5 Cara Berubah dari Overthinker jadi Action Taker, Siap Capai Target?

Memikirkan sesuatu sebelum memulainya memang perlu dilakukan agar lebih yakin dengan langkah yang diambil. Akan tetapi, perlu disadari untuk memberikan batasan pada hal-hal yang memang harus dipikirkan. Sebagai manusia, kamu tidak mampu memikirkan semuanya. Justru, berpikir berlebihan sampai timbul rasa khawatir yang mengganggu (overthinking) hanya dapat membuatmu tidak melakukan apapun.
Mau sampai kapan kamu terus mengkhawatirkan sesuatu yang belum terjadi? Padahal, terus berpikir tanpa beraksi nyata, hanya akan membuat rencana dan mimpimu hanya menjadi wacana. Kalau kamu masih terjebak dalam situasi itu, berikut lima cara berubah dari overthinker jadi action taker. Yuk belajar alokasikan energimu ke tindakan, bukan pada pikiran yang berlebihan!
1. Terapkan two minutes rule untuk tinggalkan rasa malas dan overthinking

Terkadang suatu hal terasa berat dilakukan karena kamu sudah memiliki pemikiran bahwa tugas yang kamu lakukan memakan waktu yang lama. Kamu juga merasa bahwa yang kamu lakukan memerlukan riset mendalam, gagasan tajam, dan hal detail lainnya. Lalu, kamu hanyut dalam pemikiran tersebut tanpa melakukan aksi apapun.
Langkah awal untuk berubah menjadi action taker bisa kamu lakukan dengan menerapkan aturan dua menit atau two minutes rule. Aturan tersebut mewajibkanmu melakukan apapun dalam dua menit. Penanaman mindset ini akan membuatmu masuk ke mode fokus dan hanyut dalam aksi nyata tanpa berpikir panjang.
Misalnya kamu ingin mengerjakan tugas kuliah, buka laptopmu dan lakukan riset selama dua menit. Tanpa sadar kamu tidak memberikan kesempatan bagi otak untuk mencari alasan dan menunda sampai kamu lanjut mengerjakan tugas yang lebih besar. Berawal dari "dua menit aja, kok" berakhir jadi "lah tiba-tiba udah tiga jam dan tugas udah selesai aja".
2. Abaikan dulu sikap perfeksionis untuk sementara waktu

Banyak overthinker gagal beraksi karena selalu memikirkan bahwa segala sesuatu harus sempurna. Padahal dalam berproses, tidak apa-apa jika masih ada kekurangan. Sebab, sejatinya kesempurnaan itu tidak mungkin ada.
Mulai sekarang beranilah beraksi dan berbuat kesalahan. Akan terasa mustahil jika kamu terus hdup dalam ekspektasi sempurna. Justru itu akan menghambatmu berkembang dan menciptakan kecewa yang lebih besar. Cukup lakukan yang terbaik pada proses dan pantau progres saja, sisanya serahkan pada Tuhan yang sudah mengatur segala sesuatunya.
3. Siapkan waktu khusus untuk memikirkan sesuatu

Kalau memang overthinking tidak dapat lepas dari keseharianmu, cobalah memberi batasan waktu untuk itu. Luangkan waktu khusus untuk memikirkan apapun, misalnya setengah jam sebelum tidur, kamu bisa mencatat segala kekhawatiranmu. Hal ini disebut juga dengan journaling yang bisa melegakan perasaan.
Setelah waktu habis, jangan gunakan waktu untuk berselancar di media sosial. Banyaknya informasi di sana bisa memicu pemikiran lainnya. Paksa dirimu untuk beistirahat agar besok kamu memiliki banyak energi untuk kembali beraksi. Cara ini dapat memberi ruang untuk berpikir, tetapi tetap melakukan aksi agar hidup lebih seimbang.
4. Latih mengambil keputusan cepat yang menunjang produktivitas dalam lima detik

Dalam bukunya yang berjudul "The 5 Second Rule" , Mel Robbins menjelaskan bahwa otak manusia akan mulai mencari alasan untuk menunda atau menghindari sesuatu dalam waktu sekitar lima detik. Teori ini mengacu pada ilmu neurosains dan psikologi kebiasaan. Tindakan berhitung mundur mulai dari lima, empat, tiga, dua , satu dapat berfungsi sebagai pemicu otak dalam melawan pola pikir menunda-nunda.
Jika hari ini kamu ingin memulai lari pagi, bangunlah dari tempat tidurmu dalam lima detik. Tanamkan pemikiran bahwa beraksi sama mudahnya dengan berhitung mundur. Percayalah, bahwa kamu akan melakukan yang terbaik setelah hitungan terakhir berhasil kamu ucapkan.
5. Sadari skenario terburuk dan skenario terbaik sebelum memulai

Tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian besar manusia pasti ingin hidupnya lebih terencana. Aksi-aksi yang dilakukannya sekarang selalu disertai dengan beberapa kekhawatiran. Namun, untuk menjadikan hal tersebut lebih bermakna, cobalah tulis semua skenario terburuk dan terbaik dari hal yang ingin kamu lakukan.
Hal ini hampir sama dengan journaling, bedanya pada tahap ini kamu harus memberikan solusi dan langkah konkret untuk mengatasinya. Misal jika kamu ingin memulai bisnis kopi dan kamu takut gagal, maka validasi perasaan itu, tulis yang kamu takutkan dan cari cara agar ketakutanmu bisa teratasi dengan inovasi atau ide tertentu untuk kesuksesan bisnismu.
Belum banyak manusia yang sadar bahwa sebenarnya realita tidak semenyeramkan yang dikhawatirkan di pikiran. Skenario atau kekhawatiran dalam bentuk pikiran yang berlebihan seringkali tidak menjadi nyata. Setelah memahami lima hal tadi, simpan gadgetmu dan lakukan hal-hal yang mendekatkanmu pada mimpi besarmu itu. Mulailah menjadi action taker dalam hitungan ke lima, empat, tiga, dua, satu!