Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

4 Fenomena 'Expert Economy' yang Perlu Dipertanyakan

pria sedang membaca buku (pexels.com/ Adil)
Intinya sih...
  • Kursus kilat dengan janji sertifikasi langsung jadi sorotan
  • Promosi ala expert sering kali terdengar muluk-muluk
  • Seseorang bisa disebut ahli hanya karena sering bicara di media sosial

Fenomena expert economy lagi jadi tren di era sekarang. Hampir semua orang berlomba-lomba jadi "pakar" di bidang tertentu, terutama dengan kemudahan akses sosial media. Gak jarang, seseorang yang sebenarnya baru belajar sudah mengklaim diri sebagai ahli. Sebagai konsumen informasi, penting banget untuk lebih kritis terhadap tren ini.

Kenapa ini perlu dipertanyakan? Karena dengan maraknya self-proclaimed expert, kualitas informasi sering kali dipertaruhkan. Bukannya mendapatkan ilmu yang akurat, kita malah terjebak dalam lautan opini dan janji-janji kosong. Nah, berikut empat fenomena dalam expert economy yang patut jadi bahan refleksi.

1. Sertifikasi instan, benarkah bukti kompetensi?

wanita menggunakan laptop (pexels.com/Canva Studio)

Fenomena kursus kilat dengan janji sertifikasi langsung jadi sorotan. Banyak orang tergoda dengan klaim "dalam waktu seminggu, bisa jadi ahli". Padahal, belajar mendalam itu butuh waktu dan pengalaman, bukan sekadar formalitas. Kalau cuma modal sertifikat, apakah benar-benar membuktikan kompetensi?

Parahnya, beberapa kursus hanya mengajarkan teknik dasar tapi membungkusnya dengan istilah keren. Ini bikin banyak peserta merasa sudah jago, padahal pengetahuannya masih dangkal. Jadi, penting banget untuk mempertanyakan: apakah sertifikat itu benar-benar mencerminkan keahlian?

2. Promosi berlebihan

Ilustrasi dua wanita bermain handphone (pexels.com/Brett Sayles)

Promosi ala expert sering kali terdengar muluk-muluk. "Hanya dalam 3 bulan, jadi jutawan" atau "Rahasia sukses yang cuma diketahui 1% orang" adalah kalimat yang sering kita lihat. Faktanya, gak ada formula instan untuk sukses, apalagi kalau itu hanya dijual dengan embel-embel eksklusif.

Masalahnya, banyak orang tergoda karena merasa itu adalah jalan pintas. Mereka lupa bahwa keberhasilan butuh usaha keras dan waktu. Penting untuk selalu skeptis dengan klaim yang terlalu indah untuk jadi kenyataan.

3. "Ahli" yang belum teruji di lapangan

pria sedang berdialog (pexels.com/Helena Lopes)

Ini yang sering bikin heran: seseorang bisa disebut ahli hanya karena sering bicara di media sosial. Padahal, pengalaman di lapangan adalah hal yang tak tergantikan. Berteori itu mudah, tapi praktik di dunia nyata jauh lebih menantang.

Banyak juga yang hanya mengandalkan buku atau referensi tanpa pernah terjun langsung. Akibatnya, saran mereka sering kali tidak relevan dengan kebutuhan sebenarnya. Sebelum percaya, pastikan mereka punya rekam jejak nyata di bidangnya.

4. Overload informasi, mana yang kredibel?

orang yang memegang handphone (pexels.com/Tracy Le Blanc)

Era digital bikin informasi jadi lebih mudah diakses, tapi juga menciptakan kekacauan. Banyaknya "ahli" di satu bidang malah membuat kita sulit memilah mana yang benar-benar kredibel. Kalau terlalu banyak pendapat, ujung-ujungnya kita bisa kehilangan arah.

Makanya, penting untuk selalu memverifikasi sumber informasi. Cari tahu latar belakang penyampai informasi, apakah punya kredibilitas atau hanya sekadar ikut tren. Jangan sampai kita termakan info yang tidak valid hanya karena penyampaiannya terlihat meyakinkan.

Fenomena expert economy memang menarik, tapi perlu diimbangi dengan sikap kritis. Jangan langsung percaya hanya karena seseorang mengklaim diri sebagai ahli. Penting untuk selalu mengecek latar belakang, pengalaman, dan kualitas informasi yang diberikan. Kalau gak hati-hati, bisa-bisa kita malah terjebak dalam lingkaran informasi yang salah.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Irwan Idris
EditorIrwan Idris
Follow Us