Serunya Belajar Melukis Pakai Tanah Liat di Fort Rotterdam Makassar

Zaenal Daeng Beta siap mengajari kamu melukis

Fort Rotterdam merupakan salah satu destinasi wisata favorit di Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel). Benteng peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo tersebut, kini dimanfaatkan sebagai tempat sejumlah komunitas maupun seniman untuk berkumpul dan berkarya.

Salah satu seniman Makassar yang saban hari berada di salah satu sudut Fort Rotterdam yaitu Arifin, atau lebih dikenal dengan nama Zaenal Daeng Beta. Pria kelahiran Makassar, 19 April 1960 ini memiliki galeri seni di kawasan benteng.

Tampak di depan pintu masuk galerinya yang tidak begitu tinggi bertuliskan “Fort Rotterdam Art Gallery”. Di sini dia menghabiskan banyak waktunya melukis dengan menggunakan media tanah dan air. Namun tidak hanya memamerkan karyanya, galerinya terbuka bagi wisatawan yang ingin belajar teknik lukis yang unik ini. Lalu seperti apa sih teknik lukis dengan menggunakan lempung ala Beta? Yuk, cari tahu!

1. Pertama di dunia

Serunya Belajar Melukis Pakai Tanah Liat di Fort Rotterdam MakassarLukisan tanah liat karya Zaenal Daeng Beta yang dipajang di Benteng Rotterdam Makassar. Dokumentasi Pribadi/Finsensius T Sesa

Zaenal Beta adalah seorang seniman lukis yang aktif sejak 1980-an. Dia dikenal sebagai pelukis yang pertama kali di dunia menggunakan media tanah dan air. Tidak heran, dia mendapat pengakuan sebagai "Profesor" lukis Indonesia dari seniman kawakan, Affandi saat memamerkan karyanya di Taman Ismail Marzuki tahun 1986.

“Saat itu media heboh, telah lahir penemu di Makassar dan satu-satunya di dunia. Begitu saya kembali ke Makassar barulah semua orang mengakui” tuturnya. ​

Media lukisnya yang berbeda dengan lukisan pada umumnya, memiliki kelebihan tersendiri karena bahan baku yang mudah didapat dan tidak dibeli. Dia menuturkan bahwa lukisannya memanfaatkan kekayaan sumber daya alam khususnya di Sulawesi Selatan. ​

“Budaya kita kaya, alam kita kaya kenapa itu tidak kita manfaatkan,” katanya.

2. Mengandalkan fokus dan kecepatan yang tinggi

Serunya Belajar Melukis Pakai Tanah Liat di Fort Rotterdam MakassarZaenal Daeng Beta, pelukis tanah liat asal Makassar. Dokumentasi Pribadi/Finsensius T Sesa

Teknik melukis menggunakan tanah liat dimulai dengan mengusap seluruh sisi kanvas menggunakan tanah yang telah dicampur dengan air, sebelum melukis objek yang dikehendaki. Teknik ini membutuhkan kecepatan dan fokus yang tinggi. Saat memperagakan teknik lukisnya, Daeng Beta hanya membutuhkan waktu sekitar dua menit untuk menyelesaikan satu lukisan rumah di atas kertas ukuran A4. Alasannya, media tanah cepat mengering sehingga proses melukis atau menggurat harus cepat karena tanah yang mengering harus kembali diusap air. 

“Kita sudah punya target, jika lewat dua menit tanahnya akan mengering. Jadi kita sudah harus punya konsep sebelum mulai melukis” jelasnya.

Saat mengunjungi galeri Daeng Beta, kamu akan disuguhi lukisan-lukisan tanah dalam berbagai ukuran mulai dari yang paling kecil berukuran A4 hingga ukuran satu meter lebih. Dia banyak melukis objek-objek budaya di Sulawesi Selatan seperti rumah adat Tongkonan, kapal phinisi, hingga tokoh-tokoh pahlawan pejuang kemerdekaan.

Baca Juga: Jarang Diulas, Ini 4 Fakta Menarik Bastion Benteng Rotterdam Makassar

3. Menggunakan tanah dari berbagai daerah

Serunya Belajar Melukis Pakai Tanah Liat di Fort Rotterdam MakassarPerbedaan warna tanah dari setiap daerah di Sulawesi Selatan. Dokumentasi Pribadi/Finsensius T Sesa

Bahan baku utama tanah liat ternyata tidak hanya diambil dari satu daerah saja. Daeng Beta mengaku tanah yang dia gunakan berasal dari berbagai daerah di Sulawesi Selatan. Seperti Kabupaten Jeneponto, Luwu, Enrekang, hingga Toraja. Menurutnya, setiap daerah memiliki warna tanah yang berbeda. Ada yang berwarna merah pekat, cokelat, oranye, bahkan hitam pekat.

“Awalnya menggunakan satu sampai dua warna tanah. Namun ada yang namanya inovasi ya, setiap saya diundang ke daerah-daerah saya mengamati bahwa setiap daerah memiliki tanah yang berbeda. Orang-orang menganggap tanah itu sama saja warnanya,” tutur Daeng Beta. ​

Dia juga menjelaskan, bahan baku tanah tersebut tidak diambil secara sembarangan. Ada teknik khusus yang digunakan. Beta harus menggali minimal 30 cm untuk mendapatkan tanah yang layak digunakan.

“Tanah bagian atas itu kita tidak pakai karena istilahnya baru jadi tanah. Tanah yang asli itu ada di. bagian bawah.”

Setelah mendapatkan tanah, bukan berarti dapat langsung digunakan. Dia menjelaskan untuk mendapatkan tanah yang layak pakai harus disaring dahulu agar teksturnya lebih halus. 

“Setelah itu kita harus saring lagi seminggu sekali selama tiga bulan agar lebih halus. Selain itu agar tanahnya tidak berbau,” jelasnya.

Menurutnya, untuk media belajar tidak masalah menggunakan jenis tanah apapun dan tidak disaring terlebih dahulu. Namun kualitas tanah berpengaruh pada hasil lukisan. Oleh karena itu, ia menganjurkan untuk menggunakan teknik penyaringan tersebut. ​

Gimana? apakah kamu tertarik untuk belajar teknik lukis ini? Saat berkunjung ke Fort Rotterdam Makassar jangan lupa untuk mampir, ya. Galeri Daeng Beta ini terletak di samping Bastion Mandarsyah, sudut kiri bagian utara dari gerbang masuk. Selamat belajar, yuk lestarikan budaya kita!

Baca Juga: Benteng Fort Rotterdam: Sejarah, Fungsi, Dan Arsitektur

Finsensius Photo Community Writer Finsensius

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Irwan Idris

Berita Terkini Lainnya