.com/Roda JC Kerkrade)

Lahir di Zwolle, Belanda, 4 Januari 1989, Pluim remaja harus merantau untuk berguru ilmu bal-balan pada tiga tim muda. Masing-masing yakni VV Elspeet, akademi Vitesse Arnhem kemudian AGOVV U-19 di Apeldoorn. Gayung bersambut, ia "naik kelas" ke tim senior Vitese pada 2008, tepat pada usia 19 tahun, jelang Eredivisie musim 2008-09.

Pluim memperkuat Vitesse hingga Desember 2010, dengan catatan 37 penampilan dan 5 gol di semua ajang. Petualangannya berlanjut di Roda JC Kerkrade, tapi cedera lutut parah pada pengujung musim 2011-12 membuatnya terpaksa dipinjamkan ke PEC Zwolle untuk Eredivisie 2012-13.

Bersama PEC Zwolle yang baru promosi, Pluim bisa memulihkan kepercayaan diri. Ia tampil di 39 pertandingan Blauwvingers. Tampil di kampung sendiri rupanya menjadi berkah. PEC tak cuma bisa finis di papan tengah, tapi juga bisa melaju hingga semifinal KNVB Beker 2012-13, setelah terakhir melakukannya pada 1976-77.

2. Penampilannya sempat kembali tajam saat dipinjamkan ke PEC Zwolle

Kisah Wiljan Pluim, Pahit-Manis Karier Sepak Bola di Eropa dan AsiaWiljan Pluim saat masih memperkuat PEC Zwolle pada Maret 2013. (Facebook.com/Roda JC Kerkrade)

Namun, kisah Pluim bersama PEC Zwolle tak bertahan lama. Ia kembali ke Roda JC Kerkrade jelang Eredivisie 2013-14. Sempat rutin jadi starter, Pluim kemudian tersisihkan dari pilihan utama pelatih kepala Jon Dahl Tomasson di putaran kedua. Ia bahkan terpaksa bermain bersama tim cadangan untuk menjaga kebugaran. Musim itu, ia cuma tampil 25 kali dan mengemas 2 gol.

Nasibnya sedikit lebih baik pada musim 2014-15. Roda JC terdegradasi ke Keuken Kampioen Divisie, dan kali ini ditangani pelatih René Trost. Meski rutin menjadi starter di putaran pertama, Pluim dilego ke Willem II Tilburg pada bursa transfer musim dingin. Ia cukup susah menembus tim utama Tricolores, dan cuma bisa bermain di 8 laga.

Jelang Eredivisie 2015-16, pelatih kepala Willem II yakni Jurgen Streppel tak memasukkan namanya dalam rencana musim tersebut. Kontraknya pun diputus pada Agustus 2015. Sempat empat bulan tak kunjung mendapat tawaran, Pluim memutuskan merantau keluar dari Belanda. Tujuannya yakni Vietnam, bersama klub papan atas Becamex Binh Duong.

3. Nasibnya sempat tak pasti, sebelum PSM menawarinya kontrak pada Agustus 2016

Kisah Wiljan Pluim, Pahit-Manis Karier Sepak Bola di Eropa dan AsiaPemain PSM Makassar Wiljan Pluim dalam laga uji coba kontra Persipura Jayapura di Stadion Andi Mattalatta Mattoanging, 5 April 2017. (Dok. Ofisial PSM Makassar/Ahmad Alia)

Resmi berseragam Becamex pada Desember 2015, Pluim tak pernah mendapat menit bermain lantaran terkena sakit infeksi usus. Nasibnya kian jatuh lantaran pihak klub ogah membayar gajinya. Dalam banyak wawancara, Pluim mengatakan bahwa masa-masa di Vietnam sebagai titik terendah dalam karier profesionalnya.

Setelah kontraknya diputus pada akhir Februari 2016, Pluim harus menumpang latihan ke klub Da Nang FC demi menjaga kebugaran sembari jalani perawatan dengan kocek sendiri. Ia harus menunggu selama enam bulan sebelum akhirnya tawaran datang dari klub lainnya: PSM Makassar. Saat itu, Juku Eja sedang dirombak besar-besaran dengan masuknya Robert Rene Alberts sebagai pelatih kepala.

Resmi dipinang PSM pada Agustus 2016 atau putaran kedua Indonesia Soccer Championship, Pluim sempat dicecar suporter lantaran dianggap sebagai "pemain malas" yang jarang berlari. Sangat bertolak belakang dengan strategi ofensif yang selama ini identik. Tapi, coach Robert tetap bersikeras bahwa Pluim adalah pemain yang tepat dalam strateginya.

4. Membawa PSM nyaris juara di musim 2017 dan 2018, lalu menyabet trofi Piala Indonesia 2018-19

Kisah Wiljan Pluim, Pahit-Manis Karier Sepak Bola di Eropa dan AsiaGelandang PSM Makassar Wiljan Pluim (dua dari kanan)saat mengoper bola ke rekannya Ferdinand Sinaga (kanan) saat dikawal beberapa pemain Borneo FC dalam laga pekan ke-9 Liga 1 2018 di Stadion Andi Mattalatta Mattoanging Makassar, 20 Mei 2018. (Liga-Indonesia.id)

Pluim baru menggila pada Liga 1 2017. Bersama kompatriotnya yakni Marc Klok, lini tengah PSM tak bisa dibendung. Keduanya menjadi tumpuan setiap serangan, sekaligus nyawa permainan. Dalam strategi Robert, Pluim menjadi playmaker yang bebas bergerak ke mana saja. Ini membuatnya kian berbahaya.

Meski PSM selalu nyaris juara dari musim 2017 hingga 2018, durasi kontraknya diperpanjang oleh manajemen. Masuk Liga 1 2019, cedera lututnya kembali kambuh sehingga memaksanya kerap absen. Meski begitu, Pluim tetap bisa catatkan 33 penampilan dan mencetak 9 gol. Ia turut andil dalam keberhasilan PSM menyabet juara Piala Indonesia 2018-19, meski mereka finis di peringkat 12 ajang Liga 1.

Masuk 2020 di mana musim terhenti akibat COVID-19, Pluim tetap setia. Ia bahkan jadi satu-satunya pemain asing yang muncul pada pemusatan latihan di Yogyakarta pada September 2020. Sempat kembali mudik dan absen di turnamen pramusim Piala Menpora 2021, Pluim kembali jelang Liga 1 2021-22.

Baca Juga: PSM Juara Liga 1: Pluim Pemain Terbaik, Tavares Pelatih Terbaik

5. Pluim memuji PSM sebagai tim paling berdedikasi sepanjang karier profesionalnya

Kisah Wiljan Pluim, Pahit-Manis Karier Sepak Bola di Eropa dan AsiaKapten tim PSM Makassar Wiljan Pluim merayakan gelar juara BRI Liga 1 2022-23 bersama pelatih kiper Alan Haviludin setelah menang 1-3 atas Madura United di laga pekan ke-32 BRI Liga 1 2022-23 yang berlangsung di Stadion Gelora Ratu Pamelingan Pamekasan, Jumat 31 Maret 2023. (Dok. Ofisial PSM Makassar/Agung Dewantara)

Pluim kembali merasakan jatuh bangun sepanjang musim 2021-22. Meski selalu menjadi starter, ia bersama rekan-rekan setimnya harus berjibaku menyelamatkan PSM dari jurang degradasi.

Dan akhirnya, di bawah komando pelatih kepala Bernardo Tavares, ia ikut serta mengantar Pasukan Ramang menjadi juara Liga 1 musim ini. Selain itu, PSM bisa melaju hingga babak final Zona ASEAN AFC Cup 2022. Meski usianya kini menginjak 34 tahun, ia tetap menjadi bagian sentral permainan.

Bagi Pluim, ia tak memuji seluruh pihak di lingkup PSM setinggi langit. Dedikasi, dukungan fanatik dan sambutan hangat mengaku baru pertama kali ia dapatkan di Makassar sepanjang karier sepak bolanya.

"Saya tidak pernah melihat grup yang memang seberdedikasi ini sepanjang karier saya. Tidak ada yang komplain, hanya kerja, kerja, kerja, kerja dan pokoknya luar biasa," ungkapnya pada 31 Maret 2023.

"Pemain luar biasa, staf pelatihan luar biasa, suporter luar biasa, klub ini luar biasa semuanya luar biasa dan juga penerjemah yang luar biasa. Dan kita semua bekerja dengan baik untuk mencapai tujuan yang sama," imbuh Pluim.

Baca Juga: Juara Liga 1, Wiljan Pluim Tegaskan Bertahan di PSM

Topik:

  • Irwan Idris

Berita Terkini Lainnya