TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Latto-Latto, Permainan yang Alihkan Perhatian Anak dari Candu Gawai

Latto-latto melatih aspek psikomotorik anak-anak

Seorang anak mencoba permainan latto-latto yang dijual di Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat (6/1/2023). ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya/aww.

Makassar, IDN Times - Latto-latto kini jadi permainan yang sedang populer di sejumlah daerah di Indonesia, termasuk Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel). Permainan ini dimainkan semua kalangan karena, salah satunya, harganya yang sangat terjangkau.

Budayawan muda asal Makassar, Abdi Mahesa menyebutkan, permainan latto-latto bukan permainan tradisional asal Bugis-Makassar walau kata latto-Latto sendiri berasal dari adalah bahasa Makassar yang artinya benturan yang hasilkan bunyi. Demikian halnya dalam bahasa Bugis disebut ketto-ketto.

"Mungkin belum ada yang mencatat kapan Llatto-latto ini dimainkan di Indonesia, tapi sejarahnya ini dari daerah Amerika Selatan tapi di sana latto-latto ini bukanlah permainan tapi semacam senjata warga di sana untuk berburu," ungkap Abdi kepada IDN Tiimes, Selasa (31/1/2023).

Menurut Abdi, permainan latto-latto atau ketto-ketto memberi nilai baru dalam memperkenalkan bahasa Bugis-Makassar ke masyarakat di luar Sulsel. Karena kata ketto atau latto merupakan kata Kerja dalam khazanah kebahasaan.

"Biasa kata ketto atau latto ini kita dengar kalau ada yang mengetuk pintu atau membenturkan sesuatu, tapi kini bertransformasi jadi nama baru untuk menamai permainan. Maka dengan ada istilah ini tertambah lagi perbendaharaan kosa kata bahasa daerah," ujarnya.

1. Budayawan: teknologi tidak berikan jaminan kebahagiaan

Budayawan muda Sulawesi Selatan, Abdi Mahesa. (istimewa/IDN Times)

Abdi, alumni Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Hasanuddin (Unhas) ini menyatakan, permainan latto-latto tidak bisa disebut sebagai budaya Indonesia. Walaupun begitu, fenomena ini dia anggap sebagai perkembangan budaya di era teknologi informasi.

"Ini perkembangan sebuah budaya, di mana teknologi tidak berikan kita jaminan atas kepuasan dan kebahagiaan. Karena kehadiran latto-latto ini juga bisa berhasil menggeser peran teknologi terhadap keceriaan dan kegembiraan tentang permainan ini," terang Abdi Mahesa.

Pengguna latto-latto yang kebanyakan merupakan anak-anak, kata Abdi, berdampak pada tumbuh kembang seorang anak. Antara lain sebagai media untuk bersosialisasi dengan teman sebayanya..

"Jadi ada proses edukasi secara sosial, antara anak-anak juga timbul kecerdasan kognitif dan psikomotorik. Termasuk juga melatih sensorik anak-anak, sehingga dari permainan ini yang paling diutamakan ituu adalah bagaimana ketukan itu bisa seimbang," lanjut Abdi.

Melalui lattolatto juga, anak-anak bisa mendapat teman baru karena proses sosialisasi yang tercipta. Bukan itu saja, dalam menghasilkan ketukan, anak-anak juga bisa terus mengembangkan kreativitasnya dalam menciptakan bunyi yang terus berkembang.

Sementara bagi orang dewasa, bermain latto-latto menjadi momentum untuk mengingat masa kanak-kanak saat gawai teknologi belum semasif saat ini.

2. Ibu lebih pilih anaknya main latto-latto dibanding gawai

Foto ilustrasi - YouTube

Seorang ibu rumah tangga (IRT) di Kabupaten Maros, Sulsel, Stevany Derlan (28) mengaku, permainan latto-latto memberi dampak positif yang besar bagi anaknya, Aksara Semesta, yang kini berumur 7 tahun. Permainan itu dapat mengalihkan perhatian Aksara dari kecanduan berselancar internet dengan gawai sepanjang hari.

"Kalau ditanya dampak, anak saya bermain latto-latto lebih banyak positifnya. Karena sudah sebulan terakhir ini anak saya itu (Aksara) mulai lupa main gadget kalau pulang sekolah. Kan dampak gadget lebih besar negatifnya soal ketergantungan," kata Stevany.

Stevany menceritakan aktivitas Aksara sehari-hari sebelum mengenal permainan latto-latto. Seperti rerata anak-anak, bangun pagi lalu pergi sekolah. Saat pulang dari sekolah, Aksara masih sempat bermain gadget, sempat menjaga adiknya saat Stevany menyiapkan makan siang.

"Tapi setelah kenal lattolatto itu dia lupakan gadget. Jadi sekarang saat pulang sekolah langsung jaga adiknya, makan dan tidur siang, sore dia pergi mengaji dan nanti pulang mengaji baru bisa main (Latto-Latto) sama temannya, jadi waktu main gadget-nya dialihkan," ungkapnya.

Dengan bermain latto-latto, lanjut ibu dua anak ini, Aksara punya aktivitas bermain bersama teman sebayanya. Bahkan, baru-baru ini Stevany dan suaminya mengizinkan Aksara untuk mengikuti lomba latto-latto.

"Lebih mending Aksara main latto-latto, bisa main bersama temannya di kompleks, komunikasi antara anak tidak lagi menggunakan gadget. Saya rasa permainan latto-latto itu susah, butuh keseimbangan dan fokus. Jadi kalau anak-anak dilatih fokus maka dia akan terus berkembang," jelas Stevany.

3. Aktivis perempuan dan anak : saatnya orang tua kenalkan permainan tradisional

Ilustrasi permainan tradisional. ANTARA FOTO/Akbar Tado

Aktivis perempuan dan anak di Kota Makassar, Itha Karen, menganggap bermain latto-latto membawa dampak baik bagi banyak kalangan, utamanya anak-anak yang sedang dalam masa tumbuh kembang, dibanding mereka hanya menatap layar ponsel seharian.

"Ini merupakan suatu hal yang membawa pengaruh positif loh, kenapa saya bilang begitu? Karena secara tidak langsung anak-anak lupa sejenak akan kesibukannya bermain gadget. Selama ini kan waktu mereka main gadget itu bisa berjam-jam tapi latto-latto mengalihkan itu," ujar Itha.

Melalui permainan latto-latto ini, kata Itha, bisa menjadi pintu masuk orang tua untuk mengenalkan anak-anaknya pada permainan tradisional.

"Jadi menurutku sudah saatnya kita sebagai orang tua terutama ya, untuk berpikir kembali mengenalkan permainan-permainan tradisional. Lagian permainan latto-latto inikan mengajari anak bisa fokus, bisa belajar dan berusaha. Susah loh main latto-latto karena kan harus seimbang kan," lanjutnya.

Baca Juga: Latto-Latto atau Lato-Lato? Ini Cara Penyebutan yang Benar

Berita Terkini Lainnya