TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Umur Panjang Orang Alzheimer Tergantung Perhatian Keluarga

Kualitas kebahagian seorang Alzheimer

ilustrasi pasien dengan demensia vaskular (pexels.com/Steven HWG)

Makassar, IDN Times - September merupakan Bulan Alzheimer Dunia. Ini merupakan kampanye internasional untuk meningkatkan kesadaran demensia dan menantang stigma terhadapnya.

Alzheimer tidak hanya menyerang orang berusia lanjut, melainkan juga anak muda. Secara umum, demensia adalah penyakit progresif yang menghancurkan memori atau ingatan, dan fungsi mental penting lainnya. Kondisi sel otak dan sel-sel akan merosot mati dan berdampak ke daya ingat serta fungsi mental penting.

Orang mengidap alzheimer bukan berarti hidupnya berakhir. Pengidapnya tetap bisa hidup bahagia dan berumur panjang jika didukung orang sekitar. Orang sekitar berperan membantu mereka memenuhi kebutuhan dan menjalani aktivitas sehari-hari.

"Banyak faktor membuat orang Alzheimer hidup lebih lama, pertama terkait dengan kesehatan fisik. Untuk kesehatan fisik ini terkait daily activity yang mengarah safe care," kata Novita Maulidya Jalal, ketua Assosiasi Psikologi Pendidikan Indonesia wilayah Sulawesi kepada IDN Times Sulsel, Selasa (27/9/2022).

"Terkait safe care ini tentang bagaimana makannya, kualitas tidurnya, dan kualitas olahraganya. Tentu hal ini sulit dilakukan oleh orang Alzheimer, karena mereka itu melupakan aktivitas-aktivitas kerap kali dia telah lakukan sebelumnya," dia melanjutkan.

Baca Juga: Hari Alzheimer Sedunia, Benarkah Penyakit Alzheimer Berbahaya?

1. Pengidap alzheimer memerlukan perhatian

Dosen Psikolog Universitas Negeri Makassar (UNM) sekaligus Ketua Asosiasi Psikologi Pendidikan Indonesia wilayah Sulawesi, Novita Maulidya Jalal. (istimewa/IDN Times Sulsel)

Novita mengungkapkan pentingnya bantuan orang-orang sekitar untuk pengidap alzheimer. Sebab secara tidak langsung, pertolongan orang dekat bisa membantunya bertahan hidup lebih lama.

Bantuan, kata Novita, bisa berbentuk formal atau non-formal. "Non-formal seperti keluarganya, anaknya, pasangan hidupnya, keluarga kecil ataupun besar. Kalau care giver formal itu bisa jadi seorang perawat yang dibayar profesional untuk bantu orang Alzheimer," ujarnya.

2. Dukungan psikis tak kalah penting

ilustrasi pasien Alzheimer (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Novita yang juga dosen psikologi Universitas Negeri Makassar (UNM) menjelaskan, bantuan bagi orang alzheimer tidak melulu soal fisik. Pengidap alzheimer juga membutuhkan dukungan psikis. Kualitas kebahagiaan disebut turut mempengaruhi usia.

"Karena mereka sering mengalami frustasi, sering stres, bahkan sampai depresi. Dia merasa tidak mampu untuk melanjutkan hidupnya. Pleh karena itu buatlah mereka bisa yakin ada orang yang setia mendampingi mereka sebagai social support-nya," kata Novita.

Baca Juga: Anak Muda Berisiko Kena Alzheimer, Kenali Ciri-cirinya! 

Berita Terkini Lainnya