Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Operasi Bedah Jantung Bertujuan Tingkatkan Quality of Life Pasien

1001199920.jpg
Spesialis Bedah Toraks, Kardiak, dan Vaskular, dr Sugisman, memaparkan perkembangan bedah jantung terkini dalam Media Tour 2025 Health Talk RS Premier Bintaro di Hyatt Place Makassar, Sabtu (27/9/2025). (IDN Times/Asrhawi Muin)

Makassar, IDN Times - Operasi jantung kerap menimbulkan kekhawatiran bagi pasien maupun keluarganya. Namun, tujuan utama dari tindakan ini bukan untuk membatasi aktivitas, melainkan justru meningkatkan kualitas hidup. 

Hal tersebut disampaikan dr Sugisman, Spesialis Bedah Toraks, Kardiak, dan Vaskular, Konsultan Bedah Jantung Dewasa, dalam Media Tour 2025 Health Talk Perkembangan Bedah Jantung Terkini yang digelar RS Premier Bintaro di Hyatt Place Makassar, Sabtu (27/9/2025).

"Mindset-nya itu, bahwa tujuan dilakukannya operasi bedah jantung, itu justru untuk meningkatkan quality of life. Bukan untuk menurunkan quality of life," kata dr Sugisman.

1. Pasien operasi jantung diharapkan kembali aktif, bukan pasif

ilustrasi jantung koroner (pixabay.com/Pexels)
ilustrasi jantung koroner (pixabay.com/Pexels)

Dokter Sugisman menjelaskan pasien yang menjalani operasi justru diharapkan kembali aktif beraktivitas. Operasi tidak dimaksudkan membuat pasien pasif atau hanya berdiam diri di rumah.

"Kalau akhirnya saya operasi terus dia hanya diam di rumah, duduk atau tidur, saya mending tidak usah operasi itu pasien. Karena tujuannya tidak tercapai. Jadi tujuan operasi itu adalah untuk meningkatkan quality of life,"  katanya.

Menurut dr Sugisman, penderita penyakit jantung sering kali hidup dalam kecemasan. Bayangan akan serangan jantung saat berkendara seperti naik motor, mobil, atau pesawat membuat kualitas hidup semakin buruk. 

"Kalau pasien itu menderita penyakit jantung, maka dia akan selalu dihantui kecemasan. Mau naik motor, mobil atau pesawat, terbayang nanti kalau saya serangan jantung bagaimana? Justru itu kan quality of life jadi jelek kan,"  jelas dr Sugisman.

2. Penanganan tepat dapat hilangkan rasa cemas pasien

Ilustrasi pasien. (IDN Times/Aditya Pratama)
Ilustrasi pasien. (IDN Times/Aditya Pratama)

Untuk itu, solusi yang tepat baik berupa operasi bypass (Coronary Artery Bypass Graft) dan sebagainya perlu diberikan misalnya pada pasien jantung dengan sumbatan koroner. Dengan penanganan yang tepat, pasien bisa menjalani hidup tanpa dihantui rasa takut berlebihan.

"Itu yang sering saya tekankan pada setiap pasien yang akan menjalani operasi bahwa Anda dioperasi ini agar bisa bekerja lebih aktif. Bukan untuk tidak bisa ngapa-ngapain," katanya. 

Dokter Sugisman menggambarkan operasi jantung layaknya proses overhaul pada mesin mobil. Dalam perbaikan itu, seluruh komponen yang bermasalah dibenahi agar mesin kembali bekerja dengan lebih optimal.

"Kalau mobilnya turun mesin terus dibenerin, mobilnya makin mogok atau makin kencang? Pasti makin kencang. Karena sudah bagus. Sparepart-nya semua sudah diganti. Pasti makin kencang dia," katanya.

3. Penting mengetahui pertolongan pertama serangan jantung

ilustrasi CPR (pixabay.com/Manseok_Kim)
ilustrasi CPR (pixabay.com/Manseok_Kim)

Sugisman juga menekankan keluarga perlu memahami kondisi penyakit jantung agar bisa memberikan pertolongan pertama yang tepat. Dia menyebut, di media sosial sering beredar informasi yang menyarankan penderita serangan jantung dipukul punggungnya atau dipijat tangannya.

"Jangan mudah percaya dengan yang begitu karena kadang-kadang itu justru membuat pasien cepat meninggal karena tindakan-tindakan yang tidak benar. Kalau ada orang misalnya henti jantung, dia harus di-CPR atau pertolongan pertama," katanya.

Dia mencontohkan di negara lain, alat medis darurat untuk memompa jantung tersedia di hampir semua fasilitas umum, dan masyarakat diajari cara penggunaannya. Hal ini memungkinkan siapa saja memberi pertolongan pertama sebelum pasien dipindahkan ke rumah sakit.

Namun, kondisi di Indonesia berbeda. Pemasangan alat darurat di ruang publik masih sulit diterapkan karena risiko pencurian, sementara harga peralatan tersebut bisa mencapai miliaran rupiah per unit.

"Penduduknya diajarin cara memberikan pertolongan pertama pada penderita henti jantung. Supaya dia bisa menolong saudaranya, temannya di tempat kerja atau apa dia bisa menolong pertama sebelum ditransfer ke hospital," katanya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Aan Pranata
EditorAan Pranata
Follow Us

Latest Life Sulawesi Selatan

See More

Operasi Bedah Jantung Bertujuan Tingkatkan Quality of Life Pasien

28 Sep 2025, 04:02 WIBLife