TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Misi Alvin Sulfatri Menjaga Budaya Lewat Saduran I La Galigo

Dibukukan dalam "Romansa Purba dalam Stanza I La Galigo"

Sampul buku "Romansa Purba dalam Stanza I La Galigo" yang disusun Alvin Shul Vatrick. (Dok. Istimewa)

Makassar, IDN Times - Pada acara puncak Pekan Budaya 2022 Sengerenna Luwu di Baruga Arung Senga Belopa, Kabupaten Luwu, Minggu 23 Januari lalu, Sekretaris Daerah Provinsi Sulsel, Abdul Hayat Gani mendapat "kado istimewa."

Kado tersebut adalah buku prosa puitis berjudul Romansa Purba dalam Stanza I La Galigo. Buku itu diberikan Bupati Luwu Basmin Mattayang didampingi sang penulis, yakni Alvin Sulfatri.

"Sebab membahas I La Galigo dijamin tidak akan ada habisnya," ujar Alvin, nominator penghargaan Hari Puisi Nasional (HPN) kepada IDN Times tentang alasan kembali mengolah epos tersebut, Selasa sore (3/2/2022).

1. Alvin Setiawan butuh waktu 14 bulan untuk menggarap buku tersebut

Penulis Alvin Shul Vatrick (tengah) saat menyerahkan buku "Romansa Purba dalam Stanza I La Galigo" pada Bupati Luwu Basmin Mattayang, September 2021. (Dok. Humas Pemkab Luwu)

Berbicara lewat sambungan telepon, Alvin bercerita bahwa proses penggarapan buku setebal lebih dari 850 halaman tersebut memakan waktu lebih dari satu tahun. Siang malam dihabiskannya dengan sabar untuk merangkai kalimat demi kalimat karya yang dilabeli status Memory of the World oleh UNESCO tersebut.

"Untuk totalan waktu yang dibutuhkan untuk menulis jilid pertama hingga jilid duabelas itu memakan waktu empat bulan bulan," ungkap pria yang setia dengan nama pena Alvin Shul Vatrick tersebut.

"Namun pernah sempat saya istirahat dari jilid tiga hingga keempat cukup lama, ada sekitar enam bulan tidak menulis sebelum kembali lanjut," imbuh Alvin, menegaskan bahwa writer's block turut iringi proses kreatifnya.

2. Saduran bebas I La Galigo versi Alvin akan disebar ke sekolah-sekolah di Kabupaten Luwu

Tangkapan layar naskah digital I La Galigo NBG-Boeg 188 yang disusun Arung Kencana Colliq Pujie dan B.F. Matthes yang dimiliki oleh Universitas Leiden, Belanda. (Leiden University Libraries - Digital Collections)

Alvin menekuri naskah digital I La Galigo, yang disalin dan disusun ulang oleh Colliq Pujie Arung Pancana Toa, milik Universitas Leiden Belanda selama 14 bulan. Setelah rampung, lahirlah saduran bebas yang dirilis oleh Penerbit Aden Jaya pada September 2021 lalu.

Menurut penulis yang juga kelahiran Luwu tersebut, buku Romansa Purba dalam Stanza I La Galigo jadi salah satu upayanya menjaga budaya milik masyarakat Luwu khususnya, dan Sulawesi Selatan (Sulsel) pada umumnya. Kerja sama pun sudah dijalin dengan Pemkab Luwu terkait distribusinya.

"Kita sudah kerja sama dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan untuk mengedarkan buku di perpustakaan sekolah-sekolah, ini atas instruksi langsung dari bapak Bupati Luwu," ujar pria 44 tahun tersebut.

Berita Terkini Lainnya