Makassar, IDN Times - Badik adalah senjata pusaka khas masyarakat Sulawesi Selatan (Sulsel). Setiap daerah di Sulsel, yang memiliki beragam suku: Bugis, Makassar, Luwu, Enrekang, dan Toraja, memiliki jenis badik berbeda-beda.
Badik sama terkenalnya dengan senjata pusaka tradisional nusantara seperti Keris dari suku Jawa, Kujang dari Pasundan atau Rencong dari Aceh. Pada zaman dahulu, Badik wajib dimiliki setiap orang Bugis-Makassar.
Ada istilah yang berlaku pada masa lalu: bukan orang Bugis atau orang Makassar jika tidak memiliki badik. Tokoh pahlawan dari Sulsel, Sultan Hasanuddin terkenal dengan Badik yang selalu disematkan di pinggangnya.
Bagi pria Bugis-Makassar juga dikenal falsafah tiga ujung yang harus selalu di junjung: ujung lidah, ujung kelamin, dan ujung badik. Ujung lidah bermakna piawai diplomasi, ujung kelamin berarti pejantan tangguh, ujung badik berarti tidak gentar dan berani mengambil risiko, termasuk resiko kematian.
Bahkan pada masa lalu, persoalan antar pria Bugis atau Makassar diselesaikan secara adat menggunakan badik dan selembar sarung: “Sigajang Laleng Lipa”, dua pria baku tikam dalam sarung. Dua pria saling adu kemampuan menggunakan badik dan harus memiliki ilmu kebal. Yang berhasil keluar dari sarung dalam keadaan selamat akan menjadi pemenangnya.
Setiap badik terdiri dari tiga bagian: bilah dari besi pilihan yang memiliki pamor, gagang dan sarungnya. Keistimewaan badik bisa dilihat dari pamornya di bilah, karakter (sissik) dan ukurannya yang pas bagi pemiliknya.
Jenis badik bisa dibedakan dari bilahnya dan gagangnya. Gagangnya biasa dibuat dari kayu Kemuning atau tanduk dan gading. Sedangkan, sarungnya dari kayu Cendana.
Lalu, ada berapa jenis badik di Sulsel?