6 Tanda Speech Delay yang Sering Dianggap Normal, Pahami!

- Kenali enam tanda speech delay pada anak, termasuk keterlambatan bicara dan kurangnya respons terhadap suara atau perintah sederhana.
- Perhatikan perilaku anak seperti sering menunjuk, pasif secara verbal, dan tidak tertarik dengan lagu dan suara sebagai tanda keterlambatan bicara.
- Dengan deteksi dini, lingkungan yang suportif, dan interaksi konsisten, anak dengan speech delay tetap bisa berkembang optimal melalui pendampingan yang tepat.
Setiap anak memang punya tahap tumbuh kembang yang unik. Tapi sering kali, karena terlalu santai, beberapa tanda speech delay justru dianggap "nanti juga bisa sendiri". Padahal, keterlambatan bicara yang gak ditangani sejak dini bisa berdampak ke aspek lain seperti sosial, emosi, hingga belajar.
Buat kamu yang punya adik kecil, keponakan, atau bahkan anak sendiri, yuk kenali enam tanda speech delay yang sering dianggap biasa padahal perlu diwaspadai.
1. Usia 2 tahun tapi hanya mengucapkan sedikit kata

Pada usia 2 tahun, anak umumnya sudah bisa mengucapkan minimal 50 kata dan mulai menggabungkannya jadi dua kata, seperti “mau susu” atau “ambil bola”. Jika anak hanya mengucapkan beberapa kata saja atau hanya meniru tanpa mengerti arti, ini bisa jadi tanda speech delay.
Kadang orangtua mengira anaknya hanya pendiam atau belum mood bicara. Tapi kalau pola ini berlangsung lama, ada baiknya dikonsultasikan.
2. Lebih sering mengandalkan gestur daripada bicara

Anak yang mengalami speech delay cenderung lebih sering menunjuk, menarik tangan orang dewasa, atau menggunakan ekspresi wajah untuk menyampaikan keinginannya. Ia mungkin jarang mengucapkan kata “mau” atau menyebut nama benda.
Sekilas ini terlihat pintar karena anak bisa ‘komunikatif’ lewat gestur. Tapi jika perkembangan bicaranya jauh tertinggal dibanding anak seusianya, ini perlu diwaspadai.
3. Tidak menoleh saat namanya dipanggil

Kalau anakmu gak merespons saat dipanggil, terutama di usia 12–18 bulan, itu bukan selalu karena ia asyik sendiri. Salah satu indikator penting perkembangan bahasa adalah kemampuan memahami dan merespons suara atau perintah sederhana.
Respons yang minim bisa jadi sinyal masalah pemrosesan bahasa atau gangguan pendengaran, dua hal yang sering berkaitan dengan speech delay.
4. Kesulitan menyebut nama orang terdekat

Anak biasanya belajar menyebut nama ayah, ibu, atau kakak lebih dulu karena sering mendengar dan mengasosiasikan dengan orang di sekitarnya. Kalau di usia 2–3 tahun anak belum bisa menyebut atau mengenali nama-nama penting di lingkungannya, ini bisa jadi red flag.
Tentu perlu dilihat secara menyeluruh, tapi ini cukup jadi alasan buat mulai cek perkembangan bahasanya.
5. Jarang mengeluarkan suara atau terlihat pasif

Anak yang speech delay cenderung pasif secara verbal. Ia mungkin tidak banyak berceloteh, jarang menirukan suara, atau tidak tertarik mengikuti suara dari lingkungan sekitarnya.
Kondisi ini sering dianggap “anaknya kalem”. Padahal, keaktifan bersuara adalah bagian dari latihan bicara yang penting di usia dini.
6. Tidak menunjukkan minat meniru kata atau bunyi

Anak belajar bicara dengan cara meniru. Jadi, jika ia tidak mencoba mengulang kata yang sering ia dengar atau tidak tertarik dengan lagu dan suara, ini bisa jadi tanda keterlambatan bicara.
Respons ini bisa terlihat sejak usia bayi. Misalnya, bayi yang tidak menirukan bunyi "ma-ma" atau "ba-ba" di usia 6–9 bulan.
Speech delay bukan berarti anak tidak cerdas. Dengan pendampingan yang tepat, anak tetap bisa berkembang optimal. Kuncinya ada pada deteksi dini, lingkungan yang suportif, dan interaksi yang konsisten.
Jadi, kalau kamu mulai curiga dengan perkembangan bicara anak atau keponakanmu, gak perlu panik. Cukup mulai dengan konsultasi ke dokter tumbuh kembang atau terapis wicara. Karena lebih cepat tahu, lebih cepat bisa bantu.