Sejumlah Pegawai BUMN di Jayapura Mengungsi di Makassar  

Menyusul kerusuhan yang terjadi belakangan ini

Makassar, IDN Times - Sejumlah pegawai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di Jayapura, Papua sementara mengungsi ke Makassar, Sulawesi Selatan. Mereka meninggalkan Jayapura menyusul kerusuhan yang terjadi di sana dan sejumlah kota lain di Papua belakangan ini.

Penjabat Wali Kota Makassar Iqbal Suhaeb mengatakan, para pegawai hijrah untuk sementara waktu, sampai kondisi di Jayapura kondusif. Tidak disebutkan berapa jumlah orang yang datang mengungsi.

"Kantornya diserang, jadi untuk sementara mereka di sini dulu. Ada cukup banyak yang datang, tapi tidak tahu persisnya," kata Iqbal di sela kegiatan Apel Kebangsaan untuk Indonesia Damai di Makassar, Senin (2/9).

Baca Juga: Pemerintah dan Warga Makassar Deklarasi Damai untuk Indonesia

1. Para pegawai untuk sementara bekerja di Makassar

Sejumlah Pegawai BUMN di Jayapura Mengungsi di Makassar  IDN Times/Aan Pranata

Iqbal menyatakan bahwa pegawai BUMN yang mengungsi berasal dari sejumlah perusahaan, meski tidak disebutkan secara rinci. Mereka adalah pegawai yang kantornya rusak dan memilih menghindari kericuhan.

Para pegawai, kata Iqbal, datang secara berangsur dengan pesawat maupun kapal laut. Mereka ditempatkan untuk sementara waktu di Makassar sebagai salah satu lokasi kantor wilayah dan kantor cabang yang terdekat.

"Untuk sementara mereka di sini sambil bekerja melakukan tugas-tugasnya. Yang terdekat di sini, karena tidak mungkin ditampung di kantor pusat di Jakarta," ucap Iqbal.

2. Wali Kota harap kondisi di Papua dan Papua Barat segera normal kembali

Sejumlah Pegawai BUMN di Jayapura Mengungsi di Makassar  IDN Times/Aan Pranata

Pemerintah Kota Makassar bersama berbagai unsur masyarakat menyatakan deklarasi Makassar Damai untuk Indonesia, Senin (2/9). Deklarasi sebagai respons terhadap situasi terkini usai kerusuhan di Papua, yang diharapkan tidak meluas ke daerah lain di Tanah Air.

Deklarasi dibacakan pada kegiatan Apel Kebangsaan untuk Indonesia Damai, di Monumen Pembebasan Irian Barat, Jalan Jenderal Sudirman Makassar. Apel dihadiri forum komunikasi pimpinan daerah beserta aktivis organisasi kepemudaan, organisasi kemasyarakatan, dan organisasi kedaerahan se-Makassar.

Iqbal berharap persoalan yang menyebabkan kerusuhan segera teratasi, sehingga masyarakat Papua dan Papua Barat bisa kembali hidup damai. Kerusuhan tersebut juga diharap jadi momentum untuk menyatukan kembali semua elemen bangsa di Indonesia.

"Kita menyatukan tekad bahwa NKRI sudah selesai. Jangan sampai bibit-bibit separatisme, rasisme, semakin subur di negara ini. Kita mau itu tidak ada, bahwa dari Makassar kita damai," kata Penjabat Wali Kota Makassar Iqbal Samad Suhaeb, di sela kegiatan.

3. Kondisi berangsur kondusif, meski Pemerintah belum menarik pasukan

Sejumlah Pegawai BUMN di Jayapura Mengungsi di Makassar  ANTARA FOTO/Indrayadi TH

Diberitakan IDN Times, Minggu (1/9), kondisi keamanan di Papua dan Papua Barat berangsur normal. Namun, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam) Wiranto mengatakan, pemerintah belum berencana untuk menarik sejumlah pasukan Polri dan TNI dari kedua wilayah itu. 

Wiranto menjelaskan, pemerintah belum mempertimbangkan untuk menarik pasukan dari Papua, karena masih membaca situasi awal usai kerusuhan.

"Tunggu dulu ini kan baru mulai damai, mulai aman. Sabar, dari tadi sabar, tenang, kan begitu," kata Wiranto usai menghadiri acara perkumpulan warga Papua bertajuk ‘Yospan Papua’ di Bundara Hotel Indonesia, Sudirman, Jakarta Pusat, Minggu (1/9).

Wiranto menjelaskan, kondisi Papua telah kondusif dan dipastikan aman karena masyarakat telah melakukan aktivitas seperti biasanya. Selain itu, Polri dan TNI juga masih terus memastikan agar kerusuhan tidak kembali pecah.

“Semua wilayah sudah damai, toko-toko sudah buka, kehidupan sudah berjalan lagi. Syukur alhamdulillah pada Tuhan Yang Maha Kuasa,” ujarnya.

Kerusuhan ini merupakan buntut dari dugaan berbau rasisme dalam insiden pengepungan asrama mahasiswa asal Papua di Surabaya dan Malang, Jawa Timur pada 16 Agustus lalu. Dalam kasus rasisme ini, polisi sudah menetapkan dua tersangka. 

Baca Juga: Polisi Tetapkan Tersangka Baru Kasus Dugaan Rasisme di Asrama Papua

Baca Juga: Ada Isu Anak-anak Papua Diusir dari Surabaya, Risma: Itu Tidak Betul!

Topik:

  • Ita Lismawati F Malau

Berita Terkini Lainnya