TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Istana: Butuh Gotong Royong untuk Penanganan COVID-19

Fadjroel Rachman mengingatkan soal konsep pentahelix

Petugas merapikan fasilitas lokasi isolasi sementara penanganan COVID-19 di Gedung Balai Latihan Kesenian Tanah Abang, Jakarta Pusat, Minggu (17/5/2020). Gedung tersebut akan digunakan sebagai tempat isolasi sementara bagi warga yang hasil tes cepatnya (rapid test) reaktif. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

Makassar, IDN Times - Juru Bicara Presiden Republik Indonesia Fadjroel Rachman menyampaikan bahwa upaya penanganan COVID-19 butuh kerja sama semua pihak. Penanganan pandemik seperti ini, kata dia, tidak bisa didominasi oleh pihak tertentu.

Fadjroel mengingatkan soal konsep pentahelix, di mana ada lima unsur yang membangun kebersamaan. Yakni pemerintah, akademisi, pengusaha, media, dan masyarakat. Semua, kata dia, harus bersatu dalam menghadapi COVID-19.

"Metode pentahelix yang dibuat oleh pemerintah itu ingin memperlihatkan pemerintah bahwa ada akademisi, komunitas bisnis seperti BUMN dan swasta, ada masyarakat yang akan menjadi ujung tombak kedisiplinan, dan ada media," kata Fadjroel dalam seminar daring yang digelar Laboratorium Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin Makassar, Kamis (21/5).

1. Pentahelix mudah diterapkan karena Indonesia punya budaya gotong royong

Juru Bicara Presiden Jokowi, Fadjroel Rachman, di Kompleks Istana Negara, Jakarta Pusat, Senin 13 Januari 2020 (IDN Times/Teatrika Handiko Putri)

Menurut Fadjroel, konsep pentahelix mudah diterapkan di Indonesia karena masyarakat punya tradisi gotong royong. Apalagi menurut laporan Legatum Prosperity Index pada tahun 2019, Indonesia adalah negara dengan modal sosial tertinggi nomor lima di dunia.

Fadjroel menyebut bahwa modal sosial tersebut didasarkan kepada kepercayaan, rasa saling menghormati, serta menolong sesama masyarakat yang dilakukan secara kelompok atau individu.

"Ini yang menjadi modal sosial kita menghadapi apa yang kita sebut sebagai krisis pandemik ini," ujar dia.

2. Kehadiran pemimpin disebut penting dalam situasi krisis

Tim Tugas Penanganan COVID-19 saat melakukan imbauan dan pembagian masker (Zulkifli Nurdin/IDN Times)

Fadjroel menjelaskan, pemerintah harus menunjukkan kehadirannya di tengah krisis. Sebab masyarakat butuh kepemimpinan menghadapi situasi seperti saat ini.

Hal itu, menurutnya, sudah ditunjukkan oleh pemerintah melalui Presiden Joko Widodo.

"Saya menemukan sejak Januari sampai Mei ini, pemeritah Republik Indonesia bersama Presiden Jokowi sudah berhasil menampilkan moral leadership, rule of law leadership, institutional leadership, operational leadership, dan informational leadership," sebut dia.

Berita Terkini Lainnya