TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Mengenal Kasuami, Kuliner Legendaris Khas Sulawesi Tenggara 

Makanan tradisional dari singkong pengganti nasi

Kasuami (nusantarapedia.net/Muhammad Yasin)

Kasuami adalah masakan khas daerah Sulawesi Tenggara. Makanan ini biasa dikonsumsi orang di wilayah Buton, Muna, dan Wakatobi, dengan nama lain soami dan sangkola.

Kasuami berupa makanan dari singkong yang diolah dengan uap panas (soa). Kasuami biasanya dihidangkan sebagai pengganti nasi dan disajikan dengan berbagai macam lauk pauk seperti ikan asin, sayur-sayuran dan sambal.

Baca Juga: 7 Destinasi Wisata Pantai Di Sulawesi Tenggara Ini Wajib Kamu Kunjungi

1. Bahan pembuatan kasuami

Ilustrasi singkong yang sudah dikukus (instagram.com/titinsn06)

Kasuami merupakan salah satu makanan khas masyarakat Buton yang proses pengolahannya menggunakan singkong sebagai bahan olahan utama. Makanan ini menggantikan nasi dan bisa dimakan dengan segala macam lauk pauk.

Berdasarkan bentuknya, Kasuami biasanya dibuat mirip dengan tumpeng yang berbentuk gunungan berwarna putih kekuningan. Namun perbedaan kasuami dan tumpeng ada pada bahan utamanya. 

Kasuami dibuat dengan mengukus parutan singkong kering. Kemudian hasil parutan yang masih basah disaring. Proses penyaringan untuk memisahkan chip halus dan kasar. Hasil parutan ditempatkan dalam cetakan berbentuk kerucut yang terbuat dari anyaman daun kelapa atau bambu. Kasuami direbus selama 15 menit.

2. Sejarah singkat kasuami

Makanan Khas Kasuami (borneochannel.com/Syahfira Mulya)

Kasuami dikenal sebagai hidangan leluhur suku Wakatobi yang sampai di Pulau Buton, Sulawesi Tenggara. Kasuami diperkirakan menjadi makanan sehari-hari nelayan dan petani, karena beras tidak bisa ditanam di daerah tersebut. Di wilayah ini, singkong sebagai bahan utama pembuatan Kasuami tumbuh subur.

Karena kasuami tidak mudah basi, para pelaut menjadikannya sajian dan makanan yang istimewa. Kasuami dapat digunakan hingga 14-20 hari, namun jika parutan singkong yang digunakan belum dikukus, dapat disimpan hingga 30 hari. Berkat keawetannya, para pelaut Buton bisa membawa makanan ini hingga ke Singapura, pesisir Malaysia, bahkan Filipina.

Menurut warga setempat, kasuami melambangkan persaudaraan dan kedekatan. Oleh karena itu, kasuami biasanya disajikan pada acara-acara besar seperti pesta atau untuk menyambut kerabat yang pulang kampung. Sampai saat ini kasuami masih menjadi makanan pokok dan biasa disajikan begitu saja.

Kasuami dikonsumsi karena beras tidak bisa ditanam sebagai makanan pokok di tempat tinggal mereka, sehingga singkong menjadi makanan pokok sehari-hari masyarakat setempat. Satu buah singkong biasanya dibuat seukuran dengan 500-700 gram tepung terigu, diameter dan tinggi singkong kurang lebih 10 cm. Satu atau dua singkong biasanya dikonsumsi sekali makan.

Baca Juga: 6 Kuliner Khas Sulawesi Tenggara yang Pantang Dilewatkan

Writer

YANA WATI

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Berita Terkini Lainnya