Cerita Pendiri Rumah Hijau Denassa Penerima Kalpataru 2021 dari Sulsel
Denassa mendedikasikan diri menjaga keanekaragaman hayati
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Makassar, IDN Times - Keanekaragaman hayati menjadi salah satu bagian terpenting dalam menjaga keseimbangan alam. Sayangnya hanya sedikit orang yang mau benar-benar meluangkan waktu untuk memikirkan dan menjaga kelestariannya. Salah satunya adalah Dermawan Denassa. Laki-laki asal Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan (Sulsel) ini rela menjadikan rumahnya sebagai area konservasi berbagai jenis tumbuhan.
Berawal dari perhatiannya terhadap beberapa jenis tumbuhan yang mulai jarang ditemukan, Denassa, begitu dia disapa, menjadikan rumahnya yang berlokasi di Jalan Borongtala, Tamallayang, Kecamatan Bontonompo, sebagai area konservasi dengan nama Rumah Hijau Denassa (RHD) pada tahun 2007 silam.
Denassa memang ingin rumahnya menjadi tempat belajar bagi banyak orang. Karena baginya, rumah bukan hanya sebuah tempat untuk dihuni oleh keluarganya tapi juga menjadi rumah untuk keanekaragaman hayati flora dan fauna.
"Banyak jenis tanaman yang mulai jarang atau susah ditemukan. Ada rasa khawatir bahwa jangan-jangan tanaman itu hanya saya yang melihatnya sementara orang-orang setelah saya tidak tahu lagi. Saya merasa harus menyelamatkan itu agar bukan hanya saya yang melihat," kata Denassa kepada IDN Times, Minggu (26/9/2021).
1. Memperkenalkan kampung halaman
Di masa kecilnya, Denassa selalu mendengar orang tuanya bercerita tentang tanaman. Orang-orang diajak ke rumahnya hanya untuk mendengar cerita tentang tanaman. Tapi justru itulah yang membuat Denassa rindu dan ingin mengulang pengalaman itu dengan caranya sendiri.
"Membuka diri dengan rumah yang kami punya tapi tentu saja melengkapi fasilitas yang ada di dalam, kayak ada tempat diskusi, merasa nyaman dan seterusnya," katanya.
Denassa dulu mengenyam pendidikan di Fakultas Sastra Universitas Hasanuddin pada 1996. Setelah menyelesaikan studi di tahun 2002, di sempat menjadi dosen di kampus tersebut selama 5 tahun sebelum akhirnya dia merasa terpanggil untuk pulang membangun kampung halamannya.
Di antara pengabdiannya sebagai pendidik, dia berpikir harus pulang ke kampung halamannya. Karena Makassar yang ditempatinya saat itu sudah sangat dikenal sementara kampungnya belum diketahui orang banyak.
"Saya mau melakukan untuk kampung, bukan sekadar pulang. Saya mau memperkenalkan kampung saya pada banyak orang. Tapi tentu saja harus melakukan sesuatu dulu lalu kemudian mengenalkannya kepada orang, baik di Makassar maupun di luar Makassar," kata Denassa.
Baca Juga: Cerita Petani Millennial di Sulsel, Mendobrak Gengsi Anak Muda Bertani
Baca Juga: Kisah Iwan Dento Melawan Tambang di Rammang-rammang