Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

5 Kepercayaan Palsu yang Bisa Menghambat Proses Pengembangan Diri Kamu

Ilustrasi perempuan berpose mengangkat tangan (unsplash.com/Lumière Rezaie)
Ilustrasi perempuan berpose mengangkat tangan (unsplash.com/Lumière Rezaie)

Pengembangan diri adalah salah satu perjalanan hidup yang tak pernah berakhir. Setiap orang pasti ingin berkembang menjadi versi terbaik dari diri mereka. Namun, dalam perjalanan tersebut, kita sering terjebak dalam kepercayaan-kepercayaan palsu yang justru menghambat proses tersebut. Sumbernya bisa datang dari keluarga, teman, media sosial, bahkan dari dalam diri kita sendiri. Banyak dari kita terperangkap dalam pola pikir yang membuat kita merasa terbatas atau tidak cukup baik untuk berubah.

Seperti yang dijelaskan dalam buku Atomic Habits oleh James Clear, kesuksesan datang dari perubahan kecil yang dilakukan secara konsisten. Menghilangkan kepercayaan palsu ini membantu kita untuk lebih fokus pada proses dan menghargai setiap kemajuan kecil yang kita capai. Berikut adalah lima kepercayaan palsu yang bisa menghambat proses pengembangan diri kamu dan bagaimana cara menghadapinya.

1. Perubahan itu harus langsung besar dan terlihat

Ilustrasi Berlari (unsplash.com/jack atkinson)
Ilustrasi Berlari (unsplash.com/jack atkinson)

Keinginan untuk membuat perubahan besar dan instan sering kali membuat kita merasa tidak cukup baik jika belum meraih hasil yang signifikan. Padahal, perubahan besar biasanya terbentuk melalui langkah-langkah kecil yang dilakukan secara bertahap. Alih-alih berfokus pada pencapaian besar, lebih baik fokus pada kebiasaan kecil yang dapat dilakukan setiap hari. Misalnya, jika kamu ingin menjadi lebih sehat, mulailah dengan menambahkan sedikit olahraga setiap hari atau mengubah pola makan sedikit demi sedikit. Kebiasaan kecil ini, seiring waktu, akan membawa perubahan besar yang lebih berkelanjutan.

2. Kamu harus termotivasi setiap saat untuk berusaha

Ilustrasi bertukar barang (pexels.com/RDNE Stock project)
Ilustrasi bertukar barang (pexels.com/RDNE Stock project)

Banyak orang percaya bahwa untuk mencapai perubahan, mereka harus selalu merasa termotivasi. Padahal, kenyataannya motivasi bersifat sementara: sering datang dan pergi. Kadang kita merasa sangat semangat dan siap menghadapi tantangan. Tapi di waktu lain, kita merasa lelah atau kehilangan arah. Jika kita menunggu motivasi datang sebelum bertindak, kita bisa terjebak dalam siklus menunda-nunda. Perubahan sejati tidak bergantung pada perasaan semangat yang terus-menerus, melainkan pada tindakan yang tetap dilakukan, meski tanpa rasa "terinspirasi". Dengan membangun rutinitas harian dan disiplin, kita bisa terus berkembang meski motivasi tidak selalu ada.

3. Kesuksesan hanya tentang pekerjaan yang 'bagus'

Ilustrasi bosan saat bekerja (unsplash.com/Surface)
Ilustrasi bosan saat bekerja (unsplash.com/Surface)

Kesuksesan sering kali dikaitkan dengan pencapaian dalam pekerjaan atau karier. Banyak orang merasa bahwa jika mereka tidak meraih kesuksesan profesional yang besar, mereka belum berhasil. Padahal, kesuksesan yang sejati melibatkan keseimbangan antara karier, hubungan, dan kebahagiaan pribadi. Memiliki pekerjaan yang memuaskan adalah salah satu aspek dari kesuksesan, namun bukan satu-satunya. Sukses juga tentang menjaga kesejahteraan mental, hubungan yang sehat, dan rasa puas dengan diri sendiri. Jadi, jangan hanya fokus pada pekerjaan untuk mendefinisikan kesuksesanmu, tetapi lihat juga bagaimana kamu merasa dalam berbagai aspek kehidupan.

4. Perubahan harus melibatkan pengorbanan besar

Ilustrasi Mengobrol (pexels.com/Allan González)
Ilustrasi Mengobrol (pexels.com/Allan González)

Banyak orang berpikir bahwa untuk berubah, mereka harus mengorbankan hal-hal besar, seperti waktu, uang, atau hubungan. Ada anggapan bahwa perubahan yang signifikan hanya bisa terjadi jika kita rela melepaskan sesuatu yang berharga. Padahal, perubahan sejati sering kali datang dari keputusan kecil yang tidak melibatkan pengorbanan besar. Misalnya, kita mungkin merasa bahwa untuk menjadi lebih produktif, kita harus bekerja tanpa henti, mengorbankan waktu untuk diri sendiri atau keluarga. Namun, kenyataannya, keberhasilan datang dengan menemukan keseimbangan dan mengelola prioritas dengan bijak. Tidak hanya kerja keras, tapi juga kerja cerdas. Mengorbankan waktu untuk diri sendiri atau hubungan bukanlah syarat untuk berkembang. Sebaliknya, pengembangan diri sering melibatkan pembelajaran untuk mengelola waktu dengan bijaksana, memberi ruang untuk istirahat, dan mempertahankan keseimbangan hidup.

5. Hanya orang yang berhasil di luar sana yang layak dapat perhatian

Ilustrasi kegiatan transaksi (pexels.com/Gustavo Fring)
Ilustrasi kegiatan transaksi (pexels.com/Gustavo Fring)

Di dunia yang serba cepat ini, kita sering membandingkan diri kita dengan orang lain yang tampaknya lebih sukses. Media sosial sering memperlihatkan kehidupan orang-orang yang tampaknya "sempurna", sehingga kita merasa tidak cukup baik atau tidak mencapai pencapaian yang sebanding. Padahal, kesuksesan bukan hanya tentang pencapaian yang tampak di luar. Setiap orang memiliki perjalanan uniknya masing-masing, dan pencapaian kita tidak selalu harus terlihat atau diakui oleh orang lain. Menghargai perjalanan dan pencapaian diri sendiri, sekecil apapun itu, adalah langkah penting dalam pengembangan diri. Fokus pada perjalananmu, bukan perbandingan dengan orang lain.

Perubahan sejati datang dari keberanian untuk menantang keyakinan lama yang menghambat kita. Jangan biarkan mitos-mitos yang salah membatasi potensi kamu. Berani untuk mulai, bahkan dengan langkah kecil, dan percayalah bahwa setiap langkah yang konsisten akan membawa kamu menuju versi terbaik dari dirimu.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Aan Pranata
EditorAan Pranata
Follow Us