Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

[WANSUS] Ngobrolin Proses Kreatif bersama Nunu, Content Creator Asal Makassar

Miftahul Nur atau Nunu, seorang content creator asal Makassar dengan akun Instagram @nunu.koe. (Dok. Pribadi)
Miftahul Nur atau Nunu, seorang content creator asal Makassar dengan akun Instagram @nunu.koe. (Dok. Pribadi)
Intinya sih...
  • Video speed ramp kursi plastik buatan @nunu.koe viral di Instagram, ditonton 1 juta kali
  • Nunu terinspirasi oleh channel YouTube Rocket Jump dan CleanSound Studio dalam belajar editing dan visual effect
  • Skill editing sangat penting dalam menyampaikan ide lewat video, memungkinkan cerita yang kuat dan visual estetik
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Makassar, IDN Times - Pada awal tahun 2023, sebuah video speed ramp kursi plastik beredar luas di Instagram buatan akun @nunu.koe. Sederhana, tapi ditonton sebanyak 1 juta kali. Menurut sang pembuat, Miftahul Nur atau biasa disapa Nunu, itu adalah kombinasi antara kebetulan dan kejelian.

Akun ini menampilkan karya-karya visual dengan sentuhan artistik dan teknik editing modern. Hingga kini, akun ini telah mengumpulkan lebih dari 101 ribu pengikut dengan ratusan postingan yang sebagian besar berupa reels. Kontennya didominasi oleh eksplorasi teknik editing, seperti speed ramp, efek sinematik, dan eksperimen VFX yang memperkuat cerita visual.

Pada 22 Maret 2025, IDN Times berkesempatan melakukan wawancara khusus dengan content creator kelahiran Soppeng tersebut. Ada banyak hal dibicarakan oleh pria baru saja lulus kuliah di Universitas Negeri Makassar (UNM) tersebut. Mulai dari perjalanan awalnya menjadi content creator, proses kreatif, minatnya pada pop culture asal Jepang, hingga pentingnya menyajikan sesuatu yang berbeda dalam karya. Berikut ini percakapan lengkapnya.

Halo, Nunu. Sebagai pertanyaan pembuka, siapa yang menjadi inspirasimu menjadi seorang content creator?

Laptop dan tablet yang digunakan oleh Miftahul Nur alias Nunu (@nunu.koe), content creator asal Makassar, untuk membuat seluruh videonya. (Dok. Pribadi)
Laptop dan tablet yang digunakan oleh Miftahul Nur alias Nunu (@nunu.koe), content creator asal Makassar, untuk membuat seluruh videonya. (Dok. Pribadi)

Kalau bicara inspirasi, sebenarnya cukup panjang prosesnya. Saya mulai tertarik dengan dunia editing dan visual effect sekitar tahun 2015. Saat itu saya mulai belajar Adobe After Effects secara otodidak. Yang benar-benar bikin saya kepincut itu channel YouTube bernama Rocket Jump. Channel itu sering menyajikan konten dengan efek visual yang keren dan storytelling yang unik. Saya terpukau dan penasaran bagaimana mereka bisa membuat efek seperti itu.

Selain itu, saya juga terinspirasi konten lama dari video CleanSound Studio yang dulu mereka punya konten segmen Remedial yang dimana video VFX-nya yang dikerjakan oleh YouTuber Indonesia bernama VNGNC. Saya belajar banyak hal teknis dari channel itu, seperti cara membuat api di kepala, efek mata menyala, dan lainnya. Laptop saya saat itu sangat terbatas, hanya pakai Asus X200M dengan RAM 4GB dan prosesor Intel Celeron. Sangat tidak ideal untuk editing, tapi saya tetap nekat belajar.

Saya mulai dengan After Effects CS6, dan dari situ saya pelan-pelan memahami fitur-fitur yang ada. Saya juga banyak belajar dari content creator luar seperti Sam Kolder, Corridor Digital, dan Josh VFX. Ada juga After Effect Basic, Premiere Basic, Jalex Rosa, Film riot, Cinecom.net dan beberapa YouTuber yg susah diingat namanya. Mereka semua memberikan influence besar, baik dari segi sinematografi maupun pendekatan kreatif dalam membuat konten. Semua saya pelajari lewat YouTube secara otodidak.

Menarik juga. Lalu bagaimana proses kreatif kamu dalam membuat konten? Bisa ceritakan sedikit tentang itu?

Proses riset yang dilakukan oleh content creator asal Makassar, Miftahul Nur (@nunu.koe), untuk karyanya. (Dok. Pribadi)
Proses riset yang dilakukan oleh content creator asal Makassar, Miftahul Nur (@nunu.koe), untuk karyanya. (Dok. Pribadi)

Proses kreatif saya dimulai dari mencari inspirasi. Inspirasi bisa datang dari mana saja, baik dari kehidupan sehari-hari maupun dari media sosial seperti TikTok dan Instagram. Biasanya kalau ada video menarik, saya simpan dulu, lalu saya analisis apa yang membuat video itu menarik. Tapi tentu saja saya tidak pernah meniru 100 persen. Selalu saya modifikasi agar punya sentuhan orisinal.

Kalau sudah dapat ide, saya langsung masuk ke proses perencanaan. Kadang saya buat storyboard atau video board agar tidak lupa alur dan komposisi visualnya. Proses shooting biasanya saya lakukan sendiri dengan bantuan tripod dan kamera handphone. Jadi saya juga harus memikirkan sudut pengambilan gambar secara matang.

Editing adalah tahap yang paling memakan waktu, tergantung kompleksitas efeknya. Konten yang sederhana bisa selesai dalam 4 jam. Tapi kalau melibatkan banyak efek seperti rotoscoping, prosesnya bisa sampai 5 hari. Salah satu tantangan terbesar di proses ini adalah memisahkan subjek dari background tanpa green screen, karena di lapangan sulit pasang green screen. Semua itu saya kerjakan sendiri dari awal sampai akhir.

Oh iya, konten speed ramp-mu tahun lalu viral dan ditonton satu juta kali di Instagram meski terlihat sederhana. Idenya itu dari mana?

Awalnya itu eksperimen iseng. Saya nemu konten dari seorang content creator luar bernama D2 Shots, yang spesialis bikin konten speed ramp. Biasanya orang pakai mobil sebagai objek, tapi saya kepikiran buat sesuatu yang beda, pakai kursi! Saya rekam video dengan 60 fps (frame per second), lalu edit pakai time remapping dan efek CC Force Motion Blur. Hasilnya ternyata memuaskan.

Menariknya, konten itu viral karena momennya pas. Waktu itu lagi ramai video soal seorang begal yang tertangkap dan kena gebuk warga pakai kursi hijau, dan saya juga pakai kursi hijau di video itu. Jadi banyak orang merasa relevan dan tertarik. Tak disangka, video itu tembus sampai 11 juta views dan akun Instagram saya naik pesat, followers tembus 100 ribu untuk pertama kalinya.

Menarik juga, ya? Menurut kamu, seberapa penting skill editing dalam menyampaikan ide lewat video?

Proses penyuntingan video yang dilakukan oleh content creator asal Makassar, Miftahul Nur (@nunu.koe), untuk karyanya. (Dok. Pribadi)
Proses penyuntingan video yang dilakukan oleh content creator asal Makassar, Miftahul Nur (@nunu.koe), untuk karyanya. (Dok. Pribadi)

Sangat penting. Di era media sosial sekarang, apalagi dengan tren video pendek seperti reels dan TikTok, kemampuan editing bisa jadi penentu apakah penonton akan terus nonton atau langsung skip. Editing yang menarik dari detik pertama bisa meningkatkan engagement secara signifikan.

Editing juga memungkinkan kita menyampaikan cerita yang lebih kuat dan visual yang lebih estetik. Bahkan dalam kehidupan sehari-hari, skill editing berguna banget. Misalnya, untuk tugas kuliah, membuat media promosi, atau konten internal organisasi. Minimal skill dasar seperti memotong video, compositing, dan memberi efek transisi itu sangat membantu.

Bagi yang ingin jadi content creator, menurut saya wajib mengembangkan kemampuan editing, baik dari segi teknik dasar maupun advanced seperti VFX. Itu bisa jadi pembeda yang signifikan di tengah banyaknya konten yang ada sekarang.

Kita kembali ke topik proses kreatif. Apa tantangan terbesar yang kamu hadapi selama membuat konten-konten itu?

Content creator asal Makassar, Miftahul Nur atau Nunu (@nunu.koe) saat membuat konten saat mengunjungi salah satu event pop culture Jepang di Makassar. (Dok. Pribadi)
Content creator asal Makassar, Miftahul Nur atau Nunu (@nunu.koe) saat membuat konten saat mengunjungi salah satu event pop culture Jepang di Makassar. (Dok. Pribadi)

Salah satu tantangan terbesarnya adalah lokasi. Saat bikin konten di ruang publik, sering kali saya harus berhadapan dengan security yang menegur karena tidak ada izin. Padahal kontennya cuma untuk pribadi dan bukan endorse. Jadi saya harus cari waktu dan tempat yang sepi untuk syuting.

Tantangan lainnya adalah karena saya bekerja sendiri. Mulai dari konsep, syuting, sampai editing saya kerjakan sendiri. Kadang dibantu adik untuk pegang kamera, tapi itu pun saya harus arahin dengan detail. Kalau hasilnya tidak sesuai harapan, ya harus ulang dari awal. Itu capek banget, tapi saya nikmati prosesnya.

Pernah kolaborasi dengan content creator lain? Atau mungkin pengalaman unik yang berhubungan dengan karyamu?

Proses riset yang dilakukan oleh content creator asal Makassar, Miftahul Nur (@nunu.koe), untuk karyanya. (Dok. Pribadi)
Proses riset yang dilakukan oleh content creator asal Makassar, Miftahul Nur (@nunu.koe), untuk karyanya. (Dok. Pribadi)

Pernah. Salah satu yang saya ingat adalah Urrofi, content creator dan videographer yang sudah saya ikuti sejak 2016. Kami kolaborasi tapi lebih ke bagi tugas, dia bagian rekam, saya bagian editing. Selain itu, saya juga pernah kolaborasi dengan Eno Bening, tapi lewat akun saya yang lain, @sukineko.exe, yang fokusnya ke konten komedi.

Ada juga pengalaman unik, konten saya pernah dipakai oleh produser musik Shawn Wasabi sebagai background untuk videonya. Dia awalnya komen di konten saya, lalu DM minta izin pakai videonya. Saya sih oke-oke aja, karena dia tetap cantumkan sumber. Walaupun bukan kolaborasi langsung, tapi itu pengalaman yang sangat berkesan.

Bagaimana kamu melihat tren budaya Jepang yang digandrungi banyak anak muda Makassar?

Budaya Jepang atau pop culture Jepang cukup populer di Makassar. Banyak anak muda yang terlibat dalam komunitas cosplay, idol group, bahkan komunitas pembuat kostum dan desainer merchandise. Saya pribadi juga suka budaya Jepang, terutama anime.

Makanya saya sering datang ke event cosplay, selain karena suka, juga jadi ajang cari ide konten. Salah satu konten speed ramp saya bahkan saya buat di event cosplay, dengan subjek cosplayer. Itu unik karena belum banyak yang bikin konten seperti itu.

Kamu juga pernah terlibat di proyek idol group lokal yakni Jetava. Bisa diceritakan?

Idol group asal Makassar, Jetava, selepas tampil di acara Tsukiji Convention pada 3 Maret 2023. (Dok. Istimewa/Ari Putra Anugrah)
Idol group asal Makassar, Jetava, selepas tampil di acara Tsukiji Convention pada 3 Maret 2023. (Dok. Istimewa/Ari Putra Anugrah)

Iya, saya punya teman yang tergabung sebagai personel di Jetava dan mereka tahu saya bisa ngedit. Akhirnya saya diajak ikut terlibat sebagai tim kreatif. Saya membantu di bagian visual untuk project mereka.

Sejauh ini saya sudah terlibat di dua project, dan yang kedua masih dalam proses. Ini pengalaman baru juga buat saya karena bisa mengembangkan kemampuan editing untuk kebutuhan musik dan performance.

Apa ada konten atau karya yang paling kamu banggakan sampai sekarang?

Ada banyak. Salah satunya adalah konten VFX parodi pertarungan Uchiha Obito (dikenal juga sebagai Tobi, salah satu karakter di serial manga dan kartun Naruto, red.). Proyek itu benar-benar menguras tenaga dan waktu. Syuting dua hari, lalu saya langsung lanjut proses penyuntingan tanpa henti sampai subuh. Bahkan saya sempat lupa makan dan mandi karena kejar deadline. Konten itu bagian dari kolaborasi dengan brand, jadi ada target yang harus dikejar.

Meski capek, saya puas dengan hasilnya. Bahkan setelah saya revisi dan upload ulang, hasilnya lebih bagus dan ramai. Tapi sayangnya, ada reposter yang ambil konten saya tanpa izin, hapus watermark, dan tidak mencantumkan sumber.

Masalah reposter tanpa izin dan tanpa kredit, apa kamu sering mengalaminya?

Sering. Ada yang repost tanpa kredit, hapus watermark, bahkan ada yang edit ulang jadi konten jedak-jeduk (ala TikTok). Itu agak menyedihkan karena estetikanya jadi rusak. Saya biasanya langsung cek, lalu kirim pesan DM atau komentar minta sumber dicantumkan.

Kalau di YouTube, saya bisa langsung klaim copyright. Tapi di Instagram agak sulit, jadi harus manual. Saya sebenarnya gak masalah videonya di-repost, asal tetap mencantumkan sumber. Karena itu bentuk penghargaan terhadap kerja keras si pembuat konten.

Pertanyaan terakhir, ada rencana konten yang ingin banget kamu buat tapi belum kesampaian?

Content creator asal Makassar, Miftahul Nur atau Nunu (@nunu.koe) membuat konten saat mengunjungi salah satu event pop culture Jepang di Makassar. (Dok. Pribadi)
Content creator asal Makassar, Miftahul Nur atau Nunu (@nunu.koe) membuat konten saat mengunjungi salah satu event pop culture Jepang di Makassar. (Dok. Pribadi)

Banyak. Beberapa project bahkan sudah sempat mulai syuting tapi belum selesai karena sekarang saya lagi fokus ke skripsi. Jadi waktunya terbatas. Tapi ide-ide dan stok footage sudah ada. Tinggal tunggu waktu luang untuk diselesaikan.

Nunu sudah merampungkan studi S1 di Fakultas Pendidikan di UNM pada awal Agustus lalu. Hal pertama yang ia lakukan? Membuat konten speed ramp dirinya dalam balutan almamater dan selempang gelar, sekaligus membagi cara pembuatannya ke para followers!

Ide konten Nunu bisa datang dari mana saja, juga dari pencapaian pentingnya dalam hidup. Keren, kan?

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Aan Pranata
EditorAan Pranata
Follow Us