Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

6 Jenis Perubahan Makna dalam Bahasa Indonesia, Yuk Belajar Lagi!

ilustrasi orang di antara tumpukan buku (pexels.com/Andrea Piacquadio)
ilustrasi orang di antara tumpukan buku (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Salah satu sifat bahasa itu dinamis. Dengan kata lain, bahasa itu terus berkembang seiring berjalannya waktu. Maka, makna sebuah kata pun bisa berubah.

Perubahan makna kata menjadi salah satu fenomena menarik dalam perkembangan bahasa, termasuk dalam bahasa Indonesia. Perubahan makna ini tentunya dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, seperti perkembangan teknologi, sosial, budaya, serta interaksi antarpenutur.

Nah, dalam kajian semantik, terdapat setidaknya enam jenis perubahan makna. Enam jenis perubahan makna tersebut adalah generalisasi, spesialisasi, ameliorasi, peyorasi, asosiasi, dan sinestesia. Untuk memperkaya khazanah bahasa kamu, berikut penjelasan dari masing-masing jenis perubahan makna tersebut!

1.Generalisasi (perluasan makna)

ilustrasi orang menulis (pexels.com/cottonbro studio)
ilustrasi orang menulis (pexels.com/cottonbro studio)

Generalisasi adalah suatu proses perubahan makna meluas. Artinya, makna sebuah kata yang dahulunya hanya bersifat khsuus sekarang meluas ke makna kata yang lebih umum. Contoh kata yang mengalami generalisasi adalah kata kakak. Awalnya, kata kakak memiliki arti saudara sekandung yang lebih tua (saudara tua), tetapi maknanya meluas menjadi orang yang dianggap lebih tua, meskipun bukan saudara kandung (sapaan).

Selain itu, ada pula contoh kata lainnya yaitu kepala. Dahulu kata kepala merujuk pada bagian tubuh yang di atas leher. Kini kata kepala dapat mengacu pada ketua atau pimpinan, misalnya dalam frasa kepala sekolah.

2.Spesialisasi (penyempitan makna)

ilustrasi guru dan siswa (pexels.com/Max Fischer)
ilustrasi guru dan siswa (pexels.com/Max Fischer)

Jika generalisasi itu meluas, spesialisasi itu kebalikannya, yaitu menyempit. Spesialisasi atau pengkhususan mengacu kepada suatu perubahan yang mengakibatkan makna kata menjadi lebih khusus atau lebih sempit dalam penggunaannya, contohnya kata sarjana. Dahulu sarjana hanya digunakan untuk menyebut orang yang cerdik dan pandai, tetapi sekarang kata sarjana digunakan untuk menyebut orang yang sudah lulus dari perguruan tinggi.

Ada pula contoh lainnya yaitu kata guru. Dahulu istilah guru dapat digunakan untuk orang-orang yang memberikan ilmu dan mengajar, siapa pun itu. Namun, sekarang sudah tidak lagi. Kata guru saat ini telah mengalami penyempitan makna. Guru adalah sebutan untuk orang yang profesinya mengajar, baik itu di lembaga pendidikan formal maupun nonformal.

3.Ameliorasi (peninggian makna)

ilustrasi orang mengobrol (pexels.com/fauxels)
ilustrasi orang mengobrol (pexels.com/fauxels)

Perubahan ameliorasi mengacu pada peningkatan makna kata. Artinya, makna baru memiliki nilai rasa yang lebih tinggi (lebih baik) daripada makna sebelumnya. Ameliorasi juga dapat didefinisikan sebagai perubahan yang membuat makna kata memiliki pengertian positif.

Contoh kasus ameliorasi ialah kata tuli. Dahulu kata tuli menjadi kata yang tidak lazim diucapkan dan terkesan tidak sopan. Namun, saat ini kata tuli memiliki nilai rasa yang lebih tinggi, seperti saat dikaitkan dengan kata teman pada frasa teman tuli.

4. Peyorasi (penurunan makna)

ilustrasi orang hamil (pexels.com/Fernanda Olivieri)
ilustrasi orang hamil (pexels.com/Fernanda Olivieri)

Berkebalikan dengan ameliorasi, peyorasi berarti perubahan yang membuat makna kata memiliki pengertian negatif. Dengan kata lain, perubahan makna peyorasi mengacu pada penurunan makna kata, yakni makna baru memiliki nilai rasa yang lebih rendah (lebih buruk) dibanding makna sebelumnya. Contohnya ialah kata beranak pada konteks kalimat "Perempuan itu beranak minggu lalu."

Kata beranak mengalami peyorasi karena saat ini memiliki nilai rasa yang dianggap tidak lebih baik atau lebih buruk dibanding makna sebelumnya. Hal ini karena kata beranak cenderung diperuntukkan untuk hewan. Kata beranak dianggap memiliki pengertian negatif. Kata melahirkan lebih dapat diterima untuk menggantikan kata beranak karena merujuk pada manusia.

Contoh lainnya adalah kata bini. Dahulu, kata bini dianggap sebagai kata yang lazim dan umum digunakan di kalangan masyarakat. Namun, sekarang kata tersebut sudah tidak lazim digunakan untuk menyebut istri.

5.Asosiasi (persamaan makna)

ilustrasi guru dan siswa (pexels.com/Yan Krukau)
ilustrasi guru dan siswa (pexels.com/Yan Krukau)

Asosiasi merupakan perubahan makna yang disebabkan oleh persamaan sifat. Contohnya dalam konteks kalimat "Anak itu tidak naik kelas karena rapornya kebakaran." Kata kebakaran secara leksikal bermakna proses perusakan yang disebabkan oleh api. 

Namun, pada kalimat tersebut, kebakaran berarti nilai di rapor anak itu banyak angka yang ditulis dengan tinta merah, biasanya nilai yang ditulis dengan tinta merah adalah nilai yang kecil. Karena banyaknya nilai yang ditulis dengan tinta merah, bisa dikatakan bahwa rapornya kebakaran. Hal ini berkaitan dengan unsur api yang umumnya berwarna merah. Jadi, kata kebakaran berasosiasi dengan nilai jelek.

6.Sinestesia (pertukaran makna)

ilustrasi orang menatap layar laptop (pexels.com/cottonbro studio)
ilustrasi orang menatap layar laptop (pexels.com/cottonbro studio)

Sinestesia adalah perubahan makna yang disebabkan oleh perbedaan pandangan antara dua indera yang berbeda. Contohnya dalam konteks kalimat "Permainan bola Alessandro Nesta sungguh sedap dipandang."

Kata sedap biasanya berkaitan dengan indera perasa. Namun, pada contoh kalimat tersebut, kata sedap tidak berhubungan dengan indera perasa. Kata sedap justru berhubungan dengan indera penglihatan. Jadi, maksud kalimat tersebut adalah permainan bola Alessandro Nesta yang bisa disaksikan di televisi atau secara langsung itu sangat bagus.

Menarik kan perubahan makna yang ada dalam bahasa Indonesia. Dengan mengetahui jenis-jenis perubahan makna tersebut, kamu jadi lebih peka ketika berkomunikasi dan menghindari kesalahpahaman. Kamu juga jadi bisa lebih bijak dalam berbahasa Indonesia.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Aan Pranata
EditorAan Pranata
Follow Us