Sikola Pomore, Sekolah Alam Gratis bagi Anak Penyintas Bencana Sulteng

Peserta didik Sikola Pomore mencapai 150 anak

Palu, IDN Times – Yaumil Masri, seorang pemuda asal Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah membuka sekolah alam untuk anak usia paud, TK hingga SMA. Sekolah alam berbasis pengajaran bahasa Inggris ini dibuka di tiga daerah yakni, Kabupaten Donggala, Sigi dan Kota Palu. Yaumil Masri memberi nama sekolah alam itu Sikola Pomore, dalam bahasa setempat berarti sekolah dan bermain.

Khusus Kota Palu dan Sigi, pria kelahiran 23 Juli 1985 mengutamakan anak penyintas bencana gempa, tsunami dan likuefaksi. Sekolah alam ini dibuka gratis tanpa dipungut biaya sedikitpun.

“Saya lagi mengupayakan bagaimana pendidikan di Sikola Pomore ini tetap gratis,” ucapnya, Rabu, 28 April 2021.

1. Ide mendirikan sekolah alam berbasis Bahasa Ingris

Sikola Pomore, Sekolah Alam Gratis bagi Anak Penyintas Bencana SultengYaumil Masri (baju merah) pendiri Sikola Pomore di tiga daerah, Kabupaten Donggala, Sigi dan Kota Palu di Sulawesi Tengah. IDN Times/Istimewa

Didirikan sejak 2015, Yaumil mengawali Sikola Pomore di Desa Dampal, Kecamatan Sirenja, Kabupaten Donggala, Sulteng. Kala itu muridnya hanya berjumlah satu orang dan memulainya dengan pembelajaran Bahasa Ingris.

Sebelum membuka sekolah alam pertama di Donggala, Yaumil mendapat kesempatan belajar sekaligus pelatihan penenelitian pada 2014. Ia juga sempat melanjutkan pendidikan di Universitas Tadulako namun tak sampai wisuda, sebab Yaumil memutuskan untuk berhenti dan bekerja di Kota Palu.

Mempersipakan sekolah alam berbasis Bahasa Inggris, Yaumil melakukan sosialisasi dari rumah ke rumah untuk mengajak orangtua melibatkan anaknya ikut di sekolah alam.

“Hasil dari bekerja itu, setiap bulan 80 persen saya tabungkan untuk membuka Sikola Pomore,” cerita Yaumil.

Awal November 2020 lalu, Sikola Pomore di Palu melakukan uji coba tahap pertama pembelajaran yang diikuti 10 anak penyintas bencana gempa dan tsunami di Huntara Pacuan Kuda, Kecamatan Taweli, Kota Palu. Uji coba tersebut dilangsungkan selama dua bulan terhitung November dan Desember 2020. Usai pembangunan sekolah alam dengan pemenuhan fasilitas belajar dan bermain, Sikola Pomore langsung membuka pendaftaran dengan target 30 anak. Sekolah itu berada di Kelurahan Lambara, Kecamatan Taweli, Kota Palu.

“Pembelajarannya sama dengan yang di Donggala, yaitu Blahasa Inggris, komputer, menggambar dan bimbingan keagamaan. Kalau relawan khusus Kota Palu sudah ada sekitar 50 orang,” jelasnya.

2. Pembelajaran alam di Sikola Pomore

Sikola Pomore, Sekolah Alam Gratis bagi Anak Penyintas Bencana SultengIDN Times/Istimewa

Yaumil memberikan nama Sikola Pomore karena keinginannya menciptakan sekolah tak membosankan dengan menghadirkan nuansa alam pada proses pembelajaran. Karena itu, siswa juga belajar pertanian dan perkebunan, kelautan dan perikanan. Menurutnya menyisipkan pendidikan alam akan menghilangkan kebosanan siswa menggeluti mata pelajaran umum. Selain itu, kata dia, untuk mendidik siswa merawat alam dan lingkungan.

“Kami juga belajar matematika, Bahasa Indonesia, komputer, musik tradisional dan ada keterampilan lainnya,” kata Yaumil.

Terkait dengan pengajaran pertanian dan perkebunan, Sikola Pomore juga punya lahan sendiri agar siswa bisa praktik langsung menanam dan membudidayakan tumbuhan pangan.

Jadwal Sikola Pomore akan dilangsungkan setiap hari. Pada pagi hari disiapkan waktu untuk peserta didik tingkat paud dan TK, sementara siang hingga sore hari akan diikuti tingkat SD, SMP dan SMA. Sistem pembelajaran Sikola Pomore pun menggunakan kurikulum sekolah alam Indonesia.

Yaumil berkeinginan untuk membuat Sikola Pomore memiliki izin pendirian satuan pendidikan, di mana ada lulusan tahunan seperti sekolah negeri maupun swasta pada umumnya.

“Pelan-pelan ya, intinya saya lagi cari cara untuk sekolah ini gratis,” tutur Yaumil.

“Ya mereka yang di Sikola Pomore ini rata-rata bersekolah di tempat lain makanya kita atur waktunya seperti itu,” tambahnya.

Baca Juga: Cerita Warga Palu Rela Tidur di Depan Bank Demi Antre BLT UMKM

3. Seluruh pengajar Sikola Pomore adalah relawan

Sikola Pomore, Sekolah Alam Gratis bagi Anak Penyintas Bencana SultengIDN Times/Kristina Natalia

Hingga saat ini sudah 150 total siswa yang ikut belajar di Sikola Pomore mencakup Kabupaten Donggala, Sigi dan Kota Palu. Dari jumlah itu, Sikola Pomore memiliki 200 relawan yang siap mengajar di tiga daerah tersebut. Ratusan relawan itu merupakan alumni maupun mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Sulawesi Tengah. Mereka mengajar secara sukarela sesuai jadwal Sikola Pomore.

“Selain punya relawan untuk mengajar, kami juga buka perpustakaan alam di tiga daerah itu dan sesekali kami lakukan perpustakaan keliling untuk menjangkau anak-anak di daerah terpencil,” terangnya.

Selama pembelajaran di Sikola Pomore, para relawan dan murid mematuhi protokol kesehatan. Siswa yang sakit tidak diikutkan dalam pembelajaran tatap muka dan relawan yang mengajar dipastikan dalam keadaan sehat.

“Kita pastikan sehat semua, saya punya keinginan anak-anak ini punya kemampuan lebih khususnya anak penyintas yang tidak punya biaya untuk dapat les khusus dan berbayar,” sebut Yaumil.

Baca Juga: Melihat Geliat Pedagang Musiman di Kawasan Religi Kota Palu

Topik:

  • Irwan Idris

Berita Terkini Lainnya