Dinkes Sulsel Ingatkan Rapid Test Tidak Memastikan Infeksi COVID-19

Setidaknya membantu menjaring orang yang dianggap berpotensi

Makassar, IDN Times - Kepala Dinas Kesehatan Sulsel Ichsan Mustari mengakui bahwa rapid test bukan pemeriksaan diagnosis pasti untuk mengetahui apakah seseorang positif terinfeksi COVID-19. Untuk diagnosis pasti, satu-satunya cara yang bisa dilakukan adalah dengan tes swab.

Dia menjelaskan, rapid test hanyalah sebuah metode pemeriksaan untuk melakukan penyaringan dengan tujuan memisahkan secara umum orang-orang yang ada dalam satu kelompok yang dinilai mempunyai potensi untuk tertular COVID-19. Hal itulah yang mendorong dilakukannya rapid test massal di Kota Makassar dan Kabupaten Gowa.

"Rapid test ini akurasinya tentu bisa memisahkan secara umum pasien-pasien yang punya potensi dan yang tidak punya potensi. Tetapi jangan dibandingkan dengan swab karena memang berbeda dan tentu kita juga tidak bisa.  Sebenarnya swab itu adalah cara satu-satunya tetapi tidak ada negara di dunia ini yang punya kemampuan untuk melakukan swab ke semua warganya," ujar Ichsan via telekonferensi, Selasa (12/5).

1. Rapid test jadi pilihan untuk menjaring orang-orang yang dianggap berpotensi terinfeksi COVID-19

Dinkes Sulsel Ingatkan Rapid Test Tidak Memastikan Infeksi COVID-19Rapid test massal di Makassar, Selasa (12/5). Humas Pemprov Sulsel

Rapid test, kata Icshan, adalah cara terbaik yang saat ini bisa dilakukan pemerintah untuk menyaring orang-orang yang mempunyai potensi terinfeksi COVID-19. Karena itu rapid test dilakukan di tempat-tempat seperti pasar tradisional, pengemudi ojol, hingga juru parkir sebab mereka dianggap sebagai kelompok yang paling banyak melakukan kontak dengan orang lain.

"Bayangkan kalau penjualnya saja ada yang rapid positif maka setiap orang yang datang kepadanya, misalnya tanpa menggunakan masker dan tidak menjaga jarak maka pada saat itu terjadi lagi proses-proses perpindahan sementara tugas kita ini bagaimana memutuskan. Itulah sampai kita mencoba melakukan rapid untuk memisahkan orang-orang yang punya potensi," lanjut Ichsan.

2. Dianggap efektif untuk menyaring kelompok yang dianggap berpotensi

Dinkes Sulsel Ingatkan Rapid Test Tidak Memastikan Infeksi COVID-19Rapid test massal di Makassar, Selasa (12/5). Humas Pemprov Sulsel

Menurut Ichsan, rapid test ini sudah efektif dalam rangka menyaring orang-orang yang dianggap berpotensi. Sebab pemerintah bisa segera mengambil langkah untuk melakukan isolasi terhadap mereka yang hasil rapid test-nya reaktif positif. 

Warga yang hasil rapid-nya reaktif positif akan langsung dikarantina di hotel sesuai dengan program duta COVID-19 Pemprov Sulsel. Di hotel inilah mereka akan mendapatkan perbaikan gizi juga dibekali dengan materi-materi agar nantinya mereka menjadi duta untuk melakukan edukasi bagi masyarakat di sekitarnya.

"Di hari kesepuluh mereka akan dilakukan rapid test lagi apakah ada perkembangan atau tidak ada perkembangan. Saya kira dengan cara-cara seperti ini tahapan-tahapan seperti ini bisa untuk memutuskan mata rantai itu bisa lebih efektif," kata Ichsan.

3. Rapid test tidak bisa dijadikan acuan untuk menentukan seseorang terinfeksi COVID-19

Dinkes Sulsel Ingatkan Rapid Test Tidak Memastikan Infeksi COVID-19Rapid test massal di Makassar, Selasa (12/5). Humas Pemkot Makassar

Ichsan juga mengakui bahwa rapid test memang tidak bisa dijadikan acuan untuk menentukan seseorang positif terinfeksi COVID-19 atau tidak, sebab cara ini bukan untuk mendiagnosis. Namun setidaknya bisa membantu dalam menjaring orang-orang yang dianggap berpotensi terinfeksi COVID-19. 

Dia menyebut banyak orang yang punya potensi terinfeksi COVID-19 tetapi hasil swab-nya justru negatif. Begitupun sebaliknya, banyak orang yang tidak berpotensi tetapi hasil pemeriksaan swab-nya justru positif dan pada akhirnya juga menjalani isolasi dengan kategori orang tanpa gejala (OTG). 

"Jadi sama saja tetapi ini metode cepat kita untuk memisahkan karena kalau swab memerlukan 3-4 hari. Nah kalau ini adalah cara yang cepat untuk kita memisahkan orang-orang yang punya potensi. Mereka akan diisolasi. Jadi kita pisahkah. Itulah tujuannya memotong mata rantai yaitu dengan memisahkan agar dia tidak bersama-sama," Ichsan menjelaskan.

Baca Juga: Pemkot Makassar Bakal Gelar Rapid Test Massal di Pasar Tradisional

4. Ada 22 orang reaktif positif dari hasil rapid test di Makassar dan Gowa

Dinkes Sulsel Ingatkan Rapid Test Tidak Memastikan Infeksi COVID-19Hasil rapid test virus Corona atau Covid-19 dari sejumlah santri Pesantren Al-Fatah, Temboro, Kabupaten Magetan. IDN Times/Nofika Dian Nugroho

Sementara itu, rapid test massal di Kota Makassar telah dilakukan di 4 pasar tradisional yaitu Pasar Pabaeng-baeng, Pasar Pabaeng-baeng Timur, Pasar Sambung Jawa dan Pasar Parangtambung. Dari keempat pasar ini, ada 548 orang yang menjalani rapid test dan yang reaktif ada 21 orang.

Sementara rapid test massal di Kabupaten Gowa dilakukan di 5 kecamatan yaitu Kecamatan Somba Opu, Pallangga, Bajeng, Barombong dan Pattallassang. Dari rapid test ini, ada 907 orang yang menjalani dan 2 reaktif. 

"Tetapi yang reaktif baik yang di Makassar maupun di Gowa itu seperti perencanaan tes massal ini maka akan dimasukkan di Hotel Swisbel dan Harper," kata Ichsan.

Baca Juga: Rapid Test Reaktif Corona, 21 Pedagang Pasar di Makassar Dikarantina

Topik:

  • Irwan Idris

Berita Terkini Lainnya