Angka Stunting di Sulsel Masih Tinggi, BKKBN Ingatkan Pola Asuh Anak

Perlu edukasi yang masif ke masyarakat

Makassar, IDN Times - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Sulawesi Selatan menyebut angka stunting di Sulsel masih tergolong tinggi. Berdasarkan data Survey Status Gizi Indonesia (SSGI) pada 2022, angka prevalensi stunting di Sulsel mencapai 27,2 persen.

Kepala Perwakilan BKKBN Sulsel, Shodiqin, menjelaskan tingginya angka stunting disebabkan beberapa faktor. Namun salah satu faktor utama dipengaruhi pola pengasuhan anak.

"Ternyata penyebab paling tinggi stunting terkait dengan pola asuh, pola perilaku di dalam keluarga tersebut," kata Shodiqin dalam konferensi pers terkait percepatan penanganan stunting di Kantor BKKBN Sulsel, Kamis (28/12/2023).

1. Dipengaruhi pernikahan dini

Angka Stunting di Sulsel Masih Tinggi, BKKBN Ingatkan Pola Asuh AnakIlustrasi Pernikahan

Menurut Shodiqin, pola asuh dapat mempengaruhi anak-anak menjadi stunting karena makanan yang diberikan orang tuanya. Ditambah lagi apabila orang tuanya memang masih kurang edukasi karena pernikahan dini.

Dia menyebut tak sedikit anak-anak stunting yang lahir dari anak-anak yang belum cukup umur. Meskipun tidak semuanya kasus stunting seperti itu.

"Banyak yang kita temukan kasus stunting itu tidak belajar dari anak-anak yang belum cukup umur. Pernikahan dini termasuk tinggi. Itulah yang menjadi hambatan kita semuanya," kata Shodiqin.

2. Perkuat edukasi kepada masyarakat

Angka Stunting di Sulsel Masih Tinggi, BKKBN Ingatkan Pola Asuh AnakIlustrasi pencegahan stunting. (ANTARA FOTO/Maulana Surya)

Shodiqin menjelaskan salah satu strategi untuk menurunkan angka stunting yaitu mengedukasi orang tua yang memiliki anak. Bukan soal pola asuh saja tapi faktor-faktor seperti sanitasi air bersih, air layak konsumsi yang terbatas juga sangat berpengaruh terhadap anak yang berpotensi stunting, termasuk ibu hamil.

"Untuk penanganan stunting ini harus ada edukasi, sosialisasi kepada masyarakat," kata Shodiqin.

Baca Juga: Sulsel Masih Harus Berupaya Keras Tangani Angka Stunting Tinggi

3. Jeneponto tertinggi, Barru terendah

Angka Stunting di Sulsel Masih Tinggi, BKKBN Ingatkan Pola Asuh AnakIlustrasi anak stunting. (Stunting.brecorder.com)

Di Sulsel, daerah dengan prevalensi stunting tertinggi yaitu Jeneponto 39,8 persen. Angka ini naik dari tahun lalu yaitu 37,9 persen. 

"Jeneponto memang banyak sekali faktor di antaranya angka pernikahan dini masih banyak. Pola asuh, pola perilaku. Ini kan juga sangat mempengaruhi walaupun semuanya lintas sektor ini semuanya bersama-sama untuk bisa mencegah stunting," kata Shodiqin.

Sedangkan daerah dengan angka prevalensi stunting terendah yaitu Barru dengan 14,1 persen. Angka ini menurun drastis dari tahun sebelumnya yaitu 26,4 persen.

"Barru menjadi rujukan ada kampanye 1 hari 1 telur. Itu dipantau oleh ketua tim PKK, ada foto bahwa bantuan benar-benar dimakan oleh sasaran. Ini efektif sekali karena stunting turun 12 persen," kata Shodiqin.

Baca Juga: BKKBN Dorong Sulsel Manfaatkan Pendataan untuk Turunkan Stunting

Topik:

  • Irwan Idris

Berita Terkini Lainnya