Mengapa Cuaca Makassar Masih Panas padahal Desember Musim Hujan?

Makassar, IDN Times - Bulan Desember umumnya sudah memasuki musim hujan. Namun sebagian wilayah Indonesia, termasuk Kota Makassar, justru masih terasa panas menyengat seolah-olah ini masih musim kemarau. Padahal beberapa waktu lalu, BMKG telah menyatakan sebagian besar wilayah Sulsel, termasuk Makassar, telah masuk musim hujan.
Prakirawan BMKG Wilayah IV Makassar, Agus, menjelaskan memang curah hujan sedang menurun karena adanya daerah-daerah tekanan rendah di bagian utara Indonesia. Daerah utara Kalimantan membuat kondisi massa udara di perairan Selat Makassar bagian selatan tertarik sehingga massa udara di sana bergerak menuju ke wilayah bertekanan rendah.
"Jadi pembentukan awan tidak sampai matang sehingga curah hujan berkurang," kata Agus kepada IDN Times, Jumat (22/12/2023).
1. Kondisi masih terbilang normal

Agus menjelaskan kondisi tersebut masih tergolong normal. Kondisi ini, kata dia, memang bisa terjadi saat musim kemarau. Begitupun sebaliknya.
"Kalau musim kemarau, kadang terjadi hujan lebat karena biasanya ada anomali. Begitu pula ini. Seharusnya kan sudah musim hujan," kata Agus.
Dia menjelaskan fenomena ini terjadi karena adanya anomali cuaca berupa sirkulasi tekanan rendah di sebelah utara Indonesia. Lebih tepatnya, bagian utara Kalimantan membuat massa udara tertarik.
"Massa udara ini sangat berperan penting untuk pertumbuhan awan-awan hujan yang menyebabkan tertarik ke daerah sirkulasi awan rendah. Jadi awan-awan hujan agak sulit terbentuk," katanya.
2. Bukan pengaruh dari perubahan iklim

Kondisi anomali cuaca ini, kata Agus, bukan dampak dari perubahan iklim. Fenomena ini memang terjadi karena adanya faktor pengangggu yang mengakibatkan awan hujan terutama di Sulawesi Selatan bagian barat agak sulit terbentuk.
"Sejauh ini belum sampai ke sana analisisnya. Ini masih skala regional. Jadi ini faktor regional," kata Agus.
Dia mengatakan meskipun di wilayah Sulawesi bagian barat cenderung panas, namun kemungkinan di wilayah utara kemungkinan berpotensi cuaca ekstrem.
"Mungkin nanti beberapa hari atau beberapa pekan ke depan sudah normal kembali ke musim hujan. Ada potensi hujan," katanya.
3. Bukan efek dari kemarau panjang

Walaupun cuaca panas, namun Agus mengatakan ini bukan pengaruh dari kemarau panjang yang telah terjadi beberapa bulan terakhir melainkan posisi tekanan yang berpengaruh pada pergerakan massa udara. Dalam beberapa hari terakhir, wilayah Sulawesi berada pada posisi tekanan tinggi.
Aliran massa udara pun bergerak dari tinggi ke rendah sama seperti air. Massa udara bergerak ke arah wilayah tekanan rendah di sebelah utara Indonesia sehingga pembentukan awan-awan hujan agak sulit terjadi.
"Ini biasanya tidak berlangsung lama. Selama tekanan rendah kan dia berpindah-pindah tergantung dinamika atmosfernya," katanya.