Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

5 Hal Ini Hanya Dirasakan Orang yang Perfeksionis tetapi Suka Menunda

ilustrasi terjebak dalam siklus tekanan (pexels.com/Zen Chung)
ilustrasi terjebak dalam siklus tekanan (pexels.com/Zen Chung)

Menunda pekerjaan sering dianggap sebagai kebiasaan buruk, tetapi nyatanya tidak sesederhana itu. Bagi sebagian orang, terutama yang perfeksionis, menunda justru muncul karena keinginan untuk melakukan segalanya dengan sempurna. Mereka tidak ingin memulai sebelum merasa benar-benar siap.

Kombinasi antara perfeksionis dan kebiasaan menunda bisa menjadi beban tersendiri. Di satu sisi mereka punya standar tinggi, di sisi lain mereka kerap merasa terhambat untuk memulai. Akibatnya, mereka sering terjebak dalam siklus tekanan, penundaan, dan rasa bersalah seperti beberapa hal berikut.

1. Mereka selalu ingin hasil sempurna tetapi takut memulai

ilustrask merasa sulit memulai sesuatu (pexels.com/Nataliya Vaitkevich)

Orang perfeksionis kerap membayangkan hasil akhir yang benar-benar sempurna. Namun, ekspektasi itu justru membuat mereka ragu untuk memulai karena berbagai alasan. Alih-alih langsung bekerja, mereka menunggu momen sempurna yang seringnya tidak pernah datang.

Rasa takut membuat kesalahan atau menghasilkan sesuatu yang tidak memuaskan membayangi pikiran mereka sejak awal. Imbasnya, mereka menunda bukan karena tidak peduli, tetapi karena terlalu peduli. Dorongan untuk tampil maksimal justru menjadi penghalang terbesar memulai langkah pertama.

2. Mereka produktif saat terdesak tetapi habis energi setelahnya

ilustrasi berusaha terlalu keras (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Saat mendekati deadline, orang yang memiliki kebiasaan menunda tetapi ingin tetap perfeksionis akan berusaha keras menyelesaikannya. Tekanan membuat mereka terpaksa untuk memulai. Dalam keadaan mendesak, semua keraguan disingkirkan demi menyelesaikan tugas dengan segera.

Namun setelahnya, mereka merasa kelelahan secara fisik maupun emosional. Tekanan tinggi yang mendadak kerap menciptakan tekanan. Hal itu menjadi pola berulang, bekerja cepat saat terdesak, tetapi harus membayar mahal dengan kelelahan yang tak jarang menguras energi.

3. Mereka kerap merasa tidak pernah cukup baik

ilustrasi merasa ragu (pexels.com/Anna Shvets)

Perfeksionis membuat seseorang menetapkan standar yang tinggi terhadap hasil. Sayangnya, standar itu kerap mustahil dipenuhi, sehingga apa pun yang dicapai terasa belum cukup memuaskan. Bahkan ketika mendapat pujian dari orang lain, mereka tetap merasa ada sesuatu yang perlu diperbaiki.

Rasa tidak puas bisa memicu kecemasan dan membuat mereka ragu untuk melangkah lebih lanjut. Mereka seringnya tidak memahami alasan di balik pilihan menunda langkah. Perasaan belum cukup baik menjadi tembok yang mereka ciptakan sendiri.

4. Mereka terjebak antara banyak ide tetapi tidak ada tindakan nyata

ilustrasi menunda mengeksekusi ide (pexels.com/Ketut Subiyanto)
ilustrasi menunda mengeksekusi ide (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Sosok perfeksionis cenderung pemikir yang hebat dan penuh kreativitas. Sayangnya, semakin banyak ide yang muncul, semakin sulit bagi mereka menentukan mana yang harus dilakukan lebih dahulu. Kebingungan memulai langkah membuat mereka memutuskan untuk menunda.

Mereka ingin setiap ide dieksekusi dengan sempurna, sehingga membutuhkan waktu yang tak sedikit.  Padahal dalam proses kreatif, tidak semua hal bisa direncanakan sempurna sejak awal. Sayangnya, kecenderungan ingin mengontrol hasil membuat mereka justru terdiam dalam ketidakpastian.

5. Mereka ingin diakui tetapi takut untuk menerima kritik

ilustrasi enggan menerima kritik (pexels.com/Yan Krukau)

Dalam diri sosok perfeksionis sejatinya terdapat keinginan untuk diakui atas hasil kerja kerasnya. Namun bersamaan dengan itu, muncul rasa takut akan penilaian negatif atau kritik. Hal demikian membuat mereka menahan diri untuk menyelesaikan sesuatu.

Dilema tersebut dapat menciptakan tekanan yang tak terlihat. Mereka sering menunda menyelesaikan sesuatu karena merasa belum cukup aman untuk dinilai. Padahal dengan membiarkan orang lain melihat hasil kerja mereka, justru ada peluang untuk berkembang.

Menjadi perfeksionis yang suka menunda bukan berarti malas, melainkan mencerminkan adanya konflik internal yang perlu diatasi. Untuk keluar dari siklus tersebut, dibutuhkan kesadaran diri terhadap produktivitas. Menerima bahwa tidak semua hal harus sempurna bisa menjadi langkah awal yang tepat.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Izah Cahya
EditorIzah Cahya
Follow Us