TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Pidato Bung Hatta di Peresmian Unhas 1956: Pemuda Adalah Pionir

Petuah bijak dari Bapak Proklamator Republik Indonesia

Kolase Berbagai Sumber

Makassar, IDN Times - Bertindak sebagai cabang Fakultas Ekonomi dan Fakultas Hukum Universitas Indonesia (UI), sebuah langkah revolusioner ditempuh. Melalui Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 1956, Universitas Hasanuddin (Unhas) resmi didirikan dan berpisah dari UI.

Tepat sebelum diresmikan oleh Wakil Presiden Mohammad Hatta, Unhas menambah jumlah fakultasnya menjadi tiga. Fakultas Kedokteran didirikan pada 28 Januari 1956 oleh komite yang terdiri dari Syamsuddin Daeng Mangawing, Muhammad Rasyid Daeng Sirua, J.E. Tatengkeng, Andi Patiwiri dan Sampara Daeng Lili.

Di tengah ketegangan akibat pemberontakan kelompok pimpinan Kahar Muzakkar, Bung Hatta terbang ke Makassar untuk meresmikan Unhas pada pertengahan September 1956.

Baca Juga: Ternyata, Merah Putih Berkibar di Sulsel Sebelum Indonesia Merdeka

1. Universitas Hasanuddin diresmikan langsung oleh Wakil Presiden Mohammad Hatta, pada 10 September 1956

Wakil Presiden Mohammad Hatta dalam upacara peresmian Universitas Hasanuddin Makassar, pada 10 September 1956. (IPPHOS/Perpustakaan Nasional RI)

Meski situasi sedang tak kondusif, Bung Hatta tetap datang bersama rombongan. Salah satu yang datang adalah Menteri Muda Perekonomian saat itu, F.F. Umbas, yang berasal dari Sulawesi Utara. Turut hadir pula dalam acara peresmian Unhas adalah Gubernur Sulawesi, Andi Pangerang Pettarani.

Acara tersebut digelar di kampus lama Unhas, yang berada di Kelurahan Baraya, pada tanggal 10 September 1956. Dalam pidatonya, Bung Hatta menjelaskan pandangannya tentang makna kampus sebagai tempat melahirkan pemuda pembawa terobosan.

"Hendaknya pemuda-pemuda tetaplah menjadi pionir-pionir. Didiklah jiwa untuk berkorban bagi kepentingan masyarakat," ungkapnya, seperti dikutip dari petikan berita harian Kedaulatan Rakyat, edisi 13 September 1956.

2. Dalam pidatonya, Bung Hatta menitik beratkan kampus sebagai tempat melahirkan pionir dan manusia pengembang ilmu pengetahuan

Potret Wakil Presiden Indonesia Mohammad Hatta pada tahun 1950, yang saat itu juga menjabat Perdana Menteri dan Menteri Pertahanan Sementara. (Wikimedia Commons/KITLV)

Lebih jauh, Bung Hatta di depan hadirin turut membeberkan tugas dosen yang dianggapnya maha berat. Para pengajar disebutnya mengemban tugas harus mendidik pemuda-pemuda untuk menjadi pemimpin pengembang ilmu pengetahuan, plus berkarakter.

"Dan mengenai studen (mahasiswa) sendiri, hendaknya sejak semula mempersiapkan diri pula untuk menjadi manusia yang sanggup mengembangkan ilmu pengetahuan," lanjutnya. Namun mengembangkan ilmu, menurut Bung Hatta, tak melulu tentang membuka praktek atau bisnis (naamloze venootschap dalam istilah saat itu).

Di sisi lain, apresiasi turut disematkan ke pundak dosen. Ia mengatakan bahwa orang yang berkecimpung langsung di dunia pendidikan pantas untuk merasa terhormat. Namun diharap pula mereka tak berpuas diri dengan ilmu yang telah dipelajari. 

Baca Juga: Begini Harapan Ketua BEM Unhas dan Presma UNM di HUT ke-75 RI

Berita Terkini Lainnya