TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Ternyata, Merah Putih Berkibar di Sulsel Sebelum Indonesia Merdeka

Persis simbol Kerajaan Bone dan pusaka Kerajaan Bajeng

Keluarga Kerajaan Bajeng memakai baju adat memimpin upacara memperingati Kemerdekaan RI di Kawasan Balla Lompoa Kecamatan Bajeng, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, Jumat (14/8/2020). (ANTARA FOTO/Abriawan Abhe)

Makassar, IDN Times - Jika berbicara tentang peristiwa-peristiwa seputar Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945, ada satu topik yang sering disinggung: di mana lokasi pengibaran bendera Merah Putih pertama di Sulawesi Selatan (Sulsel)?

Ya, simbol sakral ini pada masa kolonial Hindia-Belanda dan pendudukan Jepang dianggap sebagai benda berbahaya. Merah Putih jadi penanda kesadaran atas identitas nasionalisme persatuan. Namun, kibar Dwiwarna di Tanah Sulsel ternyata punya kisahnya sendiri. Dan kisah itu dimulai jauh sebelum Indonesia merdeka.

Baca Juga: Pecahkan Rekor, 15 ribu Pendaki Peringati HUT RI di Gunung Bawakaraeng

1. Merah-putih salah satu bendera kebesaran Kerajaan Bone, pernah berkibar di Perang Makassar

Lukisan karya Romeyn de Hooghe tentang suasana sebuah pertempuran Perang Makassar (1666-1699) antara pasukan koalisi VOC-Bone-Buton pimpinan Laksamana Cornelis Speelman dan pasukan Kesultanan Gowa Tallo. (Wikimedia Commons/Koninklijke Bibliotheek)

Sebelum menjadi identitas resmi Indonesia, bendera dengan warna merah dan putih rupanya lebih dulu menjadi lambang kekuasaan Kerajaan Bone yang eksis dari abad ke-14 hingga tahun 1951.

"Kerajaan Bone punya bendera berwarna merah-putih selain kuning yang disebut WorongporongE. Bendera tersebut merupakan lambang kekuasaan dan kebesaran Bone," ungkap sejarawan Universitas Negeri Makassar, Bahri, kepada IDN Times, Senin (17/8/2020).

Dengan kebiasaan membawa simbol kerajaan ke medan tempur, maka merah-putih turut berkibar dalam beberapa peristiwa bersejarah. Mulai dari Perang Makassar (1666-1669) sebagai panji yang diusung pasukan pimpinan Arung Palakka, hingga Rumpa'na Bone (1905) di mana rakyat mengangkat senjata melawan tentara kolonial Hindia-Belanda. Namun, tak ada bukti terverifikasi yang menyatakan bahwa idenya datang dari Tanah Bugis.

"Tidak ada klaim hingga saat ini bahwa inspirasi bendera Merah Putih berasal dari Kerajaan Bone," pungkas Bahri.

2. Merah-putih berkibar di Lapangan Maradekayya 29 April 1945, sejajar bendera Kekaisaran Jepang

Penyerahan bendera Merah Putih dari pejabat militer Jepang (Minseifu) wilayah Sulawesi kepada Sultan Bone ke-32 Andi Mappanyukki dalam upacara yang dilaksanakan pada 29 April 1945 bertempat di Lapangan Maradekayya (kini Lapangan Hasanuddin) Kota Makassar. (Nippon Eiga Sha - YouTube.com/Bimo K.A.)

Selanjutnya, bendera Merah Putih berkibar di Makassar kurang dari tiga bulan sebelum Indonesia merdeka. Situasi Jepang yang kian terjepit di Perang Asia Timur Raya membuat Tokyo mulai melunak pada negara-negara jajahannya. Janji kemerdekaan pun diberi kepada Indonesia.

Sebagai bentuk komitmen Dai Nippon untuk masyarakat Sulawesi, sebuah rapat umum diadakan sebuah upacara sekaligus rapat umum di Kota Makassar pada tanggal 29 April 1945. Berlangsung di Lapangan Maradekayya, atau kini dikenal sebagai Lapangan Hasanuddin.

Dalam rapat umum yang bertepatan dengan Tentyoo Setsu (ulang tahun Kaisar Hirohito), dilakukan pula penyerahan simbolis Merah Putih disaksikan oleh masyarakat, anggota organisasi bentukan Jepang, para raja-raja kerajaan Sulsel dan Soekarno (Ketua Chuo Sangi In/Dewan Petimbangan Pusat dan anggota BPUKI).

Bendera diserahkan oleh petinggi Kaigun Minseifu Celebes (Organisasi Pemerintahan Sipil Militer Jepang di Sulawesi) kepada Arumpone (Raja Bone) ke-32, Andi Mappanyukki. Merah Putih pun dikibarkan sejajar berdampingan dengan bendera Hinomaru milik Kekaisaran Jepang.

Baca Juga: Mapala 45 Bentangkan Bendera Raksasa di Pulau Laelae Makassar

Berita Terkini Lainnya