BPBD: 21 Daerah di Sulsel Berpotensi Tinggi Banjir dan Tanah Longsor

Makassar, IDN Times - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sulawesi Selatan menggolongkan potensi bahaya banjir dan tanah longsor di daerahnya pada kelas sedang dan tinggi. Potensi itu dipetakan berdasarkan hasil analisis pada tahun 2021.
Kepala Pelaksana BPBD Sulsel Muhammad Firda mengatakan, Gubernur Andi Sudirman Sulaiman selalu menginstruksikan kepada BPBD dan instansi terkait untuk siaga mengahadapi cuaca ekstrem tahun ini. Jikad terjadi bencana, BPBD dan dinas terkait harus segera turun menangani dan memberikan bantuan langsung.
Firda menyebut potensi bahaya banjir dengan kelas sedang terdapat pada dua kabupaten/kota, yakni Bantaeng dan Jeneponto. Sedangkan 21 kabupaten/kota lain ada di potensi bahaya kelas tinggi.
"Sementara potensi bahaya tanah longsor di Sulsel dengan Kelas Sedang terdapat pada dua kabupaten/kota, yaitu Takalar dan Wajo, sedangkan yang lain berada pada kelas tinggi," kata Firda dalam keterangannya, Kamis (13/10/2022).
1. Tercatat 528 kasus bencana sepanjang 2022
Cuaca ekstrem ditandai hujab lebat dan angin kencang melanda berbagai wilayah Sulsel beberapa hari terakhir. Fenomena itu berpotensi menyebabkan bencana alam, khususnya banjir dan tanah longsor.
Menurut data BPD, pada periode Januari hingga September 2022 telah terjadi 528 kasus bencana. Terdiri dari gempa, angin kencang, kebakaran, banjir, puting beliung, tanah longsor, dan abrasi. Bencana dirasakan 22.132 jiwa terdampak dengan taksiran kerugian mencapai Rp48 miliar.
2. Berbagai langkah antisipasi tanggap bencana
Firda menjelaskan, BPBD Sulsel mengantisipasi sejak dini bencana banjir dan tanah longsor lewat berbagai upaya. Di antaranya dengan simulasi penanggulangan bencana pada wilayah berpotensi, seperti Parepare dan Gowa.
BPBD, kata dia, juga intens berkoordinasi dengan BPBD kabupaten/kota guna meningkatkan kesiapsiagaan daerah, baikp personel, peralatan, maupun logistik bencana melalui grup Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (Pusdalops PB).
"Memang pada musim hujan ini harus diantisipasi bencana alam hydrometeorologi, yaitu bencana yang diakibatkan iklim, untuk dokumen Kajian Risiko Bencana yang mengakomodir peta bahaya, peta kerentanan, dan peta kapasitasnya," katanya.
3. Logistik bantuan disiapkan
Firda menyatakan BMKG juga secara intens berkolaborasi dan bersinergi dengan instansi lintas sektoral, seperti Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) terkait prakiraan cuaca. Serta berkoordinasi dengan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pompengan Jeneberang terkait dengan informasi elevasi sungai di Sulsel setiap jamnya.
Untuk daerah yang dilanda bencana, kata Firda, BPBD Sulsel menyiapkan logistik bencana berupa logistik pangan, perlengkapan keluarga, perlengkapan bayi, dan shelter kit (selimut, bantal, dan tenda terpal).
"Hal tersebut merupakan kebutuhan dasar bagi korban bencana, sehingga jika terjadi bencana maka kami siap men-support. Kesiapsiagaan Anggota Tim Reaksi Cepat pada BPBD Provinsi Sulsel sebagai personil yang akan membantu evakuasi, membuat laporan kaji cepat dan membawa logistik bencana jika terjadi bencana," ungkapnya.
Melalui BPBD kabupaten/kota, pihaknya juga mengedukasi masyarakat tetap menjaga lingkungan. Misalnya tidak membuang sampah di saluran air dan kanal pada musim hujan, sehingga drainase air dapat berfungsi sebagaimana mestinya.