Grab Unjuk Solidaritas Nyata saat Musibah Menimpa Mitra

Makassar, IDN Times - Di tengah padatnya jalanan perkotaan, ribuan pengemudi ojek online menjadi bagian dari denyut kehidupan: mengantarkan makanan, menjemput penumpang, hingga memastikan paket sampai di tujuan. Dengan jaket hijau yang mudah dikenali, mereka adalah wajah sehari-hari ekonomi digital.
Namun di balik rutinitas itu, risiko selalu mengintai. Peristiwa 28–29 Agustus 2025 menjadi pengingat pahit betapa rentannya profesi ini. Tiga mitra Grab menjadi korban: dua mengalami luka serius, satu meninggal dunia. Dari situlah solidaritas diuji, dan kepedulian hadir nyata.
1. Tiga mitra Grab jadi korban di tengah aksi unjuk rasa

Pada Jumat sore 29 Agustus di Jakarta, Aji Pratama baru saja menuntaskan pesanan GrabFood. Ia berniat menemui rekannya di sekitar lokasi demonstrasi, namun sebuah peluru karet menghantam wajahnya dan menyebabkan luka serius di hidung.
Aji segera dilarikan ke RSUD Tarakan. Tak lama berselang, perwakilan Grab hadir memastikan penanganan medis terbaik. Operasi hidung dijadwalkan, biaya perawatan ditanggung penuh, dan administrasi rumah sakit dibantu agar keluarga tidak terbebani.
Sejak hari pertama, tim Grab rutin mendampingi keluarga di rumah sakit. Kehadiran itu menjadi bukti perhatian bukan sekadar santunan, tetapi hadir nyata saat paling dibutuhkan.
Sehari sebelumnya, Kamis malam 28 Agustus, insiden menimpa Moh Umar Amarudin di kawasan Jakarta Barat. Saat menunggu rekannya, kericuhan membuatnya terjatuh dan terinjak massa. Ia mengalami cedera di rusuk dan harus segera dirawat di RS Pelni.
Dokter menyarankan tindakan operasi. Dalam hitungan jam, tim Grab datang hingga larut malam untuk memastikan Umar mendapat perawatan. Tak hanya itu, administrasi rumah sakit dibantu, kebutuhan tambahan dipenuhi, bahkan telepon genggam Umar yang hilang diganti baru. Bantuan finansial juga diberikan agar keluarganya yang berjaga di rumah sakit tidak kesulitan.
Kisah paling memilukan datang dari almarhum Affan Kurniawan. Malam 28 Agustus, ia menjadi korban tabrakan kendaraan taktis. Meski sempat dilarikan ke RSCM, nyawanya tak tertolong. Affan tercatat sebagai mitra di Grab dan Gojek. Kepergiannya meninggalkan duka mendalam, tak hanya bagi keluarga, tapi juga komunitas ojol.
Grab hadir di rumah duka di Menteng, menyampaikan belasungkawa, memberikan santunan, hingga mengirim karangan bunga. Perusahaan juga mendampingi keluarga dalam prosesi pemakaman, serta menyiapkan pendampingan hukum. Kehadiran perwakilan Gojek menegaskan solidaritas lintas platform bagi almarhum dan keluarganya.
2. Perusahaan nyatakan berdiri bersama mitra di situasi sulit

Tirza Munusamy, Chief of Public Affairs Grab Indonesia, menegaskan bahwa perusahaan berdiri bersama para mitra dalam situasi sulit. “Grab Indonesia hadir bukan hanya sebagai perusahaan, tetapi sebagai bagian dari perjuangan mitra pengemudi kami. Kami berdiri bersama mereka untuk memastikan keadilan ditegakkan dan hak-hak mereka terlindungi. Karena itu, kami menyiapkan pendampingan, termasuk pendampingan hukum apabila dibutuhkan,” ujarnya dalam siaran pes yang diterima, Sabtu (30/8/2025).
Dalam kesempatan yang sama, Tirza juga menambahkan bahwa tidak ada bentuk bantuan yang benar-benar bisa menutupi kehilangan atau luka akibat musibah. Namun pihaknya ingin memastikan keluarga tidak menghadapi beban itu sendirian.
"Kami hadir memberikan dukungan penuh, baik dalam bentuk pendampingan hukum, bantuan finansial, maupun perhatian sehari-hari,” jelasnya.
3. Grab berikan tiga lapisan dukungan

Dalam musibah ini, dukungan Grab hadir dalam tiga lapisan. Pertama, aspek medis: operasi Aji dan Umar ditanggung penuh, termasuk kebutuhan tambahan. Kedua, bantuan material dan finansial: santunan untuk keluarga Affan, perangkat kerja baru bagi Umar, hingga dukungan harian bagi keluarga yang berjaga. Ketiga, pendampingan hukum dan moral: kunjungan rutin ke rumah sakit, menghadiri pemakaman, hingga memastikan keluarga mendapat perlindungan hukum.
Langkah-langkah tersebut memang tak bisa menghapus luka atau menggantikan kehilangan. Namun, kehadiran nyata perusahaan membuat keluarga merasa tidak sendirian.
Peristiwa ini membuka mata bahwa profesi pengemudi ojol penuh risiko. Setiap hari mereka berhadapan dengan lalu lintas padat, cuaca ekstrem, hingga potensi insiden sosial. Meski demikian, mereka tetap melaju karena menjadi tulang punggung keluarga sekaligus bagian vital kehidupan kota.
Solidaritas yang ditunjukkan Grab dan komunitas ojol membuktikan hubungan keduanya lebih dari sekadar transaksi digital. Ada sisi kemanusiaan yang kuat: saat musibah datang, yang paling dibutuhkan adalah pendampingan, bukan hanya kompensasi.
Bagi Aji, Umar, dan Affan, peristiwa ini meninggalkan catatan kelam. Namun bagi komunitas ojol, ia menjadi pengingat bahwa di balik roda yang terus berputar, ada manusia-manusia yang harus dijaga.
Dalam duka, ada kebersamaan yang menguatkan. Dalam luka, ada solidaritas yang membuat langkah tetap bisa dilanjutkan. Dan di jalanan yang tak selalu ramah, kehadiran tulus menjadi bentuk perlindungan terbaik.