Penduduk Miskin di Sulsel Berkurang, Ini Jumlahnya
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Makassar, IDN Times - Badan Pusat Statistik (BPS) melansir data profil kemiskinan Sulawesi Selatan terbaru. Statistik menunjukkan jumlah penduduk miskin di Sulsel pada September 2019 sebanyak 759,58 jiwa.
Jumlah itu menurun sekitar 20 ribu jiwa dibandingkan September 2018. Saat itu jumlah penduduk miskin berkisar 779 ribu jiwa.
“Persentase penduduk miskin September 2019 sebesar 8,56 persen juga turun 0,31 poin dibandingkan September 2018 yang besarnya 8,87 persen,” kata Kepala Bidang Statistik Sosial BPS Sulsel dalam keterangan resmi yang dikutip IDN Times di Makassar, Kamis (16/1).
1. Jumlah penduduk miskin menurun lima tahun terakhir
Merujuk data lima tahun terakhir, jumlah dan persentase penduduk miskin di Sulsel cenderung menurun. Namun penurunannya masih berkisar satu persen.
Pada September 2015, persentase penduduk miskin berada di angka 10,12 persen. Lalu turun menjadi 9,24 di tahun berikutnya. Pada 2017, angkanya sempat naik jadi 9,48 persen, namun kembali turun hingga angka 8,56 persen di September 2019.
2. Sebagian besar penduduk miskin ada di pedesaan
Komposisi penduduk miskin di Sulsel dari tahun ke tahun tidak mengalami perbedaan signifikan. Pada September 2019, sebagian besar atau 78,62 persen penduduk miskin berada di daerah perdesaan.
Kondisi yang mirip tercatat di tahun sebelumnya, 2018, di mana 78,36 persen penduduk miskin ada di perdesaan.
Baca Juga: Lulusan SD Dominasi Tenaga Kerja Sulsel, SMK Terbanyak Menganggur
3. Garis kemiskinan naik dipicu komoditas makanan
Darmawan menjelaskan, besar-kecilnya penduduk miskin amat dipengaruhi oleh garis kemiskinan. Sebab penduduk miskin adalah mereka yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan.
Pada periode September 2018-September 2019, garis kemiskinan di Sulsel naik 8,18 persen. Yaitu dari Rp315.738 per kapita per bulan menjadi Rp341.555 per kapita per bulan. Kenaikan ini dipicu gerak harga barang kebutuhan masyarakat.
“Dengan memperhatikan komponen garis kemiskinan, terlihat bahwa peranan komoditi makanan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan,” kata Darmawan.
Baca Juga: BPS: Sektor Informasi Komunikasi Penyumbang Ekonomi Tertinggi Sulsel