Latto-Latto, Permainan yang Alihkan Perhatian Anak dari Candu Gawai
Latto-latto melatih aspek psikomotorik anak-anak
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Makassar, IDN Times - Latto-latto kini jadi permainan yang sedang populer di sejumlah daerah di Indonesia, termasuk Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel). Permainan ini dimainkan semua kalangan karena, salah satunya, harganya yang sangat terjangkau.
Budayawan muda asal Makassar, Abdi Mahesa menyebutkan, permainan latto-latto bukan permainan tradisional asal Bugis-Makassar walau kata latto-Latto sendiri berasal dari adalah bahasa Makassar yang artinya benturan yang hasilkan bunyi. Demikian halnya dalam bahasa Bugis disebut ketto-ketto.
"Mungkin belum ada yang mencatat kapan Llatto-latto ini dimainkan di Indonesia, tapi sejarahnya ini dari daerah Amerika Selatan tapi di sana latto-latto ini bukanlah permainan tapi semacam senjata warga di sana untuk berburu," ungkap Abdi kepada IDN Tiimes, Selasa (31/1/2023).
Menurut Abdi, permainan latto-latto atau ketto-ketto memberi nilai baru dalam memperkenalkan bahasa Bugis-Makassar ke masyarakat di luar Sulsel. Karena kata ketto atau latto merupakan kata Kerja dalam khazanah kebahasaan.
"Biasa kata ketto atau latto ini kita dengar kalau ada yang mengetuk pintu atau membenturkan sesuatu, tapi kini bertransformasi jadi nama baru untuk menamai permainan. Maka dengan ada istilah ini tertambah lagi perbendaharaan kosa kata bahasa daerah," ujarnya.
1. Budayawan: teknologi tidak berikan jaminan kebahagiaan
Abdi, alumni Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Hasanuddin (Unhas) ini menyatakan, permainan latto-latto tidak bisa disebut sebagai budaya Indonesia. Walaupun begitu, fenomena ini dia anggap sebagai perkembangan budaya di era teknologi informasi.
"Ini perkembangan sebuah budaya, di mana teknologi tidak berikan kita jaminan atas kepuasan dan kebahagiaan. Karena kehadiran latto-latto ini juga bisa berhasil menggeser peran teknologi terhadap keceriaan dan kegembiraan tentang permainan ini," terang Abdi Mahesa.
Pengguna latto-latto yang kebanyakan merupakan anak-anak, kata Abdi, berdampak pada tumbuh kembang seorang anak. Antara lain sebagai media untuk bersosialisasi dengan teman sebayanya..
"Jadi ada proses edukasi secara sosial, antara anak-anak juga timbul kecerdasan kognitif dan psikomotorik. Termasuk juga melatih sensorik anak-anak, sehingga dari permainan ini yang paling diutamakan ituu adalah bagaimana ketukan itu bisa seimbang," lanjut Abdi.
Melalui lattolatto juga, anak-anak bisa mendapat teman baru karena proses sosialisasi yang tercipta. Bukan itu saja, dalam menghasilkan ketukan, anak-anak juga bisa terus mengembangkan kreativitasnya dalam menciptakan bunyi yang terus berkembang.
Sementara bagi orang dewasa, bermain latto-latto menjadi momentum untuk mengingat masa kanak-kanak saat gawai teknologi belum semasif saat ini.
Baca Juga: Latto-Latto atau Lato-Lato? Ini Cara Penyebutan yang Benar