2 Tahun Sulut Bebas ASF, Permintaan Daging Babi Meningkat
Balai Karantina Pertanian terus sosialisasikan ASF
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Manado, IDNTimes – Permintaan daging babi asal Sulawesi Utara terus meningkat. Peningkatan ini salah satunya disebabkan oleh status Sulut yang masih menjadi daerah bebas dari demam afrika pada hewan babi atau african swine fever (ASF). Padahal, ASF sendiri sudah menyerang ternak babi di beberapa wilayah di Indonesia sejak 2 tahun belakangan.
Kepala Balai Karantina Pertanian Manado Donni Muksydayan Saragih mengatakan, status bebas ASF tersebut harus dipertahankan agar terus memberi dampak signifikan terhadap peningkatan permintaan dari luar daerah.
"Selain memperketat pengawasan, kami gencar menyosialisasikan pencegahan ASF bersama dinas terkait. Apalagi ternak babi merupakan salah satu komoditas peternakan unggulan di Sulut," ujar Donni, Selasa (15/3/2022).
Baca Juga: Selesai Uji Coba, Tarif Tol Manado Bitung Diberlakukan Secara Penuh
1. Permintaan daging babi terbanyak berasal dari DKI Jakarta
Berdasarkan data Karantina Pertanian Manado, sebanyak 104 ton daging babi sudah dikirim ke berbagai daerah. Jumlah ini meningkat tiga kali lipat dibanding periode yang sama pada tahun 2021 yang hanya 34 ton.
Donni mengatakan, permintaan daging babi terbanyak berasal dari DKI Jakarta. Daging babi tersebut didistribusikan ke hotel, restoran, hingga pabrik olahan yang mengolah menu khusus.
Ketua Asosiasi Peternak Babi (APB) Sulut, Gilbert Wantalangi, berharap para peternak bisa turut mempertahankan status bebas ASF di Sulut. “Dengan begitu peternak babi juga dapat berkontribusi terhadap pemulihan ekonomi terutama di masa pandemi COVID-19,” tutur Gilbert.
Keterlibatan seluruh stakeholder dan adanya sosialisasi terkait ASF sangat diperlukan agar Sulut tetap menyandang status bebas dari ASF.
Baca Juga: Asesmen Situasi COVID-19 di Sulut, 5 Daerah ini Harusnya PPKM Level 4