Pemijat Cilik di Al Markaz Merengkuh Berkah di Bulan Suci

Jadi pemandangan umum setiap tahun

Makassar, IDN Times - Pemandangan berbeda terlihat selama Ramadan di pelataran lantai dasar Masjid Al Markaz Al Islami Makassar, Sulawesi Selatan. Pengunjung masjid akan melihat banyak anak kecil yang hilir mudik menawarkan jasa pijat.

Pemijat cilik memang biasanya hanya muncul setiap bulan suci di masjid yang terletak di Jalan Masjid Raya Makassar tersebut. Pelanggannya, siapa lagi kalau bukan pengunjung masjid yang tengah beristirahat usai beribadah atau menunggu waktu berbuka.

Mereka yang menawarkan jasa umumnya bocah berusia di bawah sepuluh atau belasan tahun yang sedang berlibur sekolah. Jasa pijat jadi kesibukan mereka untuk mencari tambahan penghasilan bagi orang tua. Hal itu diakui Aldi, salah satu pemijat berusia sembilan tahun yang rumahnya tak jauh dari Al Markaz.

“Saya dari tahun lalu sudah mulai memijat. Saya ke sini memang cuma untuk cari pembeli pabbuka (menu buka puasa),” kata Aldi kepada IDN Times, Selasa (7/5).

Baca Juga: Masjid Tua Katangka, Saksi Sejarah Masuknya Islam di Sulsel

1. Jenis pijatan tergantung permintaan pelanggan

Pemijat Cilik di Al Markaz Merengkuh Berkah di Bulan SuciIDN Times / Aan Pranata

Pemijat di lingkungan Al Markaz rata-rata bermodalkan sebotol balsem atau minyak urut. Satu botol ‘bekal’ yang dibeli Rp30 ribu bisa digunakan memijat sepanjang bulan Ramadan.

Untuk mengasah kemampuan memijat, anak-anak ini tidak kursus. Mereka belajar otodidak, sehingga jangan terlalu banyak berharap dengan pijatan mereka. Masing-masing bocah juga tidak punya semacam standar operasional dalam melayani pelanggan.

“Tergantung orang yang dipijat. Bisa kakinya, tangan, atau punggung. Biasa juga ada yang minta pijat di kepala,” kata Aldi.

2. Jangan mencari pemijat setelah salat Asar karena mereka sudah pulang

Pemijat Cilik di Al Markaz Merengkuh Berkah di Bulan SuciIDN Times/Abdurrahman

Tak sulit menemukan para bocah pemijat. Jika berkunjung ke Al Markaz, duduklah di pelataran lantai dasar. Niscaya, salah satu di antara mereka akan datang menawarkan jasa.

Pemijat cilik bisa ditemui sejak pagi setelah salat Subuh hingga jelang petang. Mereka meninggalkan masjid setelah salat Asar. “Karena kalau sore sudah berkurang orang. Paling ramai waktu pagi,” Ari, rekan Aldi menimpali.

Baca Juga: Nelayan Makassar dan Awal Masuknya Islam di Australia

3. Pendapatan pemijat lumayan mengisi kantong

Pemijat Cilik di Al Markaz Merengkuh Berkah di Bulan SuciIDN Times / Aan Pranata

Dari sejumlah pemijat yang ditemui di Al Markaz, mereka umumnya tidak menetapkan standar biaya jasa. Pelanggan disilakan memberi upah seikhlasnya. Namun, rata-rata mereka mendapatkan Rp5 ribu hingga Rp10 ribu per pelanggan dengan durasi pijat 15-20 menit.

Karena tarif tak tentu, pendapatan harian pun naik-turun. Aldi misalnya, mengumpulkan Rp17 ribu dari tiga orang yang dia pijat. Jumlah itu, kata dia, masih relatif sedikit jika dibandingkan teman-temannya.

4. Area "bekerja" para bocah pemijat dibatasi

Pemijat Cilik di Al Markaz Merengkuh Berkah di Bulan SuciIDN Times / Aan Pranata

Layanan pijat yang ditawarkan anak-anak di Al Markaz sudah berlangsung sejak lama. Namun situasinya kini sedikit berbeda, sebab mereka hanya bisa bekerja di pelataran lantai satu masjid. Daerah ini memang tempat pengunjung beristirahat serta tersedia sejumlah stan barang dagangan.

Dulu, pemijat cilik biasa beroperasi di lantai dua dan tiga yang jadi ruangan ibadah utama. Namun sejak beberapa tahun belakangan, daerah itu jadi terlarang. Petugas masjid membatasi demi kenyamanan jemaah.

Penasaran bagaimana para bocah memijat? Rasakan sendiri di Masjid Al Markaz.

Baca Juga: [LINIMASA] Fakta dan Data Arus Mudik Lebaran 2019

Topik:

  • Ita Lismawati F Malau

Berita Terkini Lainnya