Asal-Usul Syekh Yusuf yang Punya Lima Makam di Tiga Negara

Perjalanan panjang dari Afrika, Sri Lanka, hingga Makassar

Makassar, IDN Times - Syekh Yusuf Tajul Khalwati Al-Makassari memiliki tempat istimewa dalam sejarah Indonesia. Ia mendapat gelar Pahlawan Nasional pada tahun 1995, atas perannya sebagai pemimpin perlawanan terhadap koalisi VOC dalam Perang Saudara Kesultanan Banten (1680-1683).

Ulama bergelar Tuanta Salamaka ri Gowa tersebut adalah tokoh kelima dari Sulawesi, serta kedua asal Sulawesi Selatan, yang diberi pengakuan tertinggi negara atas jasa perlawanan terhadap penjajah.

Lantaran jadi salah tokoh sentral dalam perlawanan rakyat Banten, Syekh Yusuf diasingkan ke Kolombo, Sri Lanka pada 1684. Namun karena pengaruhnya masih kuat di kalangan muslim setempat, ia dibuang lebih jauh lagi. Pada April 1694, Syekh Yusuf --bersama 49 pengikut, dua istri dan 12 anak-- tiba di Tanjung Harapan, Afrika Selatan. Ia menetap di sana hingga wafat pada 1699.

VOC menyediakan lahan peternakan di Zandvliet sebagai tempat tinggal demi meminimalisir pengaruh Syekh Yusuf di kalangan budak. Namun tujuan Kompeni gagal total. Zandvliet jadi tempat perlindungan budak dan titik mula peyebaran Islam di Afrika Selatan.

Baca Juga: Kobar di Tanah Banten: Saat Syekh Yusuf Pimpin Perlawanan Rakyat

1. Syekh Yusuf meninggal dunia di Zandvliet (kini Macassar), Afrika Selatan

Asal-Usul Syekh Yusuf yang Punya Lima Makam di Tiga NegaraMakam ulama dan pahlawan nasional Syekh Yusuf Tuanta Salamaka di Macassar, Cape Town, Afrika Selatan. (Wikimedia Commons/Janek Szymanowski)

Syekh Yusuf wafat pada 23 Mei 1699, di usia 73 tahun. Jenazahnya sempat dikebumikan di Zandvliet (kini Macassar), kota kecil yang terletak di timur Cape Town. Berkat usaha Sultan Gowa ke-19, I Mappadulu Daeng Mattimung Karaeng Sanrobone Sultan Abdul Jalil Tuminanga ri Lakiyung (memerintah 1677-1709), jasad Syekh Yusuf bisa dimakamkan ulang di Gowa.

"Alasan itu didasari oleh pertimbangan bahwa Syekh Yusuf memiliki garis keturunan raja yakni dari Karaeng Bisei, dan Abdul Jalil sendiri yang pada saat itu merupakan Raja Gowa," kata sejarawan Universitas Negeri Makassar (UNM) Bahri saat berbincang dengan IDN Times, Selasa malam (13/4/2021).

Karaeng Bisei Sultan Mohammad Ali Tumenanga ri Jakattara adalah Sultan Gowa ke-18 yang berkuasa pada tahun 1674 hingga 1677. Kakak dari Sultan Abdul Jalil itu, dalam salah satu versi riwayat, bertalian darah melalui pihak ibu.

Meski punya banyak versi perihal asal-usul dan keturunan, tak ada yang meragukan statusnya sebagai orang lingkar dalam Kerajaan Gowa. Itu ia peroleh setelah mempersunting putri Sultan Malikussaid (Raja Gowa ke-15), I-Sitti Daeng Nisanga, pada tahun 1645.

Karaeng Bisei sendiri pernah menjadi murid Syekh Yusuf ketika ia menjadi mufti untuk Kesultanan Banten. Jabatan keagaamaan tertinggi itu diembannya dari 1669, hingga dia ditangkap pada Maret 1683.

2. Pemulangan jenazah Syekh Yusuf oleh Raja Gowa ke-18, Sultan Abdul Jalil (1677-1709)

Asal-Usul Syekh Yusuf yang Punya Lima Makam di Tiga NegaraPemandangan Istana Balla Lompoa yang menjadi pusat pemerintahan Kerajaan Gowa antara tahun 1883 hingga 1889, dalam lukisan litograf karya Josias Cornelis Rappard. (Tropenmuseum, part of the National Museum of World Cultures)

Usaha Sultan Abdul Jalil memulangkan jenazah Syekh Yusuf pun bukannya tanpa hambatan. Ia harus melakukan lobi-lobi rumit dengan Batavia. Bahkan ada uang yang terlibat agar Kompeni melunak.

"Langkah yang ditempuh oleh Sultan Abdul Jalil adalah menemui Ketua VOC di Makassar, yang pada saat itu dijabat oleh Willem Hartsink. Pihak Kerajaan Gowa bersedia menanggung biaya pemulangan jasad Syekh Yusuf, dengan menyerahkan uang sebesar 2000 ringgit ke pemerintah VOC," jelas Bahri.

Ia menjelaskan bahwa pihak VOC di Makassar menyambut baik maksud Sultan Abdul Jalil. Namun kantor pusat VOC menolaknya mentah-mentah. Ada dua alasan pemangku kebijakan di Batavia awalnya enggan mengabulkan permintaan tersebut. Pertama, tentu saja peran Syekh Yusuf dalam Perang Saudara Banten.

"Alasan kedua pihak VOC menolak pemulangan jenazah Syekh Yusuf adalah ketakutan pemerintah VOC akan munculnya semangat perlawanan di Makassar. Karena Syekh Yusuf adalah tokoh yang dikultuskan," lanjutnya.

Pada akhirnya, jaminan uang berhasil membuat Kompeni memberi cap persetujuan untuk pemulangan jasad Syekh Yusuf.

3. Kendati punya lima makam, jenazah Syekh Yusuf kini dikebumikan di Katangka, Kabupaten Gow

Asal-Usul Syekh Yusuf yang Punya Lima Makam di Tiga NegaraPara peziarah makam Syekh Yusuf Tuanta Salamaka yang terletak di Kelurahan Katangka, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa. (IDN Times/Abdurrahman)

Pada tahun 1705, jenazah Syekh Yusuf akhirnya bisa dibawa ke Makassar bersama pengikut dan sebagian keturunannya. Dalam perjalanan menyeberangi Samudera Hindia, kapal sempat singgah di beberapa tempat yakni Sri Lanka, Banten dan Sumenep (Madura). Para pengikut Syekh Yusuf pun membangun makam di tiga tempat tersebut.

"Makam-makam itu sebagai bentuk kecintaan terhadap sang wali. Diyakini bahwa makam di beberapa tempat yang dikebumikan adalah benda-benda yang merupakan milik sang Syekh Yusuf, seperti di Sri Lanka dan Sumrnep adalah surban beliau. Sedang di Banten adalah tasbih beliau," pungkas Bahri.

Kendati punya lima makam (termasuk pusara di Cape Town), jasad Syekh Yusuf sebenarnya kini disemayamkan di Kelurahan Katangka, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa.

Kompleks makam yang berdampingan dengan Masjid Syekh Yusuf Lakiyung tersebut memiliki luas sekitar 2.500 meter persegi. Selain makam Syekh Yusuf, terdapat pula makam sang istri yakni I-Sitti Daeng Nisanga serta Sultan Abdul Jalil.

Baca Juga: Masjid Tua Katangka, Saksi Sejarah Masuknya Islam di Sulsel

Topik:

  • Aan Pranata

Berita Terkini Lainnya