Makassar, IDN Times - Waktu sudah menunjukkan pukul 16:15 Wita saat saya tiba. Suasananya amat sepi. Hanya ada dua mobil terparkir tepat di sebelah trotoar pembatas. Saya tebak, ini bukan pengunjung. Hanya warga sekitar, mengindahkan rambu dilarang parkir yang berdiri tinggi menjulang.
Pemandangan Selasa sore (30/4) di dalam makam Pangeran Diponegoro amat kontras dengan hiruk-pikuk jalanan yang juga meminjam nama sang pahlawan nasional.
Dari gerbang masuk, saya kemudian diarahkan untuk mengisi buku tamu. Rahmad Bakrie Daeng Malewa, menyambut dengan ramah. Rupanya sang istri masih generasi kelima keturunan Pangeran Diponegoro yang tersebar di Makassar.
"Ya, jumlahnya sekitar 300-an dengan profesi beragam. Mulai dari pegawai negeri hingga pengusaha," tuturnya kepada IDN Times. Kami saling bercakap di dalam pendopo sederhana. Bangunan kecil tersebut terdiri dari dua kamar, tiga sofa penerima tamu, serta tiga lukisan Diponegoro dalam berbagai ukuran.