Gender yang terakhir adalah bissu. Bissu merupakan perpaduan dari laki-laki dan perempuan. Bissu merupakan sosok spiritual yang dipercaya dapat menghubungkan manusia dan dewa. Untuk menjadi seorang bissu, seseorang bisa saja terlahir sebagai laki-laki maupun perempuan.
Kombinasi gender tersebut memiliki makna filosofis yang mengacu pada naskah klasik La Galigo. Pada naskah tersebut memuat makna simbolik dimana seorang manusia sempurna sebagai penyelamat masyarakat didahului dengan simbol wanita lalu kemudian simbol pria. Secara harfiah, dapat diartikan bahwa manusia sempurna adalah manusia yang memiliki unsur wanita dan pria secara seimbang dalam dirinya.
Seorang bissu kerap ditemui dengan memakai badi’ (pisau) yang layaknya dikenakan laki-laki, namun pada saat yang sama memakai bunga di rambutnya layaknya perempuan. Peran bissu di masyarakat adalah untuk memberikan berkah pada kegiatan masyarakat. Biasanya masyarakat meminta berkah kepada bissu saat sebelum mulai menanam padi atau panen.
Artikel ini tidak bermaksud untuk membenarkan atau menyalahkan gender seseorang. Melainkan untuk menunjukkan bahwa di dalam ternyata perbedaan gender tidak lantas menjadi hambatan untuk bersikap toleran kepada satu sama lain bagi masyarakat suku Bugis. Bahkan dalam kehidupan sehari-hari, peran masing-masing sangat dibutuhkan.
Semoga dengan terus mempelajari berbagai kearifan lokal dari berbagai suku di Indonesia, kita bisa mengambil semangat toleransi demi keutuhan bangsa kita tercinta ini.
Artikel ini pertama kali ditulis oleh darajingga di IDN Times Community dengan judul Selain Pria dan Wanita, Ini 3 Jenis Gender Lain ala Suku Bugis