Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Tanda Empatimu Salah Tempat dan Bikin Kamu Rugi!

potret mendahulukan orang lain (pexels.com/Liza Summer)
potret mendahulukan orang lain (pexels.com/Liza Summer)
Intinya sih...
  • Kamu terlalu sering menenangkan orang lain, tapi malah lupa menenangkan diri sendiri
  • Kamu lupa bersikap autentik dan memeriksa kondisi emosionalmu sendiri
  • Kamu mendahulukan kebutuhan orang lain di atas kebutuhanmu sendiri berulang kali
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Salah satu pengalaman paling berkesan dalam hidup adalah saat kamu menerima empati dari seseorang yang benar-benar peduli. Saat seseorang mampu merasakan apa yang kamu rasakan, memahami kebutuhanmu, lalu menyampaikan perhatian itu dengan kata-kata yang lembut dan tulus, empati itu bisa menyembuhkan luka batinmu.

Sebaliknya, saat kamu menunjukkan empati kepada orang lain, itu adalah salah satu cara terkuat untuk membangun hubungan yang hangat, dekat, dan penuh makna dengan mereka. Tetapi, ketika empati itu tidak dibarengi dengan batasan yang sehat, itu bisa menjadi bumerang bagi dirimu sendiri, lho.

Kamu jadi terlalu sibuk menyelamatkan orang lain, hingga lupa menjaga dirimu sendiri. Oleh karena itu, berikut lima tanda bahwa empatimu mungkin sudah salah tempat dan malah merugikan dirimu sendiri.

1. Kamu terlalu sering menenangkan orang lain, tapi malah lupa menenangkan diri sendiri

ilustrasi empatimu salah tempat (pexels.com/Mikhail Nilov)
ilustrasi empatimu salah tempat (pexels.com/Mikhail Nilov)

Sering kali, keinginanmu untuk selalu ada bagi orang lain membuatmu lupa bahwa dirimu juga butuh dipeluk dan dimengerti. Kamu terbiasa jadi tempat bersandar, tapi jarang memberi ruang untuk merawat lukamu sendiri. Ketika kamu stres atau sedih, kamu malah lebih dulu memikirkan orang lain, seolah perasaanmu sendiri tidak penting. Akibatnya, emosi negatifmu terus menumpuk tanpa sempat kamu pahami atau lepaskan.

Tanpa sadar, kamu bisa merasa lelah, meledak tanpa sebab, atau bahkan mati rasa. Itulah kenapa penting untuk menenangkan diri sendiri terlebih dahulu sebelum kamu menyerap kesedihan orang lain. Beri dirimu waktu untuk bernapas dan mengenali apa yang kamu rasakan, ya. Setelah kamu merasa cukup damai, baru deh, kamu bisa menunjukkan empati dengan cara yang sehat dan tidak mengorbankan dirimu sendiri.

2. Kamu lupa bersikap autentik dan memeriksa kondisi emosionalmu sendiri

ilustrasi empatimu salah tempat (pexels.com/RDNE Stock project)
ilustrasi empatimu salah tempat (pexels.com/RDNE Stock project)

Kalau kamu terlalu sibuk menyesuaikan diri dengan perasaan dan kebutuhan orang lain, kamu bisa lupa memeriksa perasaanmu sendiri. Lama-lama, kamu jadi sering menekan apa yang sebenarnya ingin kamu katakan atau rasakan, hanya demi menjaga suasana atau membuat orang lain nyaman. Kamu mungkin terlihat kuat, sabar, dan baik-baik saja di luar, padahal di dalam hatimu, kamu sedang berantakan. Ini bisa membuatmu merasa lelah, bingung, bahkan kehilangan arah tanpa tahu penyebab pastinya, lho.

Tanpa sadar, kamu hidup dalam mode terus menyesuaikan diri dan itu akan sangat melelahkanmu secara emosional. Kamu jadi terbiasa menomorduakan dirimu sendiri, seolah perasaanmu tidak sepenting perasaan orang lain. Padahal, empati yang sehat bukan tentang mengorbankan dirimu sendiri, lho. Justru, empati yang tulus harus berjalan berdampingan dengan kejujuran terhadap kondisi batinmu.

3. Kamu mendahulukan kebutuhan orang lain di atas kebutuhanmu sendiri berulang kali

ilustrasi membantu (pexels.com/Charlotte May)
ilustrasi membantu (pexels.com/Charlotte May)

Kalau kamu terus-menerus menunda kebutuhanmu sendiri demi membantu orang lain, padahal kamu juga sedang butuh bantuan, itu bisa jadi tanda empati dalam dirimu mulai tidak seimbang. Mungkin kamu merasa bertanggung jawab untuk selalu hadir saat orang lain kesulitan, tapi tanpa kamu sadari hal ini bisa membuatmu kehilangan arah dalam hidupmu sendiri. Kamu jadi terbiasa mengorbankan waktu istirahat, melepaskan waktu luang, dan mengutamakan kebahagiaan orang lain. Terlihat seperti kebaikan memang, padahal sebenarnya kamu sedang mengabaikan dirimu sendiri.

Empati yang sehat bukan berarti kamu harus selalu siap menolong kapan pun orang lain membutuhkanmu. Kamu juga berhak memprioritaskan dirimu sendiri dan menjaga batas agar tidak kelelahan secara emosional. Ketika kamu terlalu sering mengabaikan diri sendiri, itu bisa membuatmu merasa lelah, kosong, dan tidak dihargai, lho. Kamu juga pantas diperhatikan dan tidak harus selalu menjadi orang yang menanggung segalanya sendirian.

4. Kamu merasa bersalah saat menolak permintaan orang

potret merasa bersalah (pexels.com/Ivan Samkov)
potret merasa bersalah (pexels.com/Ivan Samkov)

Ketika ada orang yang meminta pertolonganmu, kamu akan selalu mengiyakan dan takut untuk menolak. Kamu merasa bertanggung jawab atas kebahagiaan orang lain, seolah semua hal harus kamu tanggung sendiri. Padahal, berkata tidak adalah hal yang wajar dan bukan berarti kamu orang jahat. Rasa bersalah yang muncul sering kali bukan karena kamu salah, tapi karena kamu terbiasa mengabaikan dirimu sendiri.

Jika kamu terus memaksakan diri untuk selalu menyenangkan orang lain, kamu akan kesulitan membedakan mana empati yang tulus dan mana pengorbanan yang tidak perlu. Kamu bisa merasa lelah, terbebani, bahkan kehilangan jati diri. Empati pada seseorang tidak seharusnya menyakiti dirimu sendiri demi membuat orang lain senang, kok. Kamu juga punya hak untuk menjaga diri dan menetapkan batas yang sehat.

5. Kamu sering dimanfaatkan oleh orang yang tahu kamu tidak enakan

potret empatimu salah tempat (pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)
potret empatimu salah tempat (pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)

Kalau orang tahu kamu selalu berempati, mereka bisa saja memanfaatkan kebaikan hatimu untuk kepentingan mereka sendiri. Mereka tahu kamu sulit menolak permintaan, jadi mereka akan terus datang saat butuh bantuan, tapi menghilang saat kamu yang butuh dukungan. Lama-lama, kamu akan sadar bahwa hubungan itu terasa tidak adil, tapi kamu tetap diam karena tidak ingin merusaknya. Padahal, diam dalam situasi seperti ini justru menyakiti dirimu sendiri, lho. 

Ini adalah tanda bahwa empatimu salah tempat, karena empati yang sehat tidak akan membiarkan dirimu dimanfaatkan atau terus-menerus mengalah. Kalau empati membuatmu rela ditindas dan terus memberi tanpa pernah menerima, itu pertanda kamu perlu berhenti sejenak dan mengevaluasi semuanya. Apakah kamu benar-benar sedang peduli pada orang lain, atau sebenarnya sedang mengabaikan dirimu sendiri? Kamu juga berhak diperlakukan dengan adil dan dihargai, sama seperti kamu memperlakukan orang lain.

Empati memang penting dalam menjaga hubungan sosial dan kemanusiaan. Namun, empati yang tidak memiliki batasan justru bisa membuatmu terjebak dalam ketidakbahagiaanmu sendiri. 

Oleh karena itu, kamu perlu belajar untuk mengatakan tidak, menjaga ruang pribadi, dan mengenali emosi dirimu sendiri. Karena untuk bisa benar-benar peduli pada orang lain, kamu harus lebih dulu peduli pada dirimu sendiri, ya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Irwan Idris
EditorIrwan Idris
Follow Us

Latest Life Sulawesi Selatan

See More

4 Hal yang Bikin Perempuan Punya Inner Beauty Sejati, Yuk Terapkan!

07 Sep 2025, 17:07 WIBLife