Iqbal Klaim PSBB Makassar Tekan Jumlah Kasus COVID-19

"Bahwa memang PSBB itu ada manfaatnya," kata Pj Wali Kota

Makassar, IDN Times - Pejabat Wali Kota Makassar Iqbal Suhaeb mengklaim bahwa pembatasan sosial berskala besar (PSBB) tahap pertama cukup berdampak positif untuk menekan jumlah kasus COVID-19 di daerahnya. Dia menyebut bahwa ada penurunan kasus baru, sebelum dan selama PSBB.

PSBB Makassar kini memasuki tahap kedua, yang berlangsung hingga 22 Mei 2020. Sebelumnya PSBB tahap pertama berlangsung pada 24 April hingga 7 Mei.

"Tingkat pertumbuhan kasusnya pada waktu sebelum PSBB sampai 30 persen. Sementara waktu PSBB sudah sangat menurun tingkat pertumbuhan kasusnya, yaitu hanya sampai 20 persen," kata Iqbal dalam sebuah diskusi virtual yang digelar Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Hasanuddin, Senin (12/5).

Iqbal juga menyebutkan bahwa menurut riset, terjadi penurunan angka kematian yakni 8 persen sebelum PSBB, menjadi di bawah 6 persen selama PSBB. Sedangkan angka kesembuhan meningkat dari 20 persen menjadi sekitar 70 persen. 

"Indikator tersebut sudah memperlihatkan bahwa memang PSBB itu ada manfaatnya dan ini mencegah penyebaran virus COVID di Kota Makassar," kata Iqbal lagi.

Baca Juga: PSBB atau Tidak, Produksi Sampah di Makassar 900 Ton per Hari

1. PSBB diperpanjang untuk menghindari efuforia berlebihan masyarakat

Iqbal Klaim PSBB Makassar Tekan Jumlah Kasus COVID-19ANTARA FOTO/Abriawan Abhe

Meski angka kasus positif COVID-19 disebut menurun, namun Iqbal menyebut PSBB harus tetap diperpanjang. Sebab jika langsung diberhentikan begitu saja, dikhawatirkan masyarakat akan merasa euforia karena telah menganggap bahwa COVID-19 telah selesai dan mereka sudah boleh beraktivitas normal seperti sebelumnya.

"Jadi jika berhenti maka masyarakat akan menganggap sudah selesai PSBB, sudah selesai COVID-19 di Makassar, sudah bisa berkumpul lagi. Kalau itu yang terjadi maka bisa saja meledak lagi angka kasus COVID-19-nya. Makanya kita lakukan perpanjangan," kata Iqbal.

Namun dia menekankan bahwa PSBB tahap kedua ini sebenarnya lebih ke arah mengatur kehidupan masyarakat untuk mencegah penularan ke tingkat yang lebih tinggi. Apalagi menurut riset, dia menyebut lebih dari 95 persen masyarakat sudah mempercayai bahwa pola hidup sehat seperti rajin mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak 1 meter bisa mencegah COVID-19.

"Demikian pula 22 persen masyarakat sangat percaya bahwa PSBB akan mampu mencegah COVID-19, dan 65 persen cukup percaya... Jadi masyarakat percaya bahwa PSBB itu mampu mencegah penyebaran COVID-19," ujarnya.

2. PSBB tidak menutup kemungkinan akan tetap ada peningkatan jumlah kasus

Iqbal Klaim PSBB Makassar Tekan Jumlah Kasus COVID-19ANTARA FOTO/Abriawan Abhe

Sementara itu, Pakar Epidemiologi Universitas Hasanuddi Andi Alfian Zainuddin menggambarkan kondisi pandemik COVID-19 di Kota Makassar. Dia mengatakan pada tanggal 30 Maret lalu, hanya ada 2 kecamatan di Kota Makassar yang berpotensi terjadinya COVID-19. Tetapi hanya dalam dua hari, kasus tersebut bertambah. 

"Kalau kita lihat kondisi saat ini tanggal 9 Mei, wilayah Makassar hampir semua kecamatan sudah mempunya kasus COVID-19. Mungkin kecamatan Tamalanrea yang agak kurang," kata Alfian.

Dia mengambil contoh soal lockdown di Wuhan, Tiongkok. Kota tersebut melakukan city lockdown pada 22 Januari lalu. Akan tetapi, dalam 14 hari ke depan kasus COVID-19 rupanya tidak turun dengan serta merta. Hasil baru terlihat sebulan kemudian. Hal ini tentu tidak bisa disamakan dengan Kota Makassar yang hanya menerapkan PSBB.

"Mudah-mudahan ini sama tetapi kalau Wuhan itu betul-betul karantina wilayah, bukan PSBB. Kalau PSBB kemungkinan grafiknya akan memanjang, tidak satu bulan," katanya.  

3. Harus ada gerak padu dari seluruh pihak untuk menyukseskan PSBB tahap kedua

Iqbal Klaim PSBB Makassar Tekan Jumlah Kasus COVID-19Barang bukti pelanggar PSBB disita Satpol PP Makassar. IDN Times/Satpol PP Makassar

Secara umum, Alfian memaparkan data Google Mobility Report di Sulsel pada 2 Mei lalu. Dia menyebut bahwa terjadi penurunan dari mobilitas penduduk Sulsel sejak pandemik COVID-19. Mobilitas warga yang sering berkunjung ke retail dan rekreasi menurun 55 persen, ke farmasi atau toko menurun 29 persen, ke taman kota menurun 42 persen, ke daerah transit menurun 70 persen, ke tempat kerja menurun 30 persen. 

Namun peningkatan mobilitas justru terjadi di lingkup residental atau pemukiman. Peningkatan itu terjaadi sebesar 17 persen. Menurut Alfian kemungkinan hal itu disebabkan karenaa warga yang sudah tidak berakttivitas di luar rumah sehingga memilih untuk bergerak ke rumah-rumah tetangga.

"Kita saat ini di Makassar secara khusus atau Indonesia secara umum, kita masih pada posisi menuju puncak dari kasus, belum sampai ke puncak dan menurun. Ini yang coba kita tekankan walau pun epidemiologi di Indonesia tidak akurat karena kita belum melakukan pemeriksaan yang masif," katanya.

Namun menurutnya PSBB tetap harus dilakukaan secara ketat untuk melakukan intervensi pencegahan dengan tujuan melakukan pengawasan sumber infeksi, menahan rute, dan mencegah kasus baru. Dia mengatakan, harus ada keterpaduan gerak antara seluruh stakeholder juga edukasi yang masif ke masyarakat. 

"Ini mungkin peran dari kita semua termasuk mahasiswa, pemerintah atau tokoh masyarakat dan agama, juga pendampingan oleh relawan. Ini dibutuhkan konsitensi terus-menerus, penegakan atuan yang penting dan yang belum ini adalah pemetaan kelompok rentan terutama yang usia lanjut dan penyakit komorbid (penyerta) karena merekalah yang paling banyak nanti menggunakan fasilitas kesehatan," kata Alfian.

Baca Juga: Jadwal dan Tempat Rapid Test Massal COVID-19 di Kota Makassar

Topik:

  • Aan Pranata

Berita Terkini Lainnya