Asa Sineas Makassar untuk Bangkit di Tengah Pandemik COVID-19

Cerita sineas Makassar produksi film saat pandemik

Makassar, IDN Times - Industri film menjadi salah satu sektor yang terimbas cukup besar dari pandemik COVID-19 dan kebijakan jaga jarak. Tidak sedikit film yang batal tayang bahkan produksi film sempat terhambat.

Memasuki tahun kedua pandemik, para sineas dan pelaku film mau tidak mau harus bergerak untuk menyelamatkan keberlangsungan industri setelah terimbas pandemik. Salah satu sineas yang tetap berkarya di tengah pandemik adalah Andi Burhamzah.

Pada Februari 2022 lalu, film terbarunya yang berjudul Ambo Nai Sopir Andalan tayang di bioskop-bioskop Tanah Air. Film produksi Timur Picture itu menjadi film berbahasa Bugis pertama yang tayang di bioskop secara nasional.

Ditemui di sela-sela kegiatan Mulofest yang berlangsung di Gedung Mulo Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sulsel, Jumat (25/3/2022), Anca mengisahkan tantangan produksi film selama pandemik. Anca yang juga menjadi pembicara dalam talk show bertajuk 'Eksplore Film Lokal' di kegiatan tersebut juga menuturkan bagaimana cara agar film dari Makassar bisa bersaing di tingkat nasional.

1. Kru film dibatasi saat syuting

Asa Sineas Makassar untuk Bangkit di Tengah Pandemik COVID-19Andi Burhamzah, sutradara film Ambo Nai Sopir Andalan. IDN Times/Asrhawi Muin

Sama seperti yang lainnya, Anca juga merasakan betul bagaimana pandemik memukul industri perfilman. Hal itu dia rasakan saat proses pembuatan film Ambo Nai Sopir Andalan yang serba terbatas.

"Tentu dengan protokol kesehatan yang ketat. Ini film Ambo Nai Sopir Andalan, film yang saya syuting dengan kru terkecil, hanya 19 orang. Biasanya 30-an. Karena memang kita mau batasi kerumunan," kata Anca kepada IDN Times.

Timnya juga sempat kewalahan saat mereka menggelar syuting di pinggir jalan. Sebab hal itu akan mengundang orang banyak untuk melihat langsung proses pengambilan gambar film.

"Jadi kita butuh bantuan kemarin kayak kepolisian, Dinas Perhubungan untuk memastikan semua terurai semua selama syuting kita tidak membuat kerumunan," katanya.

2. Bioskop bersaing dengan layanan digital

Asa Sineas Makassar untuk Bangkit di Tengah Pandemik COVID-19Ilustrasi bioskop (ANTARA FOTO/Adeng Bustomi)

Menurut Anca, salah satu tantangan terberat dari industri perfilman selama pandemik adalah ditutupnya seluruh bioskop akibat pembatasan, sehingga membuat masyarakat beralih menonton film di aplikasi layanan streaming. 

Dengan kata lain, persaingan pasar jadi lebih kuat. Tidak bisa dipungkiri bahwa masyarakat yang memiliki ponsel pintar bisa menonton film dari mana saja tanpa harus ke bioskop.

Anca menyadari bahwa persaingan secara kualitas nilai produksi seperti kualitas kamera atau teknologi mungkin sangat besar. Namun bukan berarti film daerah tidak bisa menggaet penontonnya sendiri.

"Jadi yang kita perkuat adalah ceritanya. Nilai-nilai dalam karakter yang kita ceritakan. Jadi itu yang kita coba tonjolkan. Jadi paling tidak bisa ikut berkompetisi di ekosistem film yang semakin bergulat di digital," katanya.

3. Mengangkat kearifan lokal secara universal

Asa Sineas Makassar untuk Bangkit di Tengah Pandemik COVID-19Poster film Ambo Nai Supir Andalan (instagram.com/timurpictures)

Sebagai sineas asal Makassar yang mengangkat kearifan lokal daerah setempat, Anca tidak ingin terlihat kaku agar film daerah mudah diterima masyarakat luas. Dia mengambil contoh bahwa kearifan lokal tak melulu ditunjukkan pada penggunaan pakaian seperti songkok khas Bone atau sarung sutera Wajo.

Salah satu filmnya yang akan segera tayang yaitu film Mappacci. Dalam film ini, akan diceritakan tentang mappacci secara universal. Mappacci sendiri adalah upacara adat yang digelar sebelum pernikahan.

Agar film ini dikenal luas, pihaknya menggandeng musisi ternama seperti Noah, d'Masiv, dan Geisha. Setidaknya ini bisa menjadi nilai tambah yang lebih besar bagi film tersebut.

"Ada nilai-nilai yang kita angkat dalam cerita. Untuk membuatnya dikenal biar lebih gampang dilihat sama banyak orang apa yang mau kita ceritakan. Kita tentu pakai pemain-pemain yang sudah dikenal, dalam kalangan tertentu," katanya.

3. Masyarakat diharapkan mendukung film daerah

Asa Sineas Makassar untuk Bangkit di Tengah Pandemik COVID-19Ilustrasi bioskop. IDN Times/Tunggul Damarjati

Anca pun berharap masyarakat, khususnya di Kota Makassar, bisa mendukung film-film yang berasal dari daerah ini. Setidaknya hal itu akan menggaet penonton lebih banyak.

Jika sebuah film gagal mendapatkan penonton, maka bisa dipastikan syuting tidak bisa dilanjutkan lagi.

"Karena yang membuat ekosistem berputar mesti ada yang nonton, ada pemasukan dan dibikin lagi. Yang kedua dari pemerintah. Saya berharap ada banyak institusi yang bisa mensupport baik itu pemerintah maupun swasta," kata Anca.

Baca Juga: Film Berbahasa Bugis Ambo Nai Sopir Andalan Ramaikan Bioskop

Topik:

  • Irwan Idris

Berita Terkini Lainnya