Menerka Imbas Perang Rusia-Ukraina bagi Ekonomi Sulsel 

Perang bisa memicu inflasi dan gangguan ekspor-impor

Makassar, IDN Times - Meski terpisah 10 ribu kilometer, riak-riak perang Rusia-Ukraina tetap terasa hingga Sulawesi Selatan. Invasi militer Rusia yang terjadi sejak 21 Februari lalu menandai babak baru hubungan dua negara tetangga yang tak pernah akur sejak tahun 2014.

Menurut dosen Hubungan Internasional Universitas Bosowa, Muhammad Fahmi, kekhawatiran terbesar ada pada sektor ekonomi baik di level lokal dan nasional.

"Konflik tersebut bakalan berimbas pada kenaikan harga migas dunia sehingga Indonesia, yang beban APBN untuk subsidi migasnya cukup besar, akan diberatkan. Akibatnya, ada potensi inflasi," ujar Fahmi saat dihubungi IDN Times pada Sabtu siang (26/2/2022).

Baca Juga: Luhut Tantang Pelaku UMKM di Sulsel Berani Ekspor: Bugis ini Fighter!

1. Melambungnya harga minyak dunia bakal memicu inflasi secara luas

Menerka Imbas Perang Rusia-Ukraina bagi Ekonomi Sulsel Ilustrasi kilang minyak (IDN Times/Arief Rahmat)

Berdasarkan laporan Reuters Jumat kemarin (25/2/2022), harga minyak dunia kini melambung ke level US$ 91,94/barel. Pada Kamis sebelumnya (24/2/2022), tiga hari setelah invasi Rusia di Ukraina, angkanya bahkan sempat menembus US$ 105/barel.

Di sisi lain, jika melihat tren, persentase inflasi nasional menurut Bank Indonesia memang meningkat selama enam bulan terakhir. Dari 1,59 persen pada September 2021, menjadi 2,18 persen pada Januari lalu. Tapi, ini masih dalam level ringan.

Sedangkan dalam data milik Badan Pusat Statistik (BPS), Sulsel baru saja mencatat angka inflasi tertinggi dalam tiga tahun terakhir, yakni 2,40 persen.

2. Inflasi akan memicu harga kebutuhan pokok berpotensi naik

Menerka Imbas Perang Rusia-Ukraina bagi Ekonomi Sulsel Ilustrasi beberapa kebutuhan pokok beserta harga yang ditawarkan di pasar murah Diskopindag Kota Malang. IDN Times/Alfi Ramadana

Efek domino perang Rusia-Ukraina juga akan terasa hingga ke pasar, tempat transaksi jual-beli dan kebutuhan pokok diperdagangkan. Fahmi menyebut konsumsi khalayak umum kemungkinan ikut dipicu merangkaknya level inflasi.

"Timing-nya juga agak merepotkan. Karena sebentar lagi kita masuk bulan Ramadan, di mana pola konsumsi masyarakat yang meningkat bakalan mendorong kenaikan harga barang juga," imbuhnya.

3. Stok gandum Sulsel yang diimpor Ukraina ikut terancam

Menerka Imbas Perang Rusia-Ukraina bagi Ekonomi Sulsel Ilustrasi gandum dan roti. (Pexels.com/Mariana Kurnyk)

Imbas lainnya, neraca perdagangan Sulsel ikut terancam. Selama ini, Rusia jadi salah satu tujuan utama sejumlah komoditi ekspor seperti pala, cengkeh dan briket arang tempurung kelapa. Berdasarkan data BPS, nilainya mencapai miliaran Rupiah.

Kemudian dari segi impor, upaya pemenuhan stok gandum lokal bisa terganggu. Dengan angka mencapai 15,67 persen pada tahun 2021, Ukraina dikenal sebagai salah satu eksportir gandum untuk Sulsel. Gandum sendiri menjadi bahan baku untuk tepung serta pakan tenak. Alhasil, sektor peternakan serta usaha rumahan berbasis kuliner harus memutar otak jika pasokannya tersendat.

Baca Juga: DLH Sulsel Klaim Dampak Perubahan Iklim Tak Signifikan di Daerahnya

Topik:

  • Aan Pranata
  • Irwan Idris

Berita Terkini Lainnya