Intip Pelaksanaan Protokol Kesehatan di Masjid HM Asyik Makassar
Tak perlu takut beribadah di tengah pandemik
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Makassar, IDN Times - Sudah dua tahun umat muslim menjalankan ibadah puasa di tengah pandemik, begitu pula di Kota Makassar. Ada perbedaan dalam pelaksanaan ibadah dibanding tahun sebelumnya.
Pada 2020, masyarakat tidak dibolehkan beribadah seperti salat Tarawih berjamaah di masjid, maka tahun ini pemerintah sudah membolehkan dengan catatan wajib menerapkan protokol kesehatan.
Salah satu masjid yang telah menerapkan protokol kesehatan COVID-19 adalah Masjid HM Asyik. Masjid tersebut berlokasi di Jalan AP Pettarani No 100, Buakana, Kecamatan Rappocini, Kota Makassar.
Harisal Habil selaku Sekretaris Pengurus Masjid HM Asyik mengatakan penerapan protokol kesehatan itu berdasarkan surat edaran Wali Kota Makassar.
"Alhamdulillah Masjid HM Asyik itu sudah memenuhi semua apa yang disampaikan oleh Bapak Wali Kota Makassar bahwa pelaksanaan ibadah Ramadan di seluruh masjid di Kota Makassar harus memperhatikan protokol kesehatan," kata Harisal Habil, Minggu (18/4/2021).
1. Lantai masjid diberi tanda silang agar jemaah saling menjaga jarak
Penerapan protokol kesehatan di masjid tersebut sebagai upaya antisipasi penyebaran COVID-19. Hal itu dikarenakan masjid ini terletak persis di tepi jalan poros AP Pettarani sehingga mudah diakses oleh siapapun.
Dengan demikian, jemaah yang datang untuk melaksanakan salat lima waktu maupun salat Tarawih bukan hanya warga sekitar tapi juga masyarakat umum yang kebetulan melintas dan ingin salat berjemaah di masjid.
Untuk mengingatkan kepada jemaah, pengurus masjid pun memasang poster di berbagai sudut area masjid berisi protokol kesehatan seperti memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan dengan sabun.
Selain itu, lantai masjid juga diberi tanda silang untuk menjaga jarak jemaah. Menariknya, tanda silang itu dibuat secara berselang-seling sehingga jemaah tidak tampak terlalu berjarak.
"Sengaja kita kasih selang-seling tandanya karena kalau tanda silangnya lurus-lurus saja maka kelihatan sekali ada kekosongan di tengah," kata Harisal.
Baca Juga: Masjid Tua Katangka, Tonggak Sejarah Islam di Sulawesi Selatan
Baca Juga: Masjid Tua Tosora, Saksi Bisu Perkembangan Islam di Tanah Wajo