TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Bertahan di Tengah Pandemik, Musisi Lokal Harus Jual Alat Musik

Saat anak band beralih jualan kue via online

Musisi lokal Makassar, Jasir Ramadan/Instagram ice_kaluku

Makassar, IDN Times - Pandemik COVID-19 yang berlangsung sampai sekarang turut menghantam perekonomian masyarakat. Dari beragam kelompok yang terdampak, musikus termasuk salah satu yang paling merasakannya.

Selama pandemik, Pemerintah Kota Makassar membatasi praktik industri hiburan. Praktis, orang-orang yang mengandalkan bidang itu untuk hidup kehilangan pemasukan. Misalnya musikus lokal atau anak band yang mencari uang dengan menghibur dari panggung ke panggung.

IDN Times mewawancarai dua musisi band di Makassar untuk mengetahui kiat mereka bertahan hidup di kondisi pandemik. Salah satunya Jasir Ramadan, seorang gitaris home band yang biasa manggung di kafe dan tempat hiburan. Dia mengaku sudah menjual gitar elektrik yang selama ini dipakai bekerja.

"Ada tiga unit yang saya jual," kata Jasir, Sabtu (12/9/2020).

Baca Juga: Belum Boleh Main, DJ Wanita Ini Pilih Jualan Kue Tradisional

1. Hasil penjualan gitar untuk biaya makan sehari-hari

Musisi lokal Makassar, Jasir Ramadan/Instagram ice_kaluku

Jasir, warga Jalan Sultan Alauddin, Kecamatan Tamalate, mengaku terpaksa menjual gitarnya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sejak pemerintah menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB), sejak saat itu pula dia tidak bisa beraktivitas seperti biasa.

Jasir mengungkapkan, jadwal manggung berhenti total. Agenda untuk mengisi acara dari satu tempat ke tempat lain pun dibatalkan seketika lantaran kebijakan pemerintah melarang aktivitas yang mengumpulkan orang banyak.

"Uang jual gitar, dipakai makan sehari-hari. Bayar listrik, air. Apalagi sempat naik semua pembayaran selama pandemik. Sampai dengan sekarang ini, beberapa tempat yang tadinya kami isi panggungnya, belum mengizinkan lagi," ungkap pria 31 tahun ini.

Jasier mengaku, selama PSBB berlangsung, dia sama sekali tidak pernah mendapatkan bantuan, seperti sembako yang dijanjikan oleh pemerintah.

"Jangankan bantuan langsung tunai (BLT), sembako saja tidak ada," ucapnya.

2. Sebagian uang disisihkan untuk jualan kue online

Musisi lokal Makassar, Jasir Ramadan/Instagram ice_kaluku

Jasir bilang, sebelum pandemik, hasil manggung cukup untuk digunakan bertahan hidup selama sebulan. Apalagi selama ini dia masih tinggal sendiri. Sekali manggung, biasanya dia menerima bayaran sekitar Rp150 ribu, dengan frekuensi tiga kali seminggu.

"Belum lagi orderan, dari event-event biasanya ada juga dulu," ungkapnya.

Dia mengaku sudah tidak pernah manggung dalam lima bulan terakhir. Selama itu pula, dia memutar otak untuk mendapatkan tambahan biaya hidup. Tabungan dari hasil manggung hingga uang penjualan gitar separuhnya disisihkan untuk usaha mandiri.

"Sempat jual makanan ringan. Semacam kue bolu, ala-ala kekinian begitu. Tapi dijual online. Karena kan masyarakat khawatir kalau mau ketemu langsung, jadi di antar pakai jasa ojek online," ujar pria yang akrab disapa Jek ini.

3. Usaha jualan kue terhenti di tengah jalan karena kehabisan modal

Ilustrasi media sosial (Sukma Shakti/IDN Times)

Jek mengaku, kini, usaha jual kue via online miliknya terhenti di tengah jalan lantaran kehabisan modal. Dia terpaksa meminjam uang ke beberapa rekannya sembari menunggu panggilan untuk kembali mengisi kegiatan pentas seni hiburan.

"Minimal panggung-panggung seperti cafe, sementara ini diisi," kata dia.

Kini kata, Jek, semua jenis pekerjaan halal dan bisa menghasilkan uang untuk kebutuhan hidupnya digeluti. Berhubung Jek adalah salah satu mahasiswa lulusan komputer, dia sementara membuka usaha kecil-kecilan untuk mengedit gambar dan video.

"Itu juga kalau ada teman atau kenalan minta tolong saya kerjakan. Kalau tidak, ya putar otak lagi," tambahnya.

Di sisi lain, Jek masih berharap kepada pemerintah di tengah-tengah segala ketidak jelasan kebijakan yang diterapkan.

"Orang-orang seperti kami, tolonglah juga diperhatikan. Banyak pusat-pusat keramaian dibolehkan buka, namun pelaku seni hiburan masih belum diizinkan," dia menambahkan.

4. Jual alat musik tidak cukup, laptop pun ludes

Musisi lokal Makassar Saad Firmansyah. IDN Times/Istimewa

Nyaris serupa dengan Jasir, Saad Firmansyah, gitaris salah satu band indie Makassar juga mengaku perekonomiannya sangat terdampak pandemik COVID-19. Warga Jalan KS Tubun, Kecamatan Mariso ini mengaku, terpaksa menjual peralatan musik hingga perangkat elektronik milik pribadinya.

"Yang dijual gitar dua unit, terus efek gitar satu unit, laptop satu unit, plus berbagai pinjaman di (perusahaan) pembiayaan," ucap Saad saat diwawancarai terpisah.

Sadot -sapaan akrabnya- mengaku hanya bisa pasrah dengan kondisi saat ini. Dia mengaku sudah hampir tujuh bulan tidak pernah manggung mengisi acara atau kegiatan yang bersifat hiburan. Padahal kata dia, sebelum pandemik, kebutuhan hidup melalui nge-band terbilang mencukupi.

"Dulu sekitar Rp250 ribu per satu kali reguler (manggung) per orang. Kalau budget band per satu kali main rata rata di kisaran Rp1,75 juta, sekarang asli kosong pendapatan," katanya.

Berita Terkini Lainnya