TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Ragam Baju Adat Khas Sulawesi Selatan, Baju Bodo hingga Seppa Tallung

Banyak yang sudah mengalami modifikasi sehingga kian modis

instagram.com/lida2020.nia

Sulawesi Selatan memiliki segudang kekayaan budaya. Mulai dari sejarah, adat istiadat, upacara hingga kuliner. Dan salah satu bagian dari khazanah tersebut tentu saja yakni baju adat.

Seiring dengan perhatian yang meningkat kepada budaya lokal, busana tersebut tak lagi cuma wara-wiri di upacara adat. Banyak yang sudah mengalami modifikasi hingga kian modis, atau malah ditampil di atas catwalk acara pagelaran busana bergengsi.

Nah, berikut ini IDN Times mengajak pembaca mengenal lebih dalam enam baju adat khas Sulawesi Selatan.

Baca Juga: Ragam Baju Pernikahan Adat Bugis Makassar nan Menawan, Mana Favoritmu?

1. Baju Pokko'

Instagram.com/toraya_maballoo

Kita memulai daftar singkat ini dengan baju adat tradisional milik perempuan Toraja yakni baju Pokko'. Baju ini berupa pakaian berlengan pendek. Pilihan warnanya mencolok antara lain kuning, merah, putih, hijau dan hitam.

Namun yang membuat baju Pokko' menarik adalah aksesoris manik-maniknya di bagian bahu, kalung, anting, gelang, ikat kepala dan ikat pinggang dengan motif khas Toraja yang disebut kandaure. Tak jarang, motif tersebut juga terdapat di ujung bagian lengan dan melingkari pinggang.

Kandaure sendiri memiliki keistimewaan tersendiri lantaran hanya dikenakan oleh para bangsawan. Tak hanya sebagai hiasan, kepercayaan lokal yakin bahwa kandaure punya kekuatan magis tersendiri.

Baju Pokko', lengkap bersama kaudaure, biasa dikenakan dalam upacara adat pemakaman (Rambu Solo'), upacara pernikahan (Rampanan Kapa'), serta menjadi busana penari untuk Tari Pa'gellu dan Ma'gellu.

2. Baju Seppa Tallung

Instagram.com/sanggarnusantaradotcom

Jika perempuan Toraja mengenakan baju Pokko', kaum lelakinya memiliki baju Seppa Tallung. Ciri khasnya adalah satu set baju tradisional dan celana selutut dengan motif tradsional berwarna merah, kuning atau putih.

Turut pula beberapa aksesoris seperti kalung tradisional kandaure, sebuah selempang, sabuk, sarung tradisional, kain penutup kepala dan keris yang biasa disebut dengan gayang.

Sama dengan baju Pokko', Seppa Tallung dikenakan dalam upacara adat Rambu Solo', Rampanan Kapa' atau sebagai busana para penari.

3. Baju Bodo

Wikimedia Commons (Fery Indrawan)

Baju Bodo, sebagai baju adat perempuan Makassar, memiliki riwayat panjang. Sumber tertulis bisa didapati dalam Patuntung, sebuah kitab suci nenek moyang orang Makassar dengan kepercayaan dinamisme dan animisme. Artinya, baju adat ini sudah dikenakan oleh masyarakat jauh sebelum agama Islam masuk di abad ke-17.

Secara terminologi, kata "bodo" adalah bahasa Makassar yang berarti pendek. Ya, ini sesuai dengan bentuknya yang segi empat dengan lengan pendek, hanya setengah bagian siku lengan. Satu hal menarik, leluhur orang Makassar sudah mengenal ilmu tekstil sejak zaman Neolitikum. Alhasil ini bisa dilihat dari baju Bodo, yang menurut catatan sejarawan mendiang Christian Pelras dalam The Bugis (1996), sangat sejuk saat dikenakan.

Lebih jauh, ada aturan khusus perihal warna baju Bodo berdasarkan status sosial dan umur. Warna jingga dikenakan anak perempuan berumur kurang dari 10 tahun, jingga dan merah untuk umur 10 hingga 14 tahun, dan merah untuk 17 hingga 25 tahun. Sementara itu warna putih dipakai oleh pembantu dan dukun, hijau untuk puteri para bangsawan, serta ungu bagi para janda.

Bagian bawahan baju Bodo adalah sejenis sarung tradisional yang disebut lipa'. Di beberapa kesempatan seperti acara pernikahan, turut pula aksesoris seperti sanggul berhias bunga lengkap bersama tangkainya (pinang goyang), anting panjang (bangkarak), kalung berantai (geno ma'bule), kalung panjang (rantekote') dan kalung besar (geno sibatu).

Hingga dekade 1930-an, baju Bodo diketahui cukup tipis dan transparan lantaran terbuat dari kain kasa (muslin) atau sutra. Lunturnya ajaran Patuntung berganti dengan Islam membuat baju Bodo transparan menghilang.

Nah, jika dulu lebih sering dikenakan pada acara pernikahan, baju ini sekarang turut dikenakan oleh para penari. Selain itu, warnanya kini bervariasi dan mengenakannya tak perlu lagi berdasarkan aturan lama.

4. Baju Bella Dada

Sejumlah pemain PSM Makassar menggunakan pakaian adat Makassar pada peluncuran tim PSM Makassar 2020 di Stadion Andi Matalatta, Makassar, Sulawesi Selatan, Kamis (27/2/2020). PSM Makassar siap mengikuti kompetisi Liga 1 musim 2020. (ANTARA FOTO/Abriawan Abhe)

Jika perempuan mengenakan baju Bodo, kaum pria Makassar memiliki baju adat yang disebut Bella Dada. Hanya sedikit varian warna untuk baju adat Bella Dada. Warna merah marun paling sering dipakai, kemudian ungu dan hijau.

Bella Dada (pakaian yang terbelah di bagian dada) ini adalah busana lengan panjang berkerah, dengan kancing sebagai perekat dua sisi seperti halnya kemeja. Kainnya lebih tebal dari baju Bodo, serta tak ada ketentuan warna yang harus dikenakan berdasarkan status sosial atau umur.

Ada saku di bagian kiri dan kanan dada. Busana ini harus dikenakan dengan beberapa item lain seperti paroci' (celana), lipa' garusuk (sarung tradisional Makassar) dan pasappu' (kain penutup kepala).

Turut pula gelang emas bermotif naga (gellang ponto naga), keris tradsional (passatimpo atau tatapareng), selempang (atua rante sembang), hiasan penutup kepala (sigarak) dan sapu tangan dengan hiasan khusus (passapu ambara).

5. Baju Labbu

Instagram.com/elyant_accessories

Saat baju Bodo terlihat longgar, baju Labbu jadi versi kebalikannya. Baju adat ini berbentuk baju kurung berlengan panjang (sesuai dengan makna kata "labbu", bahasa Bugis untuk "panjang"), dengan bagian ketat di bagian siku sampai pergelangan lengan. Bahan kainnya pun identik yakni kain sutra tipis serta sarung lipa' di bagian bawah. 

Menurut sejarah, baju Labbu (atau baju Tokko) ini berasal dari perempuan bangsawan lingkar dalam Kerajaan Luwu. Sama seperti baju Bodo, warna hijau menjadi simbol kebesaran. Namun di zaman modern, muncul beragam varian warna dan semua kalangan berhak mengenakan baju adat tersebut demi menjaga budaya lokal.

Tak ada aksesoris khusus, hanya ada beberapa corak tambahan seperti corak bunga pada bagian lengan dan dada. Sama seperti baju Bodo, baju Labbu biasa dikenakan dalam situasi khusus seperti acara pernikahan atau upacara adat.

Baca Juga: Makna Filosofis 7 Kue Khas dalam Acara Pernikahan Bugis-Makassar

Berita Terkini Lainnya