Peredaran Narkoba di Sulsel, BNN: Permintaan dan Pasokan Tinggi

BNN galakkan pencegahan narkoba

Makassar, IDN Times - Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) RI, Petrus Reinhard Golose, mengungkapkan peredaran narkoba di Sulawesi Selatan (Sulsel) masih tinggi. Dia menyebut tingginya peredaran narkoba ini dikarenakan rantai permintaan dan pasokan (supply and demand) yang juga tinggi.

Hal itu disampaikan Petrus dalam temu ilmiah layanan rehabilitasi berbasis bukti dan penghargaan bidang rehabilitasi 2022 di Hotel Claro, Makassar, Selasa (30/8/2022).

"Khusus Sulsel, mari kita sama-sama melihat bahwa banyak supply (penawaran) yang datang karena demand (permintaan) yang lumayan tinggi," kata Petrus.

1. Ratusan kilogram narkoba disita sepanjang 2021-2022

Peredaran Narkoba di Sulsel, BNN: Permintaan dan Pasokan TinggiIlustrasi Narkoba (IDN Times/Fitang Budhi Adhitia)

Petrus menyebutkan, sebanyak 239,5 kg sabu di Sulsel telah disita sepanjang 2021 hingga Agustus 2022. Kemudian, sebanyak 180 kilogram sabu disita oleh Polda Sulsel. Jika ditotal, narkoba yang disita dalam kurun waktu tersebut telah mencapai 419 kilogram.

Di Sulsel, kata dia, lebih dari 70 persen warga lapas adalah para pengguna narkotika. Dengan demikian, narkoba dapat dikategorikan sebagai kejahatan umum. Karena itu, Petrus meminta semua pihak berkerja sama untuk memberantas peredaran narkoba.

"Kita melakukan operasi besar-besaran, termasuk wilayah laut Sulawesi, Selat Makassar ini kita lakukan operasi interdiksi dan hasilnya lumayan, 177 kilogram yang didapat dan kemarin saya menutup operasi di Sulut sampai Aceh, ditutup di Kepri," jelasnya.

2. Peredaran narkoba banyak terjadi di rumah pelaku

Peredaran Narkoba di Sulsel, BNN: Permintaan dan Pasokan TinggiIlustrasi paket narkoba.Dok.IDN Times/istimewa

Petrus menjelaskan bahwa dulunya peredaran narkoba umum terjadi di tempat-tempat hiburan. Namun ketika masa pandemik COVID-19, indikator peredaran narkoba berubah dari yang awalnya di tempat hiburan beralih ke rumah-rumah atau tempat penginapan sepi.

Karena itu, BNN kini mengedepankan salah satu strategi pemberantasan narkoba dengan tagline 'War on Drugs' yang berarti perangi narkoba. Strateginya yaitu soft power approach yakni pencegahan, pemberdayaan masyarakat, dan rehabilitasi.

"Setiap minggu saya evaluasi, berapa penangkapan seluruh Indonesia. Bukan itu yang dibanggakan tapi bagaimana kita bisa menyelamatkan orang," kata Petrus.

Baca Juga: Polda Sulsel Gerebek Kampung Narkoba di Bone, Bandar Sabu Ditangkap

3. BNN galakkan intervensi berbasis masyarakat

Peredaran Narkoba di Sulsel, BNN: Permintaan dan Pasokan TinggiIlustrasi barang bukti narkoba di kepolisian. (IDN Times/Sahrul Ramadan)

Menurut Petrus, mencegah peredaran narkoba sama pentingnya dengan pemberantasan. Karena itu, BNN mengedepankan intervensi berbasis masyarakat termasuk rehabilitasi.

Dia menyebut, ada program untuk melihat tingkat keparahan para pecandu narkoba. Ada pula rawat jalan. Namun bukan berarti serta merta mereka akan masuk rehabilitasi, tetapi bisa juga intervensi berbasis masyarakat. 

"Ini yang kita galakkan, jangan sampai justru banyak yang nantinya orang masuk dalam rehabilitasi. Tetapi ingat bahwa narkotika itu victimless crime. Dia adalah pelaku, dia juga korban sehingga ada namanya tim asesmen terpadu yang leadingnya BNN RI," kata Petrus.

Baca Juga: Peringatan HANI 2022, BNN Sulsel: Negeri Bisa Hancur karena Narkoba

Topik:

  • Irwan Idris

Berita Terkini Lainnya