Kisah Haru Ihsan Dampingi Istri yang Meninggal karena COVID-19

Amirah sempat menelepon sebelum menggunakan ventilator

Makassar, IDN Times - Rabu, 23 September 2020, menjadi tanggal yang takkan dilupakan oleh Muhammad Ihsan Harahap. Istrinya, Amirah Lahaya, mengembuskan napas terakhir di RS Sayang Rakyat, Kota Makassar, Sulawesi Selatan, setelah dirawat akibat terinfeksi COVID-19 selama nyaris sepekan.

"Saya ikhlaskan saja ketentuan Tuhan atas saya, Amirah dan keluarganya," ujar Ihsan, sapaan akrabnya, saat dihubungi IDN Times pada Sabtu 26 September malam. Pria 28 tahun tersebut masih ingat persis dua pekan terakhirnya mendampingi mendiang istri tercinta, yang ia nikahi dua tahun silam.

1. Semasa hidup, mendiang Amirah Lahaya berprofesi sebagai hakim di Pengadilan Negeri Barru

Kisah Haru Ihsan Dampingi Istri yang Meninggal karena COVID-19Mendiang Amirah Lahaya berfoto bersama putrinya, Aruna Zakiyah Hasan. (Dok. Pribadi Muhammad Ihsan Harahap)

Mendiang Amirah Lahaya sejak April 2020, bekerja sebagai hakim di Pengadilan Negeri Kabupaten Barru, wilayah yang menurut data Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) per Sabtu (29/9/2020), adalah kabupaten dengan angka kasus COVID-19 ketiga paling rendah se-Sulsel yakni total hanya 60 kasus terkonfirmasi.

Tinggal di rumah dinas bersama sang putri dan pengasuh, Ihsan dan keluarga kecilnya belum menginjakkan kaki di Makassar yang notabene adalah zona merah. "Saya 95% yakin dia (mendiang istri) tertular di Barru. Dua bulan terakhir itu kita tidak pernah ke Makassar. Terakhir ke Makassar itu akhir Juli," ungkapnya.

"Cuma saya tidak bisa memastikan apakah dia tertular di pengadilan, di bank atau tertular di pasar. Yang jelas kemungkinan besarnya di Barru," lanjut Ihsan

Berbicara tentang protokol kesehatan di Barru, tempat mereka tinggal selama pandemik COVID-19, Ihsan menyebut bahwa penduduk sudah memerhatikannya, termasuk penggunaan masker jika berada di luar rumah. Terlebih mendiang Amirah juga tak pernah alpa dalam urusan mengenakan benda penyaring udara tersebut hingga cuci tangan.

"Secara umum, masyarakat di sana (Barru) taat pakai masker. Kantornya juga ketat untuk urusan ini. Namun bagaimana pun juga pasti ada celahnya."

2. Dua kali jalani pemeriksaan darah, hasilnya selalu negatif

Kisah Haru Ihsan Dampingi Istri yang Meninggal karena COVID-19Ilustrasi rapid test (Istimewa)

Jumat 11 September, mendiang Amirah mulai mengeluh kelelahan. Ihsan, yang pada awalnya menduga ini adalah gejala tipes, langsung memeriksakan sang istri ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Barru. Usai hasil periksa darah (rapid test) keluar, ternyata non-reaktif dan negatif. "Mau itu malaria, COVID-19, tipes, HIV dan seterusnya," ungkapnya.

Di saat bersamaan, fungsi indera pengecap sedikit demi sedikit mulai berkurang hingga 75 persen. Menyantap makanan tak lagi enak, sebab lidah tak merasakan apa pun. Sempat dirawat di rumah, kondisinya belum juga membaik. Selasa 15 September, Ihsan langsung mengantar Amirah ke Rumah Sakit Mitra Husada Makassar.

Aruna Zakiyah Hasan, putri semata wayang mereka yang masih berusia 16 bulan, ikut mengantar sang ibu ke Makassar. Setelah itu, ia langsung dititipkan ke rumah mertua di kawasan Toddopuli. "Itu terakhir kali Aruna melihat ibunya," ujar Ihsan.

Selasa malam, tim dokter kembali memeriksa darah Amirah. Hasilnya lagi-lagi sama dengan pemeriksaan sebelumnya, non-reaktif dan negatif untuk semua penyakit. "Tapi kualitas darahnya, trombosit, leukosit dan kadar oksigen dalam darahnya itu turun terus," lanjut Ihsan. "Dokter pun masih bertanya-tanya."

Hasil pemeriksaan darah serupa kembali terulang saat sampel darah mendiang Amirah diambil lagi pada Rabu 16 September.

3. Mendiang Amirah dikonfirmasi terinfeksi virus corona pada Jumat 18 September

Kisah Haru Ihsan Dampingi Istri yang Meninggal karena COVID-19unsplash.com/Mufid Majnun

Melihat kualitas darah yang terus menurun, Ihsan dan dokter memutuskan swab test demi mendeteksi potensi virus yang mungkin sudah bersarang di tubuh sang istri. Jalani tes usap pada Kamis 17 September, hasilnya keluar pada Jumat esoknya. Mendiang Amirah dinyatakan positif terinfeksi virus corona.

"Karena dia positif dan harus ikut protokol kesehatan, Amirah langsung dipindahkan ke rumah sakit yang khusus menangani corona," ungkap Ihsan. Jumat 18 September sore, ia langsung dirujuk ke Rumah Sakit Sayang Rakyat, salah satu rumah sakit di Kota Makassar yang khusus menangani pasien COVID-19.

Ihsan, yang mendampingi istrinya selama sepekan terakhir, turut diwawancarai oleh dokter. Lantaran tanpa gejala, ia diminta cukup jalani isolasi mandiri selama beberapa hari. "Jumat sore itu juga terakhir saya berinteraksi secara langsung dengan istri saya."

Sabtu, 19 September, tim dokter memasukkan mendiang Amirah ke ruang observasi sebab kondisi tubuh dan kualitas darah yang terus merosot. Amirah masih sempat mengucap selamat ulang tahun kepada sang suami pada Minggu 20 September. Namun bagi Ihsan, ini adalah perayaan yang sangat berbeda sebab ia, Aruna, dan istri tercinta berada di lokasi yang berbeda-beda.

4. Sempat jalani perawatan intensif selama tiga hari, Amirah dinyatakan meninggal dunia pada Rabu 23 September

Kisah Haru Ihsan Dampingi Istri yang Meninggal karena COVID-19Ilustrasi pasien COVID-19 (ANTARA FOTO/REUTERS/Ronen Zvulun)

Rabu 23 September siang, hari ketiga perawatan di Intensive Care Unit (ICU) RS Sayang Rakyat, Amirah menghubungi Ihsan. Rupanya, tim dokter akan memasang ventilator. Alat bantu pernapasan harus dipakai mendiang Amirah lantaran tingkat saturasi darah tinggal 74 persen. Turun drastis, jauh dari kondisi normal yakni 95 persen.

"Dari literatur yang saya baca, di bawah 75 persen itu sebenarnya manusia sudah tidak sadarkan diri. Namun Amirah masih menelpon saya dan minta izin (dipasangi ventilator). Ia juga meminta untuk ikhlaskan semuanya, sama seperti yang selama pernikahan ini dia ulang-ulang," tutur Ihsan.

Dari komunikasi intensnya dengan tim dokter, diketahui bahwa saturasi darahnya sempat naik ke angka 90 persen. Namun perlahan turun terus menerus hingga hanya tertinggal 50 persen. Tubuh mendiang Amirah tak sanggup lagi melawan infeksi corona setelah berjuang selama hampir dua pekan.

"Rabu jam 17.30, perawatnya menelpon dan memberitahu bahwa istri saya sudah meninggal." Amirah Lahaya mangkat pada usia 31 tahun.

Ihsan kemudian berangkat ke RS Sayang Rakyat setelah salat magrib. Di sana, ia bertemu dengan keluarga almarhumah Amirah. "Saya bertemu dengan orangtuanya, saya berusaha tegar di depan mereka," kenangnya.

Baca Juga: Gubernur Sulsel Didesak Tepati Janji Pindahkan Makam Korban Non-Corona

5. Jenazah Amirah dimakamkan di Macanda, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa

Kisah Haru Ihsan Dampingi Istri yang Meninggal karena COVID-19Kompleks Pemakaman Pegawai Pemda Provinsi Sulsel di Macanda, Kabupaten Gowa, tempat mendiang Amirah Lahaya dimakamkan. (Dok. Pribadi Muhammad Ihsan Harahap)

Sesuai dengan wasiat almarhumah semasa hidup, Ihsan meminta izin kepada tim dokter dan perawat untuk membersihkan jenazah sang istri. Setelah izin diberikan, ia langsung mengenakan berlapis-lapis pakaian alat pelindung diri (APD) dan diantar ke ruang pemulasaran jenazah.

Berhadapan dengan tubuh Amirah yang terbujur kaku, Ihsan mengaku sama sekali tak menitikkan air mata. Rasa sedih memang masih berkelebat, terlebih ia sempat menangis begitu menerima kabar ibu dari Aruna telah berpulang. Namun sang istri sudah menyelesaikan perjuangannya melawan virus. Bagi Ihsan, melepas kepergiannya jadi satu-satunya hal yang bisa dilakukan.

"Saya merasa istri saya pergi dengan damai. Dan sebagai muslim, kita percaya hadis Nabi bahwa orang yang meninggal karena wabah itu syahid."

Jenazah kemudian disalatkan, diikuti oleh keluarga dan kerabat dari jarak 25 meter. Usai membersihkan diri, Ihsan mengikuti petugas dari Satuan Tugas COVID-19 membawa Amirah untuk dikebumikan. Prosesi penguburan jenazah dilakukan di Macanda, Gowa, Rabu malam pukul 22.35 WITA.

Jarak dari tempat persemayaman terakhir Amirah dan rumah tempat Ihsan kini melakukan isolasi mandiri hanya berjarak tiga kilometer.

Meski dokter memintanya untuk jalani isolasi mandiri selama tiga hari, lantaran kondisinya sehat tanpa gejala, Ihsan berinisiatif tetap di rumah selama dua pekan sebagai langkah berjaga-jaga. Sementara Aruna sampai saat ini masih berada di Toddopuli.

6. Ihsan mengenang mendiang istri sebagai teman diskusi banyak hal dengan selera musik yang sama

Kisah Haru Ihsan Dampingi Istri yang Meninggal karena COVID-19Potret mendiang Amirah Lahaya semasa hidup. (Dok. Pribadi Muhammad Ihsan Harahap)

Ihsan mengenal sang istri sebagai teman diskusi banyak hal. Waktu bisa cepat berlalu jika sudah berbincang tentang satu hal. Dan salah satu topik yang kerap mereka bahas adalah kematian.

"Dia sering bertanya seperti ini, 'Di luar literatur agama yang kita tahu, kira-kira kita ke mana setelah mati?'. Itu diskusi yang bisa bikin orang jadi 'gila;. Tapi kalau kita bertemu dengan orang yang berpikiran sama, malah jadi mengasyikkan karena dia juga mau membicarakan hal itu," kenangnya.

Selain itu, selera musik mereka juga sama. Salah satu lagu yang kerap didengar oleh Ihsan dan Amirah semasa hidup adalah "Putih", lagu milik band Efek Rumah Kaca yang berasal dari album Sinestesia (2015). Segmen pertama dari lagu berdurasi 9 menit 46 detik itu, "Tiada", menceritakan kematian dari sudut pandang jenazah.

Mereka acap kali bertanya tentang apakah mereka masih mengingat satu sama lain saat salah satunya berada dalam ambulans, seperti dalam lirik "Putih". Bahkan bertanya tentang apakah akan ada yang akan menikah lagi jika salah satu dari mereka pergi ke pangkuan ilahi lebih dulu.

"Saya tidak histeris ketika dia pergi. Karena saya tahu jasadnya yang sudah berhenti beroperasi, tapi jiwanya masih ada. Mudah-mudahan jiwanya inilah yang dirahmati Tuhan, biar kita bisa ketemu lagi," ujar Ihsan dengan suara bergetar.

7. Utas mengenang mendiang Amirah di akun Twitter @ihsanjie menjadi viral

Kisah Haru Ihsan Dampingi Istri yang Meninggal karena COVID-19Tangkapan layar pembuka utas Muhammad Ihsan Harahap mengenang mendiang istri di akun Twitter pribadinya. (Twitter.com/ihsanjie)

Jumat 25 September, hari kedua setelah Amirah dimakamkan, Ihsan mengetik sebuah status Facebook untuk mengenang sang istri. Ia kemudian memindahkan status tersebut ke akun Twitter @ihsanjie, dan mengubah formatnya menjadi utas dengan beberapa tambahan. Mulai dari foto sang istri dalam busana pernikahan yang anggun, foto bersama anak dan saat mulai bekerja di Pengadilan Negeri Barru.

Utas di linimasa Twitter tersebut ternyata viral. Hingga Minggu (27/9/2020), utas tersebut mendapat 34 ribu retweet dan disukai lebih dari 94 ribu kali. Ihsan mengaku tidak menyangka hal tersebut, terlebih ia termasuk jarang menggunakan Twitter.

"Yang saya syukuri, banyak orang yang mengaku tersentuh, turut berbela sungkawa, dan mendoakan almarhumah istri saya. Itu saya syukuri. Ada juga yang bilang pentingnya pakai masker. (Utas) itu bisa menjadi manfaat juga," kata pria yang berprofesi sebagai penulis itu.

Melihat fakta bahwa masih banyak orang yang enggan memakai masker saat beraktivitas di luar rumah, Ihsan menyebut tugas menyadarkan masyarakat diemban oleh mereka yang mendapat edukasi.

"Latar belakang saya adalah jurusan sejarah (alumnus Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin), jadi yang saya pahami adalah wabah itu memang datang setiap 100 tahun dalam sejarah umat manusia. Ini bukan hal yang baru. Bahkan pada zaman Nabi Muhammad (SAW) ada," terangnya.

"Wabah ini sudah sunatullah (ketetapan Tuhan). Jadi masyarakat yang tidak memedulikan itu artinya tidak mengimani hukum Allah SWT ini menurunkan cobaan berupa wabah di setiap beberapa waktu," pungkas Ihsan.

Baca Juga: Bersujud depan Gubernur Sulsel, Pria Ini Minta Makam Istri Dipindahkan

Topik:

  • Irwan Idris

Berita Terkini Lainnya