TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Merasakan Tenang dan Gemuruh Melaut di Dalam Album EP Debut Loka'

Perkenalan manis dari band indie asal Makassar

Facebook.com/lokamusik

Makassar, IDN Times - Setelah menyuguhkan kepingan karya mereka di situs berbagi cuma-cuma SoundCloud, band lokal Makassar, yakni Loka' resmi merilis album mini debut mereka di sejumlah layanan streaming musik pada tanggal 25 Desember 2018 silam.

Seluruh empat materi dalam EP ini sendiri adalah lagu pengiring dari film dokumenter Senandung Sunyi Samudera (Inggris: Silent Blues of the Ocean). Dibesut oleh duo sutradara Andi F Azzahra - Arfan Sabran, film tahun 2016 yang sudah wara-wiri di sejumlah festival itu berkisah mengenai kehidupan salah satu keluarga nelayan di Makassar yang kehilangan rumah dan akses menuju laut lantaran proyek reklamasi lepas pantai.

1. Beranggotakan enam orang, Loka' merilis album EP debut pada akhir 2018 silam

Terlepas nuansa getir filmnya, Loka' menyuntikkan keriuhan dalam musik gubahan mereka. Contohnya Antipati sebagai lagu pembuka, raungan gitar milik duo Juang Manyala - Acoh Wahab dan gelegar drum M Firmansyah Wahidin yang saling bersahut-sahutan dalam tempo cepat penuh irama khas etnik jadi atraksi utama.

Dalam keramaian instrumen, Loka' mengapungkan isu dan segala problematika kehidupan urban terkini di mana orang-orangnya kian kekurangan rasa peka atau empati. Mereka juga turut menyinggung maraknya gejala intoleransi yang seolah menjadi wabah.

"demi peluh dan luka, yang terus mengasah rasa / ini kami memberani berbagi / untuk hasut dan benci, dan semua antipati / beri arti tak seringan bermimpi"

Baca Juga: Mengenal 5 Band Makassar yang Mencuri Perhatian Para Penikmat Musik

2. Mendengar lagu Berhujah layaknya berlayar di lautan malam

Di lagu kedua Berhujah, tempo menjadi sedikit lebih pelan kendati komposisi gitar-drum-perkusi masih berkejaran timbul-tenggelam secara terukur. Seolah mengajak para pendengar berlayar di bawah purnama bulat gemuk nan sepi, bercengkerama dengan ombak laut pasang yang sudah menjadi karib para pelaut serta keturunannya.

"dan terang tak menyapa malam yang terlalu nyaman / dan malu memaksa lupa derau yang kian riuh / dan geram kini mencari bulan yang tak lagi sama / dan maaf menertawakan pergi yang kerap datang"

Di tengah lagu, giliran senandung suara falsetto Ian Hamzah menceritakan pahitnya malam. Jari jemari Kevin Gonsaga menari di atas tuts piano, seolah paham jika ada suasana yang harus dikirim secara lugas ke kuping pendengar.

3. Loka' menyajikan keriuhan seluruh jenis instrumen dalam keempat lagunya

Tentang Yang Ditentang jadi yang paling 'kaya' aransemen. Berturut-turut gitar akustik, melodi solo elektrik, piano mengisi separuh trek berdurasi nyaris tujuh menit ini. Magis baru menyeruak di menit keempat, saat betotan bass Daniel Mailangkay berpadu padan dengan dentum drum serta synth racikan Iwan Setiawan, mempersembahkan sesuatu yang sedikit banyak mengingatkan pada ciri psikadelik 70-an.

"bermain kata kelak / kini ku kalah telak / mengumpati empati, ku pura-pura mati / kau mengiyakan salah / ku membenarkan tidak / kau membatasi gerak / ku mendefinisikan kalah"

Dalam lirik pendek, Loka' membaurkan ketidak berdayaan represi dan persekusi, sesuatu yang menjadi noda dalam lorong panjang menuju demokrasi.

Baca Juga: [LINIMASA] Fakta dan Data Arus Mudik Lebaran 2019

Berita Terkini Lainnya