Kisah Eksotis Macassar Oil, Minyak Rambut Populer di Inggris Abad 18
Dari minyak rambut ala London sampai kain di sandaran kursi
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Makassar, IDN Times - Sering bepergian menggunakan bis, pesawat komersial atau kereta api? Kamu pasti sering mendapati selembar kain khusus yang diletakkan tepat di atas sandaran kursi. Bukan handuk, bukan juga taplak meja. Tapi kain ini seolah jadi bagian wajib dari dekorasi. Gak jarang, kain ini berada di sofa.
Nah, kain tersebut dinamakan Antimacassar. Oke, mendadak muncul pertanyaan: apa sih hubungan selembar kain dengan Kota Makassar? Ternyata, untuk menelusuri asal-asulnya, kita harus melakukan perjalanan waktu menuju London awal abad ke-19. Lebih spesifik, jejeran lapak tukang cukur di seantero ibu kota Britania Raya tersebut.
1. Susahnya merapikan rambut ternyata sudah dikeluhkan sejak abad ke-18
Sama seperti sekarang, tampil rapi adalah sebuah keharusan bagi pria-pria London. Namun, perbedaan terbesar ada pada penampilan. Dulu mereka mengandalkan setelan jas dan celana kain, kemeja putih, sepatu pantofel, dasi, arloji saku serta rambut yang disisir serapi mungkin.
Dari outfit sih, semua bisa ditaktisi. Tapi tidak dengan rambut. Menyisirnya saja gak mempan. Perlu ada produk yang menjamin bahwa rambut pria-pria Eropa itu bisa diatur tetap rapi untuk waktu yang lama. Plus, harus tahan dari tiupan angin.
Sebenarnya sih, pada tahun 1300-an, sudah ada produk minyak rambut. Tapi bahan bakunya gak lazim. Sejarawan Victoria Sherrow dalam buku Encyclopedia of Hair: A Cultural Story (Greenwood Press, 2006) menyebut bahwa resep populer saat itu adalah lemak dari kadal yang dimasak hingga mendidih dalam minyak zaitun. Nope!
Nah, di sini lah Alexander Rowland (1747-1823) datang membawa inovasi. Inspirasi muncul tatkala banyak pelanggan sering mengeluh susahnya menjaga rambut rapi. Lama-kelamaan, ia memberanikan diri bereksperimen mencari minyak rambut yang cocok. Tentu saja tanpa kadal.
Dengan pamor sebagai tukang cukur tersohor seantero London, Rowland memulai proses mengumpulkan bahan-bahan yang berharga mahal. Di sini lah Makassar mulai masuk dalam kisah.
Baca Juga: Amanna Gappa, Aturan Bugis Kuno Penginspirasi Konvensi Laut Sedunia
Baca Juga: Asal-Usul Syekh Yusuf yang Punya Lima Makam di Tiga Negara