Konsesi Tambang Memicu Deforestasi Akut Kawasan Hutan di Gorontalo

Tren pengurangan hutan alam setiap tahun meningkat

Gorontalo, IDN Times - Banjir menjadi permasalahan yang rumit di Provinsi Gorontalo. Kejadian bencana banjir juga sangat berkaitan erat dengan kondisi alam. Direktur Forest Watch Indonesia (FWI), Soelthon G. Nanggara, mengungkapkan bahwa menurut data yang dihimpun FWI memang hutan alam di Gorontalo per tahunnya mengalami penurunan.

Soelthon juga menjelaskan bahwa pada tahun 2000 luas kawasan hutan alam Provinsi Gorontalo seluas 823,390 hektare (ha). Sementara pada tahun 2009 menurun 735,578 ha, tahun 2013 hutan alam menjadi 715,293 ha, dan tahun 2017 tersisa 649,179 ha.

“Kondisi ini mungkin (Gorontalo menyumbang) sekitar 8 persen luas hutan alam yang ada di pulau Sulawesi secara keseluruhan,” kata Soelthon.

Presentasi hutan alam Gorontalo terbagi di empat kabupaten, wilayah Kabupaten Gorontalo memiliki 24% kawasan hutan, Gorontalo Utara 39%, Boalemo 46%, Bone Bolango 66%, dan yang paling tinggi Kabupaten Pohuwato dengan presentasi 73% wilayah hutan alam Gorontalo.

1. Tambang menjadi penyumbang terbesar berkurangnya kawasan hutan

Konsesi Tambang Memicu Deforestasi Akut Kawasan Hutan di GorontaloUnsplash/Dominik Vanyi

Soelthon menerangkan bahwa FWI menganalisis tingkat deforestasi kawasan hutan pada tahun 2000 sampai 2009 mengalami pengurangan dengan akumulasi izin konsesi lahan deforestasi seluas 31.252 ha dan di luar konsesi sebesar 56.560 ha. Pengurangan juga terjadi pada periode 2009-2013 dan periode 2013 2017.

“Izin konsesi yang kita gunakan adalah izin konsesi KPH (Hak Pengusahaan Hutan), HTI (Hutan Tanaman Industri) lalu kemudian perkebunan kelapa sawit dan juga pertambangan,” ujar Soelthon.

Ia menjelaskan deforestasi yang terjadi pada periode 2009-2013 deforestasi di dalam konsesi yang paling mendominasi adalah konsesi pertambangan dengan jumlah 6,036 ha, diikuti tumpang tindih lahan 3,133, perkebunan kelapa sawit 1,645 ha dan HTI 987 ha. Sementara periode 2013-2017 deforestasi masih didominasi izin konsesi tambang dengan luas 13,575 ha, tumpang tindih lahan 11,174 ha, HTI 9,819 dan diikuti kelapa sawit 4,517 ha.

2. Banjir berkaitan dengan pengurangan hutan alam Gorontalo

Konsesi Tambang Memicu Deforestasi Akut Kawasan Hutan di GorontaloAir luapan Sungai Bone mulai menggenang kelurahan Kampung Bugis, IDN Times/Elias

Melihat tingkat deforestasi yang terjadi, Soelthon mengatakan bahwa sejak tahun 2000 hingga 2017 banjir di Gorontalo memang mengalami peningkatan, hal itu juga berbanding lurus dengan peningkatan pengurangan lahan hutan alam. Sehingga pengurangan kawasan hutan menjadi faktor pendukung terjadinya banjir di Gorontalo.

“Banjirnya (setiap tahun) terus bertambah yang juga pola konsesinya secara akumulatif juga terus bertambah,” katanya.

Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebutkan banjir di Gorontalo setiap periode mengalami peningkatan, tahun 2000 hingga 2009 saja tercatat ada 32 kejadian banjir, 2009-2013 meningkat 59 kejadian dan 2013-2017 banjir tercatat ada 54 kejadian, menurun hanya 5 kejadian dari periode sebelumnya.

Baca Juga: Langganan Banjir, Warga Satu Desa di Gorontalo akan Dipindahkan

3. Kondisi geografis Gorontalo

Konsesi Tambang Memicu Deforestasi Akut Kawasan Hutan di GorontaloKondisi Bendungan Alale saat meluap, IDN Times/Elias

Soelthon melanjutkan, kondisi geografis Gorontalo yang seperti mangkuk dan dikelilingi  pegunungan serta irigasi aliran air hanya menuju ke satu badan sungai. “Artinya lintasan dari dua pegunungan mengalir ke badan sungai tadi, banjir yang kita hadapi mungkin karena ketidakmampuan sungai menampung air dari lintasan sungai-sungai.”

Ia juga menyebutkan faktor lain yang menyebabkan banjir karena wilayah daratan di hulu sungai yang tidak terjaga lagi. Sehingga tidak ada lagi daerah resapan untuk mengurangi air hujan yang mengalir ke sungai utama.

“Tanah dan lintasan di bagian utara dan selatan tidak mampu lagi menyerap air sebagaimana mestinya. Itu faktor-faktor yang bisa menjadi analisis banjir yang terjadi di Gorontalo,” tutur Soelthon.

Baca Juga: Akar Masalah Banjir Gorontalo: Tambang Liar hingga Alih Fungsi Lahan  

Topik:

  • Irwan Idris

Berita Terkini Lainnya