Unicef: Penyakit Muncul usai Imunisasi di Sekolah Dihentikan

Cakupan imunisasi sudah rendah sebelum pandemik

Makassar, IDN Times - Terhentinya imunisasi di sekolah sejak virus corona COVID-19 merebak pada awal Maret 2020 membuat sejumlah penyakit muncul. Kondisi itu diungkapkan Kepala Kantor Perwakilan UNICEF Wilayah Sulawesi dan Maluku Henky Widjaja.

Munculnya penyakit seiring penutupan sekolah atau pembelajaran tatap muka, yang membuat proses imunisasi ikut terhambat.

"Sejak ditutupnya sekolah, kasus polio ditemukan di beberapa tempat, difteri, dampak rubella juga merebak, padahal semua penyakit ini sudah pernah nol di Indonesia," kata Henky dikutip dari Antara, Senin (8/11/2021).

Baca Juga: Dinsos Sulsel Terbantu Fatwa Haram MUI Sulsel soal Pengemis

1. Kasus polio mulai merebak di daerah tertentu

Unicef: Penyakit Muncul usai Imunisasi di Sekolah DihentikanImunisasi polio. ANTARA /Saiful Bahri

Henky menerangkan, imunisasi di sekolah sangat berpengaruh terhadap imunitas tubuh anak. Sebab anak-anak diberikan berbagai jenis vaksin secara berkala.

Sejumlah penyakit yang bisa terjadi karena tidak adanya pemberian vaksin anak, antara lain, tetanus, polio, TBC, difteri, campak, rubella, dan kanker rahim.

"Kalau Sulsel, kami memang belum punya datanya, tapi memang ada beberapa kasus di Sulsel maupun provinsi lainnya, kalau polio ada merebak KLB di Papua dan Jawa Barat," ujarnya.

2. Cakupan imunisasi sudah rendah sebelum pandemik

Unicef: Penyakit Muncul usai Imunisasi di Sekolah Dihentikanilustrasi vaksinasi (IDN Times/Arief Rahmat)

Henky menjelaskan bahwa sebelum pandemi, pemerintah telah menggalakkan layanan imunisasi di sekolah yang diakui cakupannya cukup rendah. Saat pandemi, semua layanan dihentikan hingga akhirnya cakupan imunisasi semakin parah.

"Selama masa pandemi, orang-orang juga tidak ke sekolah. Nah, ini yang sekarang berusaha kembali digalakkan pemerintah dengan melakukan Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) untuk Tahun 2021 di Sulsel," katanya.

3. Imunisasi anak berkelanjutan

Unicef: Penyakit Muncul usai Imunisasi di Sekolah DihentikanSeorang siswa mendapatkan suntikan imunisasi dari tenaga kesehatan. IDN Times/Daruwaskita

Program BIAS 2021 ini baru saja dirilis oleh Pemerintah Provinsi Sulsel bersama Unicef untuk meningkatkan imunitas anak. Imunisasi anak ini menargetkan kelas 1 untuk vaksin difteri tetanus.

"Imunisasi ini fokus berkelanjutan untuk anak-anak, jadi tidak ada batas waktunya dan terus berlanjut," katanya.

Henky mengemukakan bahwa saat pandemi, banyak layanan kesehatan teralihkan, mobilitas juga terganggu, sehingga dengan momentum dibukanya kembali sekolah maka imunisasi anak kembali digelar.

"Pelayanan kesehatan kepada anak tidak maksimal dan dengan momentum dibuka sekolah kembali kita mau mengampanyekan pentingnya imunisasi rutin. Pemerintah Indonesia yang menyediakan vaksin imunisasi lengkap bagi anak-anak dan ini sangat disayangkan jika tidak terdistribusi," ujarnya.

Baca Juga: Sulsel Mulai Kaji Rencana Penerbangan Langsung untuk Haji dan Umrah

Topik:

  • Aan Pranata

Berita Terkini Lainnya