TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Rock in Celebes 2021 Tampil Beda dengan "Sirkuit Musik"

Digelar selama 10 hari di 10 tempat berbeda

Poster festival musik Rock in Celebes 2021. (Instagram.com/rockincelebes)

Makassar, IDN Times - Agenda festival musik tahunan Rock in Celebes (RiC) dihelat lagi pada Desember ini. Sempat mengadopsi format daring tahun lalu, dengan tajuk "Ride in Celebes", RiC kembali pada format luring tepat pada edisi ke-12.

Namun, ada perbedaan mencolok dari RiC 2021. Alih-alih cuma berlangsung di satu tempat selama dua hari, pihak penyelenggara mendirikan panggung pada 10 tempat berbeda dalam Kota Makassar selama 10 hari berturut-turut, yakni pada Jumat ini (10/12/2021) hingga 19 Desember mendatang.

Menurut Hardinansyah Putra Siji, founder RiC, pemilihan beberapa venue tak lepas dari sisi historis bagi Kota Makassar dan perkembangan musik lokal.

"Sebab jika kita bicara soal Rock in Celebes, kita tentu akan bicara tentang Makassar. Sebab keduanya saling berkaitan," tutur pria yang biasa disapa Ardy itu dalam konferensi pers di kafe Floom, Kamis sore (9/12/2021).

Baca Juga: 5 Lagu Rock yang Berjaya di Era 2000-an, Ada Favoritmu?

1. Format "sirkuit musik" dipilih sebagai bentuk kompromi dengan situasi pandemik

Hardinansyah Siji (kanan) dan Anwar "Jimpe" Rachman (tengah) dalam konferensi pers festival musik Rock in Celebes di kafe Floom, Kota Makassar, Kamis 9 Desember 2021. (IDN Times/Achmad Hidayat Alsair)

Di antara sepuluh tempat yang dipilih, terdapat beberapa bangunan bersejarah seperti Gedung Kesenian Sulsel (eks-Societeit de Harmonie), Auditorium RRI, Fort Rotterdam, serta Monumen Mandala.

Ada juga venue yang jadi langganan penyelenggaraan konser di Makassar, dan pernah disambangi pencinta musik lantaran berstatus sebagai "tuan rumah" RiC edisi silam. Mulai dari area rooftop garden Nipah Mall, podium Lapangan Karebosi, Phinisi Point, Celebes Convention Center dan pelataran Trans Studio Mall.

Saking banyaknya tempat dan panjangnya hari penyelenggaraan, Ardy memanggil RiC 2021 sebagai "sirkuit musik." Ini rupanya jadi bentuk kompromi mereka dengan kondisi terkini.

"Kita dalam kondisi pandemik COVID-19, dan itu yang harus diperhatikan. Tapi untunglah pemerintah masih memberi izin penyelenggaraan acara konser dengan penonton yang dibatasi," papar pemilik clothing shop Chambers tersebut.

"Dengan status RiC yang bisa didatangi ribuan penonton, tahun ini kita harus memecahnya, cukup 100 hingga 200 orang di masing-masing tempat. Tentu dengan penerapan protokol kesehatan, baik di dalam area dan pembelian tiket," imbuh Ardy.

"Kami pun sebenarnya sudah tak asing dengan konsep 'sirkuit' sebab sudah pernah menggelar acara musik Rock in Celebes di luar Makassar. Contohnya pada tahun 2015 ketika kami menghelat satellite show di seluruh ibu kota provinsi di Sulawesi," lanjutnya.

2. Porsi band-band lokal di Rock in Celebes 2021 tetap berkisar antara 80 hingga 90 persen

Hardinansyah Siji (kanan) dan Anwar "Jimpe" Rachman (kiri) dalam konferensi pers festival musik Rock in Celebes di kafe Floom, Kota Makassar, Kamis 9 Desember 2021. (IDN Times/Achmad Hidayat Alsair)

Saat membahas deretan pengisi RiC 2021, Ardy menyebut bahwa ia tetap menaruh fokus pada band-band lokal. Mereka tetap diberi panggung untuk unjuk gigi dalam "rumah sendiri." Terlebih porsi untuk para musisi Makassar disebut masih sangat besar, yakni 80 hingga 90 persen, sama seperti 11 edisi terdahulu.

Ada Natinson, Akram Hadinata, Frontxside, Senjanada, Front To Fight, Wajib Militer, Paradivya, Hirah Sanada, Fais Palintan, Kapal Udara dan Loejoe.

Mereka bakal berbagi panggung dengan musisi nasional kenamaan yakni Rocket Rockers, Jason Ranti, Endah N' Rhesa, Iksan Skuter, Dead Vertical, Fraud, Diskopantera plus Pusakata yang digawangi Is eks-Payung Teduh.

Saat ditanya tentang beragamnya genre musik yang ditampilkan, Ardy menjelaskan bahwa ini adalah langkah RiC beradaptasi dengan perkembangan musik.

"Kami tak pernah terikat dengan kata 'rock', sebagai jenis musik, dalam nama festival ini. Tapi lebih memaknainya sebagai semangat yang ingin diusung. Tahun 2010, mayoritas memang yang nampil adalah band-band keras karena saat itu basis penggemarnya memang banyak," katanya.

"Tapi belakangan, kita mulai memanggil band folk dan pop mengingat keduanya sedang digandrungi beberapa tahun terakhir. Banyak pencinta musik lokal selain metal dan rock sering menulis komentar di akun media sosial kami meminta keinginannya diakomodasi," lanjut Ardi.

"Tapi tentu kami menyesuaikan musik yang tampil dengan kondisi venue konser. Contohnya di Societeit de Harmonie. Karena sudah berusia tua, tentu yang lebih cocok adalah musik folk," sambungnya.

Baca Juga: 5 Lagu dari ONE OK ROCK Tentang Kehidupan, Bikin Mikir Ulang

Berita Terkini Lainnya